Ardian melajukan mobilnya perlahan di basement salah satu mall di Jakarta, matanya fokus mencari spot parkir yang kosong. Jam-jam oulang kantor seperti sekarang memang cukup sulit mendapat parkiran mengingat mall ini ramai dikunjungi para eksekutif muda di waktu sore.
Setelah memarkirkan mobilnya Ardian turun dan berjalan menuju pintu masuk mall. dia terlihat santai dengan hanya menggunakan kaos oblong polos berwarna hitam dan celana jeans biru dongker dengan sepatu sneaker berwarna putih.
Ardian berjalan menuju salah satu resto makanan Asia tempat Ia janjian dengan Arya, sahabat semasa SMA nya. Ardian celingukan di depan pintu masuk restoran berusaha mencari keberadaan Arya, kemudian tersenyum ketika medapati Arya melambai padanya sari pojok restoran. Ardian berjalan mendekati sahabatnya kemudian mereka saling berjabat tangan dan saling meneput bahu masing-masing sebelum akhirnya duduk.
"Sibuk boss?"Ardian membuka pembicaraan. Arya tertawa "Yah, biasa lah nasib karyawan rendahan, kerja keras bagai kuda," jawabnya membuat Ardian juga tertawa. Arya tak pernah berubah, selalu merendah meskipun jabatannya sebagai Manager di sebuah Bank swasta bukanlah jabatan yang bisa dibilang rendahan. Salah satu sifat Arya yang selalu disukai Ardian, Dia selalu rendah hati pada siapa saja.
"Kalau pak Dokter sendiri bagaimana?" tanya Arya
"Biasa lah, gitu- gitu aja gak ada perubahan berarti," jaaab Ardian sambil mengangkat bahunya.
"Makannya buruan nikah Ar, jadi gak suntuk terus, pulang ke rumah ada yang perhatiin, ada temen ngobrol, ada yang masakin, ada yang ngurusin," kata Arya membuat Ardian mendengus. Setelah menikah satu tahun yang lalu Arya memang selalu meledek Ardian untuk segera menikah juga, apa lagi setiap Ardian mengajaknya bertemu karna sedang suntuk seperti malam ini.
"Ngomong gampang Ya, tapi praktek susah, gue mau nikah ama siapa calonnya aja gak ada. Lagian gue belum kepikiran," seru Ardian
"Perasaan cewek yang ngantri buat jadi cewek lo banyak dah, kalo di barisin aja bisa dari bundaran HI sampe Monas," kata Arya sambil tertawa. Ardian ikut tertawa mendengan perkataan sahabatnya yang super lebay itu.
"Mana Ines, Ya?" Kata Ardian menanyakan isteri Arya.
"Tadi pulang kantor gue nganter dia sama sobatnya ke sini katanya mau belanja buat acara lamaran kakak temennya itu. gue sih ogah ikut males banget ikut cewe belanja, lagian yang dia butuh cuma ATM gue aja ko bukan orangnya," kata Arya membiat Ardian tertawa. Satu lagi sifat arya yang membuat Ardian tertawa.
Pembicaraan mereka terhenti karna pelayan datang memberikan makanan yang tadi mereka pesan, setelah itu mereka lebih berkinsentrasi pada makanan masing-masing karna mereka memang sudah sangat lapar.
saat sedang makan Arya tiba-tiba meletakan sendoknya dan melambai pada seseorang dari arah pintu masuk restoran. Dua orang wanita berpakaian kantoran masuk dan menghampiri mereka, mereka adalah Ines dan Kayra.
"Mas, lama ya nunggunya?" tanya ines pada suaminya di depan tempat duduk mereka. Ardian menoleh pada Ines dan tersenyum, baru saja dia akan berdiri menyambut Ines kemudian matanya tertuju pada wanita di sebelah Ines.
Deg..
Jantung Ardian seakan berhenti, makanan yang sedari tadi di konsumsinya seakan minta untuk dikeluarkan lagi. selama beberapa saat Ardian dan Kayra saling bertatapan.