Chereads / Menelusuri jejak(tamat) / Chapter 3 - Alibi

Chapter 3 - Alibi

Pagi hari pukul 06.00 wib.

"Bagaimana kejadian nya?" Tanya Egar pada seorang anggota polisi.dengan wajah serius sambil mengamati.mayat satu keluarga itu dengan wajah prihatin.

"kejadian nya tengah malam sekitar jam 12 malam, kalau tidak salah." Jawab polisi itu, Menjelaskan.

"Terima kasih, Hasan, silahkan teruskan pekerjaan mu." Ucap Egar, Tulus.

"Siap, Pak." Sahut Hasan.

"Sepertinya, mereka baru saja meninggal." Ucap Haning wanita cantik berjilbab serasi dengan baju yang di kenakan nya sambil mengambil foto para korban.

"Apa mungkin mereka di rampok?" Tanya Nano sambil mengambil darah korban pakai tisyu lalu di masuk kan nya ke dalam plastik untuk di periksa di labor.

"Entah lah, No kejadian ini masih misteri." Sahut Egar sambil menatap tubuh para korban.

Lalu dia jongkok,lalu dia mengambil setiap peluru di tubuh korban dan memasuk kan nya kedalam plastik.

"Sepertinya para korban hanya di tembak, karena tidak ada bekas pukulan di tubuh para korban." Sambung Haning, sambil menatap tubuh para korban dari.atas hingga bawah.

"Ya...benar, mereka hanya terkena peluru." Sahut Nano.

"Siapa pelakunya?" Tanya Haning dengan kening berkerut.

Nano menggeleng lemah.

"Entah lah, Ning aku juga belum tahu." Jawab Nano.

"Aku tahu." Sahut Egar, Santai.

"Ha? Mana,Gar?" Tanya Haning, Bingung.

"Iya, mana, Gar?" Sambung Nano.

"Dia di antara para tetangga korban yang pura-pura baru melihat kejadian ini, aku mencium bau aroma pembunuh nya.

"Tunggu apalagi?Ayo...kita tangkap dia!" Seru Nano gak sabar.

"Eits...sabar dulu, jangan gegabah seperti ini, kita belum punya bukti kalau pelakunya dia." Ucap Egar sambil menarik kerah Nano.

Nano memicingkan matanya tanda dia tidak mengerti begitu juga Haning.

"Ya..kita mengumpulkan semua pembuktian dulu." Jawab Egar sambil berlalu.

"Bagaimana kejadian nya, Mas?" Tanya Chandra, seorang petugas polisi menanyakan seorang saksi kejadian itu.

"Begini, Pak, saat tengah malam itu saya pulang dari Bandung naik kereta api keluar jam 18.30, sampai Gambir macet jadi sampai sini tengah malam saat itu saya numpang mobil teman lalu belum sampai halaman rumah saya tiba-tiba ada suara peluru terdengar persis di sebelah rumah saya, saya sembunyi di balik tembok karena takut jadi korban juga." Jawab pemuda itu menjelaskan dengan santai.

"Siapa dia?" Tanya Egar pada Candra lalu menatap pemuda itu.

"Dia saksi peristiwa berdarah itu, Pak Egar."Jawab Candra, Pelan.

"Oh..."Egar manggut-manggut sambil menatap pemuda itu, pemuda dengan gerakan bahasa tubuh yang tenang bercondong pada ketenangan malah, Egar melihat itu.

"Siapa namanya?" Tanya Egar lagi.

"Nama nya Gusti, Pak."

"Oke...biar saya hampiri dia." Lanjut Egar sambil menghampiri pemuda itu.

"Asalamualaikum." Ucap Egar.

"Walaikum salam." Balas Gusti sambil menatap heran Egar.

"Apa kau saksi di balik kejadian itu?" Tanya Egar.

"Ya."

"Saya detektif Egar, Saya ingin kamu ke kantor polisixxx, Sekarang!" Komando Egar.

"Pak, Tolong jangan tangkap saya, saya cuma saksi." Cicit Gusti dengan wajah ketakutan.

Egar menggeleng dan berdecak.

"Aku tidak menangkap mu, Gusti aku ingin keterangan mu di kantor polisi sebagai saksi, jawab lah kejadian apa yang kamu saksikan tadi malam secara detail." Sahut Egar sambil menepuk pundak Gusti.

"Oh..." Sambung Gusti yang mulai santai.

"Iya...pak, InsyaAllah saya akan jawab semua."Balas Gusti.

Egar tersenyum.

"Saya tidak tahu, Bu, saya baru tahu ada kejadian seperti ini." Jawab seorang pria dengan santai saat di tanya Haning.

"Baiklah, Terima kasih." Ucap Haning, Kecewa karena tak dapat saksi kejadian berdarah itu.

"Bagaimana, Ning?" Tanya Nano penasaran.

Diam-diam Egar melihat gerakan tubuh pria itu yang sepertinya santai di mata kedua rekan nya itu tapi tidak bagi dia, ada suatu kegelisahan di balik santai nya itu.

"Hai..." Sapa Egar pada kedua rekan nya.

"Hai...Gar." Balas Nano sambil melambaikan tangan nya.

"Bagaimana? apa pria itu..."

"Bukan, Gar, katanya dia baru tahu kalau ada kejadian seperti ini." Potong Haning.

"Ck...dia memiliki.alibi." Kata Egar sambil tersenyum miring.

"Alibi?" Ulang keduanya, Kompak.

"Ya...mungkin dia terlihat santai di mata kalian tapi.ada kegelisahan di balik santainya.

"Benar juga katamu, Gar,aku mulai curiga kalau katanya dia tetangga dekat korban tapi seharusnya dia mendengar semua itu." Ucap Nano yang sudah mencium aroma kecurigaan.

"Yang paling aku curigai adalah saat kami menanyakan di mana saat kejadian itu, Katanya ada di rumah." Imbuh Haning.

"Nah...itu." sahut Egar sambil menggerling.

"Iya...mungkin lagi tidur, tapi masa sih gak terbangun ada bunyi peluru?" Sambung Nano dengan wajah penuh tanya.

"Iya...kenapa dia gak melapor petugas ya?" Keluh Haning.

"Oya..Gar, Bagaimana dengan mu?" Tanya Nano, Antusias.

"Aku.udah mendapatkan saksinya." Jawab Egar, Santai.

"Oya?" Tanya keduanya.sambil mengiringi langkah kaki pria tampan bertinggi 180cm itu.

"Iya...namanya Gusti, dia ku panggil ke kantor kita untuk menjelas kan semua ini.

" Ayo...kita cepat-cepat membawa Gusti ke markas kita." Ajak Egar.

"Hmmm...sepertinya mereka tak mencurigai ku,aku.akan tetap bersikap santai dan pura-pura tidak tahu, agar tidak menimbulkan kecurigaan." Kata pria berbaju putih berlengan panjang dan bercelana panjang dengan senyuman miring nya.

"Hmmm....dendamku sudah terbalas sekarang!" Ucap nya sambil mengepal kan tangan nya, Bahagia.

"Hai...." Sapa seseorang tiba-tiba.

" Siapa kau?" Tanya pria itu, Kaget.

Bersambung....