Ardian dan Kayra hanya mematung sambil menatap satu sama lain. Perasaan mereka campur aduk sehingga sulit mengatakan perasaan mana yang lebih dominan. Ines yang super peka menyadari hal ini.
"Ehemm.." Ines berdehem berusaha memecah keheningan diantara mereka. Ardian dan Kayra tersadar dan jadi salah tingkah
"Du-duduk Nes, Kay," kata ardian kemudian, saat menyebut nama 'Kay' suaranya mengecil. Kayra yang salah tingkah malah menarik kursi kosong di sebelah Arya sehingga membuat Arya dan Ines terkejut.
"Kay, kamu ngapain duduk disini?" tanya Arya seketika membuat Kayra kembali menyadari lingkungannya, mukanya memerah karna malu. Ines jadi tertawa melihat tingkah Kayra begitu juga Ardian. Kayra bertukar tempat duduk dengan Ines.
"Lo udah kenal Kayra, Ar?" tanya Arya tanpa basa basi. Ardian mengangguk. " kenal dimana?" tanya Arya lagi
"Kami pernah ikut bimbel di tempat yang sama waktu SMP," kali ini Kayra yang menjawab, Ardian kembali mengangguk. Arya bingung melihat Ardian yg cuma bisa mengangguk-angguk sedari tadi, ingatannya kembali pada perbincangannya dengan Ardian beberapa tahun silam. Arya seperti memahami sesuatu dan langsung menatap Ardian. Ardian yg paham arti tatapan Arya kembali mengangguk. "Ah.. rupanya dia!" kata Arya dalam hati.
Ines juga mengingat-ingat sesuatu. Percakapan yg seringkali dia dan Kayra bahas, mata Ines sedikit melotot saat mengingatnya. Dia menatap Kayra dan yang di tatap cuma bisa nyengir salah tingkah, Ines langsung tertawa membuat tiga orang lainnya terkejut
"Kay.. Kay.. dunia sempit ya!" seru Ines yang membuat Kayra melotot dan menendang kakinya dari bawah meja.
******
"Kamu udah lama kenal Ines dan Arya Kay?" tanya Ardian tiba-tiba yang membuat Kayra terkejut sampai menjatuhkan sendok es krimnya.
"Ak-aku kenal Inea dari jaman kuliah, kalau Mas Arya baru setelah dia pacaran sama Ines aja," jawab kayra berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Setelah acara makan yang penuh kecanggungan tadi mereka memustuskan untuk pindah ke sebuah toko es krim agar suasana jadi lebih rileks.
"Kalau Ka Ardi udah lama kenal Mas Arya?" tanya Kayra pada Ardian
"Aku kenal Arya dari SMA," jawab Ardian, tersenyum
Ah.. ini senyum yang sangat dirindukan Kayra, bahkan setelah bertahun-tahun mereka tidak bertemu satu hal yang selalu diingat Kayra tentang sosok laki-laki di depannya adalah senyuman itu. Senyuman yang mampu membuatnya terhipnotis seketika, senyuman yang membuatnya jatuh berkali-kali dalam pesonanya, juga senyuman yang berkali-kali membuat Kayra jatuh merasakan sakitnya.
Tiba-tiba Kayra merasakan matanya mulai memanas saat mengingat kembali kejadian tiga tahun silam. Ardian menyadari itu.
"Kay, aku.." kalimatnya menggantung saat Ines tiba-tiba menginterupsi mereka
"Kay, ayo kita lanjut lagi, kan kita belum beli sepatunya!" seru Ines, Kayra melirik Ardian sesaat sebelum akhirnya mengangguk.
"Mas, sama Ka Ardian mau ikut atau tunggu sini?" tanya Ines sambil melihat suaminya
"Ikut aja deh, mau ngapain lagi Mas disini, apa lagi berduaan sama dia, bisa-bisa Mas dikira kumpulan jomblo ngenes!" seru Arya membuat Ardia menoyor kepalanya. mereka tertawa sebelum akhirnya kedua laki-laki itu mengekor di belakang dua Wanita yang langkahnya langsung penuh semangat.
******
Ardian sedang memainkan ponselnya sambil duduk di salah satu toko sepatu ketika tiba-tiba Kayra datang.
"Ka, liat Ines gak?" tanya Kayra. Ardian langsung memasukan ponselnya dan tersenyum pada Kayra
"Tadi dia bilang mau ke toko sepatu di sebelah, soalnya nunggu kamu kelamaan,". "Kenapa?" tanya Ardian yang melihat Kayra menghembuskan nafas agak kecewa
"Aku mau tanya pendapatnya soal sepatu ini," kata Kayra sambil memainkan kaki kanannya yg sekarang mengenakan sebuah stiletto berwarna hitam dengan hak sepanjang 7cm denga sedikit taburan swaroski di atasnya.
"Ini bagus kok, modelnya sederhana tapi kelihatan mewah, warnanya juga netral cocok buat ke acara formal," kata Ardian sambil menatap sepatu di kaki Kayra. Kayra sedikit terkejut dengan keadaan ini. bukankah tadi dia dan Ardian bahkan sangat gugup hanya untuk bertatap mata atau mengobrol, tapi sekarang keadaannya bahkan sangan cair di antara mereka.
"kalau gitu aku ambil yang ini aja deh," Kayra berlalu menghampiri mbak SPG yang berdiri tak jauh darinya. Mereka berbicara sedikit kemudian si mbak SPG tersenyum dan mengambil sepatu yang tadi Kayra kenakan kemudian membawanya ke kasir, Kayra mengikutinya dari belakang, tangannya sibuk mencari dompet dari dalam tasnya.
Baru saja Kayra akan membayar tiba-tiba tangannya dihentikan oleh seseorang yang membuat Kayra sangat terkejut
"Biar aku aja Kay!" kata orang itu yang ternyata adalah Ardian
"Eeh.. gak usah Ka! biar aku bayar sendiri aja!" seru Kayra, tapi Ardian sudah memberikan kartu debitnya pada mbak-mbak kasir.
Kayra jadi salah tingkah sendiri, apa lagi saat Ardian memberikan paper bag berisi sepatu kepadanya sambil tersenyum, "buat hadiah karna pertemuan kita yang gak terduga," kata Ardian singkat. Kayra menerima paper bag itu dengan sedikit gugup.
"Terimakasih Ka," katanya, Ardian Hanya tersenyum.
******
"Kay, udah dapet sepatunya?" tanya Ines saat Kayra dan Ardian berjalan masuk ke dalam toko tempatnya berbelanja. "Udah dong, gue kan gak kaya lo yang kalo belanja kudu ngiterin satu mall cuma buat satu sepatu," jawab kayra. Ines terkekeh sedangkan Arya manggut-manggut setuju.
"Nes, gue balik duluan ya, udah jam sembilan, nanti kemalaman," kata Kayra tiba-tiba. kalau menunggu Ines berbelanja bisa-bisa Ia pulang saat mall sudah tutup.
"yaahh.. ko pulang sih Kay? kan gue belum dapet sepatunya," jawab ines pura-pura merajuk
"Nungguin lo dapet sepatu, bisa-bisa gue pulang barengan sama satpam yang jaga malem disini Nes!" jawab Kayra yang disambut tawa Ardian dan Arya. Ines cemberut mendengar jawaban Kayra
"Yaudah, tapi hati-hati ya Kay, maaf gue sama Mas Arya jadi gak jadi nganter lo balik deh," entah kenapa saat mengatakannya Ines menekankan pada kata 'nganter' sambil melirik sekilas ke Arah Ardian. Arya melihat gelagat gak beres pada isrtrinya dan langaung paham maksud Ines, lalu menggeleng sendiri.
"Gapapa Nes, gue bisa naik TJ kok, lagian belum terlalu malam," jawan Kayra ceria.
"Aku anter aja Kay, kebetulan aku juga udah mau balik," kata ardian.
"Gak usah Ka, aku bisa sendiri ko, lagian rumahku jauh ka,"
"Apaan sih lo Kay! rumah lo kan deket cuma ke Cempaka Putih doang, lagian rezeki tuh gak boleh di tolak Kay, masih mending Ka Ardian mau nganter lo pulang," poting Ines dengan tidak tahu malunya. Kayra melotot pada Ines yang di balas Ines dengan menjulurkan lidahnya jail. memang sahabatnya yang satu ini orangnya suka ceplas ceplos. Akhirnya Kayra cuma bisa pasrah dan menerima ajakan Ardian untuk oulang bersama.
******
Selama perjalanan mereka lebih banyak diam dan hanyut dalam fikiran masing-masing. Hanya sesekali berbicara mengenai pekerjaan dan hal-hal umum seperti film atau musik.
Sebenarnya selama perjalanan ini jantung Kayra berdegup kencang. Dia benci hal ini, karna setiap kali bertemu Ardian jantungnya seperti sedang senam SKJ. Tapi satu hal yang paling ditakutkannya adalah jika dia kembali Jatuh ke lubang yang sama yang akan kembali memberinya kekecewaan, rasa sakit dan kesedihan. Tapi Kayra tahu dia tak akan bisa menolak pesona pria di sebelahnya ini meskipun dia berusaha.
Kayra mengarahkan Ardian ke rumahnya dan tanpa teraaa saat ini mereka sudah sampai di depan rumah Kayra.
"Kay, kalau nanti aku ajak kamu ketemuan tanpa Ines dan Arya boleh?" tanya Ardian ragu-ragu. Kayra tahu kemana arah pembicaraan ini. Jujur hati kecilnya sudah berteriak kegirangan dan ingin segera menjawab 'boleh', tapi kali ini Kayra lebih memilih mengikuti logikanya. Merak tidak biaa seperti dulu lagi karna saat ini mereka bukan lagi anak remaja seperti dulu dan dia tidak bisa seperti ini terus, harapannya akan semakin membumbung tinggi dan dia ingin bahwa harapannya akan berbuah manis bukan kekecewaan seperti dulu.
"Maaf sebelumnya ka, tapi aku rasa lebih baik kaka mantapkan dulu hati kaka kalau memang kaka ingin lanjut berhubungan denganku, karna kita sama-sama tahu sebelumnya hal ini pernah terjadi. Jujur aja aku berharap banyak saat itu ka, tapi harapanku selalu kandas, dan aku gak mau mengalaminya lagi. Kita sudah bukan remaja seperti saat itu ka, saat ini kita harus memikirkan segalanya dengan lebih dewasa," jawab Kayra, "aku.. bukan lagi ingin bermain-main dengan hidupku, atau dengan hubunganku. Aku ingin kepastian dan aku gak mau kecewa lagi. Cukup aku menata hatiku yg kecewa saat itu tapi tidak sekarang,". Keheningan menyusul jawaban Kayra.
"Aku turun ya ka, terimakasih sudah mengantar sampai ke rumah, hati-hati di jalan," kata Kayra lagi sambil membuka pintu mobil milik Ardian lalu turun dan masuk ke dalam rumahnya.
Sementara Ardian masih termenung memikirkan jawaban Kayra selama beberapa saat sebelum akhirnya kembali melajukan mobilnya menuju apartemennya.