"Heiii!! Tolong kami!!", teriaknya sambil menggedor-gedor pintu kaca lift.
Pria yang berseragam penjaga itu menggerakkan ke kanan ke arah suara Max berasal, tapi badannya tetap mengarah ke depan. Tatapannya kosong, tubuhnya juga cenderung condong ke arah depan dan nampak lesu, seperti kelelahan.
Melihat penjaga itu meliriknya, Max semakin berteriak minta tolong padanya.
"Kemari!! Bantu kami!!!", teriaknya dari dalam lift yang sebenarnya tak terdengar sama sekali ke bagian luar lift.
"Diam kau!! Berisik sekali! Orang dia juga gak bisa denger suaramu dari luar", gerutu Andre yang merasa terganggu dengan teriakan Max.
Max mengabaikannya begitu saja, hanya berbisik pelan dimulutnya, " Biarkan saja, yang penting kan aku bisa keluar".
Penjaga itupun membalikkan seluruh badannya ke kanan. Tapi, gerakannya saat membalikkan badan itu sangatlah kaku. Lantas setelah itu, ia pun melangkahkan kakinya ke arah lift yang didalamnya ada Max. Jalannya juga kaku. Jarak dari tempatnya berdiri tadi ke lift hanya berkisar 5 meter. Dan apa itu yang ditenteng tangannya? Kapak?
Andre dan Max menatapnya rada ngeri dari dalam lift, melihat penjaga itu berjalan kaku dan lambat, membawa kapak, dan... Saat mereka mengamati lagi dengan seksama saat penjaga aneh itu semakin dekat, di sekitaran mulutnya penuh darah, giginya bertaring lumayan panjang hingga ke dagu, dan tatapannya kosong.
"Max apa dia baik-baik saja?", tanya Andre memastikan kalau si penjaga itu benar-benar akan menolong mereka.
Max tak menjawab pertanyaan Andre itu, dia hanya menatap penjaga itu, mengamatinya apa benar dia baik-baik saja.
Tapi tiba-tiba...
Seorang wanita berjalan 1 meter di depannya. Melihat Andre dan Max terjebak di dalam lift. Lantas ia pun mendekat dan mencoba menolong Andre juga Max. Tapi ia tak bisa melakukan apapun. Wanita itupun berbalik ke belakang dan mendapati penjaga yang tadi berjalan kaku membawa kapak. Ia mendekati pria itu.
"Tuan, bisakah anda membantu mereka?", pinta wanita itu.
Penjaga itu hanya diam tak menjawab dengan langkah yang terhenti tepat di depan wanita itu.
Bbssattt...
Penjaga itu menebas tubuh si wanita dengan kapak di tangannya. Hingga terbelahlah kepala wanita itu menjadi dua bagian. Penjaga itu segera berlutut di hadapan wanita yang sudah tak berdaya itu. Memakan otaknya yang berceceran dengan rakus. Max dan Andre semakin yakin pria itu tak baik-baik saja. Dia gila. Benar-benar gila. Pria itu mencabik otak wanita itu dengan taring tajam dan panjang di mulutnya.
Max dan Andre hanya menganga ketakutan melihat betapa sadisnya penjaga itu. Mereka hanya terpaku di dalam lift.
Seusai menghabiskan otak si wanita dengan rakusnya, penjaga itu kembali menatap lift yang berisi Andre dan Max. Ia segera berdiri dan berjalan kaku kembali menuju ke arah lift.
"Dre?! Apa dia akan menolong kita?"
"Max sepertinya dia tak baik-baik saja. Ayo pergi dari sini Max!", cemas Andre yang kemudian berdiri mencari-cari jalan keluar. Tapi bukan hanya Andre yang cemas, Max juga sama.
"Lewat mana? Ini satu-satunya pintu keluar, Andre!"
Andre terus berpikir sambil mondar-mandir. Sedangkan penjaga itu sudah sangat dekat dengan lift dimana mereka berada.
Andre berubah posisi menjadi jongkok tapi menghadap dinding di belakang lift. Seingatnya tadi kakinya terasa menekan sesuatu di bagian bawah dinding itu.
Andre mencoba menekan dinding itu. Dan....
Brugh...
Penjaga itu mencoba menghantamkan kapak ke kaca pintu lift. Tapi kapak itu tak mampu menembus pintu kaca lift itu karena kacanya cukup tebal.
"Andre!! Bagaimana ini?"
"Ayo lewat sini!!", ajak Andre setelah mengetahui ada pintu kecil di dinding yang ia tekan tadi. Ada ruangan berbentuk lingkaran dan di tengahnya ada sebuah tangga memanjang secara vertikal disana. Tangga itu yang digunakan Candra untuk kabur dari kejaran Max waktu itu, masih pada ingat kan?
Andre sudah masuk terlebih dahulu ke dalam pintu kecil itu, tapi Max dia masih terdiam menatap penjaga aneh itu, penjaga itu kembali menghantamkan kapak yang nampak tajam itu ke pintu kaca lift.
"Max!! Cepatlah!!"
Max segera berbalik dan mengikuti Andre yang sudah masuk duluan lewat pintu kecil itu.
Andre menuruni tangga terlebih dahulu, memberikan ruang untuk Max masuk, karena disana cukup sempit.
"Tutup lagi pintunya , Max!"
Max mendorong pintu yang ia masuki barusan.
"Jadi, kita akan pergi ke atas atau ke bawah?", tanya Andre pada Max yang mungkin lebih tahu kemana mereka harus pergi kali ini.
Mereka terdiam sesaat dengan kedua lengan dan kaki bertumpu pada anak tangga yang terbuat dari besi.
"Kita.. Ke kamarku dulu saja", ucap Max.
Tanpa menunggu lagi, Andre yang ada di bawah Max segera menuruni anak tangga itu, diikuti Max di atasnya.
Mereka terus menuruni anak tangga besi itu sampai habis. Karena kamar Max ada di lantai paling bawah.
Tiba di anak tangga terakhir, mereka melepaskan diri dari anak tangga itu. Andre dan Max berdiri di ruangan yang mengitari tangga itu.
Max mencari bentukan pintu tak berpegangan itu. Ada 4 lift disana, 1 lift macet, sisa 3 lift yang masih berjalan, dan celah pintu kecil di ketiga lift itu ikut berjalan ke atas ke bawah seiring dengan jalannya lift. Mereka beruntung mereka bisa menemukan bentukan pintu itu tapi tanpa pegangan itu karena hanya ada 1 lift yang terdiam di lantai paling bawah kala itu. Karena tak memiliki pegangan, mereka agak kesulitan membukanya. Hanya ada celah kecil di sekitarnya.
"Bagaimana cara membukanya, Dre?"
Andre pun tak tahu harus melakukan apa, dia tak membawa apapun di sakunya untuk mencungkil pintu itu lewat celahnya.
"Apa kamu membawa benda berujung tajam?"
Max terlihat meraba-raba saku baju dan celananya, tapi tak ada apapun disana.
Tiba-tiba..
Andre menarik tubuh Max, memindahkannya dari tempat asal Max berdiri.
Brugh...
Sebuah kapak berukuran cukup besar terjatuh tepat di atas Max berdiri tadi. Tapi untungnya Andre dengan sigap menariknya, jika tidak benda tajam itu akan menghantam Max dengan keras.
Mereka mendongakkan kepala mereka ke atas secara bersamaan, melihat dari mana asal benda yang terjatuh tadi.
Tapi tak ada apapun diatas sana. Andre hanya mengambil kapak itu, dan segera menghantamkannya ke arah pintu kecil agar mereka bisa segera keluar dari ruangan kecil itu.
Bugh..
Sekali Andre hantamkan kapak itu, tapi belum bisa membuka celah pintu itu.
Ia hendak menghantamkan kapak itu kedua kalinya, tapi tiba-tiba....
Krekk.....
Suara gema dari pintu yang terbuka. Pintu kecil yang tadi Max dan Andre gunakan untuk keluar dari lift dan masuk ke ruangan kecil dibelakangnya. Pintu itu tak seolah terbuka begitu saja tanpa ada yang membukanya, tentu saja ada seseorang yang membukanya. Dan...
Yang membukanya ialah...
Penjaga bertingkah aneh yang tadi mencoba memecahkan pintu kaca lift.
Suara gema tadi membuat Andre dan Max kembali mendongakkan kepala mereka ke atas. Samar-samar mereka lihat wajah yang baru saja muncul dari balik pintu kecil yang terbuka itu. Sampai mereka pun menyipitkan mata mereka untuk memastikan siapakah gerangan.
"Itu kan.... "
Tanpa melanjutkan perkataanya, Andre segera menghantamkan kembali kapak di tangannya ke arah engsel pintu kecil di depannya.
Bugh.. Bugh... Plak...
Akhirnya engselnya terlepas, dan pintu itupun sama ikut terlepas juga. Andre melepas pula kapak dalam genggamannya.
Mereka segera masuk lewat celah kecil itu. Setelah mereka masuk, mereka segera keluar dari lift itu. Tapi sebelum Andre benar-benar meninggalkan lift itu, Andre menekan tombol berangka 5, otomatis lift itu akan menuju lantai 5 bunker Max dan sebelum pintu lift itu tertutup untuk menuju lantai yang dituju, Andre dengan sigap keluar dari lift itu.
Setelah Andre dan Max bebas dari lift dan ruangan kecil itu, tiba-tiba terdengar suara...
Brugh...
Penjaga aneh yang tadi hanya menongolkan kepalanya saja di ambang pintu kecil ruangan sempit, ia masuk dan menjatuhkan dirinya begitu saja dari balik pintu itu. Lalu badannya terbentur dan terpelanting pada banyak anak tangga hingga akhirnya tersungkur di lantai paling bawah.
Tapi.. Tapi.. Tapi..