Belum selesai Cleo mengucapkan semua keinginannya, Harry sudah memotongnya.
"Aku tidak peduli kau menggunakan uang itu untuk apa, dan apapun alasanmu. Tapi karena kau sudah melanggar kontrak, maka kau mau tidak mau harus mengganti kerugiannya," ujar Harry tanpa ekspresi dan masa bodoh dengan apa yang akan dikatakan Cleo.
Cleo menatapnya tak percaya.
"Apa?? Apa kau sedang bercanda? Harry kau jelas tidak bisa melakukan itu! Aku sendiri saja bahkan tidak tahu ada aturan itu dalam surat perjanjian kita. Apa kau tidak salah?"
Ketika Cleo melayangkan segala bentuk protesnya yang hakiki, Harry justru dengan santainya berkata.
"Aku akan memberimu kelonggaran waktu. Silahkan pikirkan bagaimana caranya kau akan membayarku," ia bangkit berdiri, merapikan pakaiannya dan kemudian berjalan keluar.
Cleo langsung panik, "Hei, Harry, Tunggu!! Aku belum selesai bicara," tapi pria itu tidak peduli.
Cleo akhirnya menatap kepergian Harry dengan tidak percaya. Setelah ia membombardir seluruh isi otak dan jiwa Cleo dengan segala ketidak-masuk-akalannya, kini dia pergi begitu saja??!
Hah! Luar biasa.
Cleo mengacak-ngacak rambutnya. Pasti ada sebuah kesalahan di sini.
Dengan cepat, ia berlari menuju ke kamarnya. Membuka salah satu laci yang sengaja ia kunci. Lalu mengambil sebuah dokumen dari dalamnya.
'Surat Perjanjian Pernikahan'
Satu persatu Cleo membuka lembar demi lembar halaman yang ada di dalamnya. Kemudian dengan cepat ia mencari pasal yang disebutkan dalam surat gugatan Harry.
"Pasal 41... ah ini dia,"
"Pihak kedua dilarang menggunakan satu sen pun uang milik pihak pertama untuk kepentingannya sendiri, dalam keadaan apapun dan tanpa seizin dari pemiliknya. Dan apabila Pihak kedua melanggar, maka ia harus membayar ganti rugi sebesar 1 1/10 dari bagian yang digunakannya itu."
Apa? Apa dia sudah gila?
Uang itu aku gunakan untuk neneknya sendiri! Jika dia ingin menagihnya, tagih saja sama neneknya! Kenapa harus aku yang menanggungnya?!
Membaca satu pasal yang sudah dilewatkan Cleo ini, membuatnya membaca ulang seluruh pasal yang ada di dalam surat perjanjian itu kembali dengan lebih teliti. Dan benar saja banyak pasal-pasal yang tidak masuk akal di bagian belakangnya.
Dia pasti ingin mencekikku!!
Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus segera menghubunginya.
Dengan cepat Cleo menekan nomor Dirga. Telepon tidak diangkat dan itu membuat Cleo semakin kesal.
Ia mencoba menghubunginya lagi tapi gagal. Ah!! Sial! Kenapa Cleo bisa tidak meminta nomor Harry sebelumnya? Apakah wajar jika istrinya sendiri tidak punya nomor suaminya?
Dengan cepat ia beralih ke layar pesannya. Mengetik beberapa pesan dan mengirimkannya ke nomor Dirga.
'Berikan aku nomor bosmu! Aku perlu bicara penting dengannya!'
Tulis Cleo dengan sengaja memberikan imbuhan seru. 5 detik. 10 detik. Sampai 1menit kemudian, SMS Cleo tidak di balas juga. Ia menunggunya dengan kesal sambil mencoba memberi waktu lagi untuk Dirga dan melirik jam.
Saat ini mungkin merela masih dalam perjalanan menuju ke kantor. Jadi itu sebabnya Dirga tidak mengangkat teleponnya atau bahkan membalas pesannya.
Tapi satu jam telah berlalu sampai detik ini, tapi panggilan telepon balik atau pesan masuk tidak kunjung didapat Cleo. Ini membuatnya kehilangan kesabaran.
Padahal setelah lewat 15 menit, Cleo sudah mencoba untuk menghubunginya sekali dan bahkan mengiriminya SMS beberapa kali dengan bunyi pesan yang sama.
'Aku perlu bicara dengan bosmu,'
'Suruh dia menghubungiku balik,'
'Apa kalian sudah sampai di kantor? Jika sudah tolong segera hubungi aku.'
'Apa dia bersama denganmu?'
'Hallo? Apa ada orang di sana?'
Dan sekumpulan pesan lain yang jika dihitung sudah ada 10pesan keluar yang ditujukan untuk Dirga. Tapi, jangankan menghubunginya balik. Cleo justru malah merasa amat sangat diabaikan.
Akhirnya setelah lewat satu jam, Cleo kembali memutuskan untuk menghubungi Dirga kembali. Terdengar nada sambung. Dan Cleo tetap menunggu dengan sabar sampai nomor tersebut diangkat.
Sebuah suara keluar dari seberang telepon.
"Hallo, Nyonya Cleo?" sapa Dirga yang sudah sejak setengah jam yang lalu telah sampai di kantor. Namun karena baru diberikan izin oleh Harry untuk mengangkat telepon tersebut, ia terpaksa baru mengangkatnya sekarang.
"Mana dia? Aku perlu bicara dengannya. Penting!!" ujar Cleo.
"Tuan Harry.." Dirga melirik sedikit ke arah Harry yang sedang memeriksa beberapa dokumen di mejanya. Dengan satu kali tatapan dari Harry, Dirga sudah tahu bahwa bosnya itu tidak ingin menjawab telepon.
"Beliau sedang tidak bisa mengangkat telepon. Ada yang bisa saya sampaikan, Nyonya Cleo?" tanya Dirga berusaha menjadi penjawab yang baik.
"Aku tidak ingin bicara denganmu! Yang ingin aku ajak bicara adalah bosmu! Suruh dia angkat teleponnya, sekarang juga!" pinta Cleo.
Mendengar perkataan yang memaksa itu, Dirga agaknya cukup terkejut. Seumur-umur belum pernah ada yang berani bicara memerintah seperti itu pada bosnya. Dengan ekspresi yang tidak tenang, Dirga mencoba menjadi penengah.
"Nona Cleo, tolong Anda pahami dulu situasi Anda saat ini. Anda tidak bisa seenaknya saja ingin berbicara dengan Tuan Harry. Jika ada hal yang ingin Anda sampaikan, Anda bisa menyampaikannya langsung pada saya. Itu pun jika Anda masih ingin,"
Kesopanan Dirga justru semakin membuat kekesalan Cleo memuncak.
"Apa dia seorang presiden? Atau bahkan gelarnya adalah raja dari sebuah dinasti? Kenapa aku selalu susah sekali bicara dengannya?" teriak Cleo keras sampai membuat Dirga menjauhkan handphonenya dari telinga.
Harry melihat itu. Dengan alis yang sedikit berkerut, Ia langsung memberi kode pada Dirga untuk meloadspeaker ponselnya. Dirga menurut.
"Baiklah. Kali ini dengarkan aku baik-baik dan sampaikan ini pada bosmu itu!"
"Aku tidak akan membayar uang ganti rugi itu sepeser pun!" teriak Cleo dengan sangat yakin seyakin-yakinnya.