Kania berjalan memasuki mobilnya, ia tersenyum penuh kemenangan saat Randy memberitahu dimana ia menyembunyikan rekaman itu meskipun jawaban Randy memiliki teka teki yang mesti dipecahkannya agar dapat menemukan bukti yang dipegangnya tapi setidaknya Kania cukup senang.
"Dimana ia menyembunyikan rekaman itu? apa maksudnya mengubur rahasia dalam rahasia itu..?" Kania memutar otaknya mencari jawaban yang membuat kepalanya pusing.
"Tapi setidaknya benda itu tetap berada ditempat yang aman." Kania menyeringai lalu dengan cepat is mengendarai mobil sportnya , dan membelah jalan dengan kencang
.....
Sementara itu Raden yang telah menyelidiki tentang kasus kebakaran ysng sebelumnya Agung berikan padanya menemukan fakta yang mengejutkan.
Anting yang diberikan oleh Agung adalah anting milik Kania lewat perusahaan perhiasan yang dihubunginya, perusahaan perhiasan yang menerbitkan anting itu mengatakan jika Kania salah satu pemilik anting edisi terbatas itu.
Kania...
Nama itu terdengar tidak asing sampai Raden mengingat jika Kania adalah adik angkat Rahayu, dan dia lah pewaris dari harta Rahayu.
Kemungkinan terbesar jika memang Maya dan Arya masih hidup maka Kania sengaja menyingkirkan Maya dan Arya?
Tapi Mina adalah kakak kandung Kania dan apa ia tega membakar kakaknya sendiri?
Raden meletakkan kaca matanya dan memijat pelipis matanya sebentar karena merasa pusing, semuanya sangat membingungkannya sampai ia menyadari jika ada kemungkinan lain, mungkin saja Kania memang benar memalsukan kematian Arya dan Maya dimasa lalu untuk mendapatkan harta warisan mereka dan saat Maya dan Arya tiba-tiba muncul ia menjadi panik dan bertindak gegabah dengan membakar rumah yang ditempati oleh Arya dan Mina.
Jika benar seperti itu maka Raden tidak akan melepaskan wanita itu, dengan cepat Raden mencari ponselnya dan segera menghubungi Agung.
"Aku ingin melakukan tes DNA." Ucapnya singkat.
....
Andre telah mengirimkan file curiannya kepada Agung, dan Agung segera memeriksanya dengan teliti.
"Kerja bagus ." Puji Agung dibalik ponselnya.
Agung menunjukan senyumananya, ia sangat senang karena sebentar lagi Maya akan mendapatkan haknya kembali.
Dilain tempat, Maya menyunggingkan senyumannya saat telah menerima panggilan dari Agung.
Semua rencana berjalan lancar.. maka tidak akan ada masalah lagi yang akan menggoyahkan kebahagiaannya.
Maya sudah yakin untuk memberitahu Marve saat nanti semua bukti telah ditangannya dengan begitu Marve tidak akan meragukan ucapannya.
"Sayang.." Panggil Marve, ia kemudian duduk dibelakang tubuh Maya sambil memeluknya erat.
"Pemandangan disini sangat indah.." Ucap Marve gedung tinggi dan mewah dikota tidak akan ada yang mampu menyaingi keindahan dedaunan hijau yang basah akibat diterpa hujan.
"Benar mas.. jika tua kelak, kita tinggal disini saja ya." Ucap Maya, ia menyandarkan tubuhnya dan menyelupkan kakinya kedalam kolam renang.
"Tentu saja, cucu kita kelak pasti akan merasa betah jika berkunjung disini.." Sahut Marve setuju.
"Dek.. kamu ingin punya anak berapa?" Tanya Marve, suaranya pelan nyaris tidak dapat Maya dengar karena sebenarnya Marve merasa malu sekaligus tersipu.
Maya terdiam dan berpikir sejenak "dua mungkin.."
"Dua mungkin? Artinya aku bisa menambahkannya lagi menjadi tiga atau empat sepertinya."
Maya menoleh dan tertawa "Kamu serius mas sebanyak itu?"
Marve kemudian mengangguk "Aku tidak ingin anakku kesepian seperti diriku.".jawabnya sedih.
"Baiklah.. mari kita miliki anak sebanyak-banyaknya.." Ucap Maya tanpa keraguan sedikitpun.
"Kamu akan memberikan nama anak pertama kita kelak siapa mas?"
"Jika laki-laki aku ingin memberinya nama Arjuna dan jika perempuan Alena.."
"Nama yang indah.. "
Marve kemudian beranjak bangun dan membuat Maya menoleh, ia membuka bajunya lalu menceburkan dirinya kedaam kolam.
Maya tersenyum, tidak akan ada yang mengalahkan ketampanan wajah suaminya saat rambutnya basah seperti saat ini.
Marve kemudian berenang mendekat dan menghampiri Mya saat telah begitu dekat dengan Maya ia tersenyum sambil memegang tangan Maya lembut.
"Kita tidak akan memiliki anak jika kita hanya membicarakannya saja sayang." ucap Marve sebelum akhirnya ia menarik tubuh Maya membuatnya masuk kedalam kolam renang.
"Mas.. aku baru saja ganti baju.." Protes Maya kesal, Marve hanya tersenyum, ia tahu betul jika istrinya hanya merajuk dimulut saja.
"Karena sudah basah biar mas bukakan bajumu dek.." Bisik Marve menggoda.
Wajah Maya memerah saat tangan Marve sudah menyelinap masjk kedalam bajunya dan perlahan membuka pengait branya tanps Maya sadari.
Marve kemudian menarik tubuh Maya lalu menciumnya hangat dan tanpa sadar kini pakaian atas Maya sudah mengambang dikolam.
"Mas.." Maya menutupi tubuh polos ya dengan menyilangkan tangannya didada namun kemudian Marve malah mendorongnya dan membawanya masuk kedalam air lalu menciumnya, menyalurkan udara kedalam rongga mulut Maya
Kini Maya sudah tidak perduli lagi dengan pakaiannya, ia mencengkram erat pinnggang Marve saat merasakan kehangatan tubuh Marve yang memeluknya erat.
"Aku mencintaimu Maya.." Marve mengangkat tubuh Maya agar Maya dapat mengambil nafas lebih dulu, ia masih memeluk tubuh Maya erat sedangkan kaki Maya melingkar erat dipinggangnya.
"Aku juga mencintaimu Marve.." Bisik Maya sebelum akhirnya ia mengangkat lehernya saat Marve terus mengecupi tengkuknya hangat.
Mereka larut dalam suasana percintaan yang mengairahkan dan hangat, saat Marve perlahan mengeluarkan tubuh mereka dari kolam dan mendudukan Maya kedalam bathub berisi air dan busa sabun yang melimpah.
Tubuh mereka telah bersatu sempurna kini dan Marve tidak dapat berhenti tersenyum saat wajah Maya yang memerah dan rambut basahnya yang terurai membuatnya semakin terlihan menawan.
"Istriku sangat cantik.." Puji Marve tersenyum.
"aku tau itu mas.. selain rambutku yang seoerti sarang burun dan tanganku yang kasar seperri aspal.. aku tau aku cantik." Ucao Maya bergurau.
Marve tertawa dan mengecup singkat bibir Maya "Kamu mengenal dirimu dengan baik.."
"Tapi aku jauh mengenalmu dengan baik mas.." Balas Maya, ia berbisik dan kemudian meraih bibir Marve dan menciumnya, ia membiarkan Marve memasuki rongga mulutnya dan bermain bersama lidahnya yang saling bertautan.
"Mari kita hidup bahagia seperti ini selamanya.." Ucap Marve sebelum akhirnya ia membalikkan posisi mereka dan kini menghimpit tubuh Maya.
"Apa kamu bersedia?"
"Tentu saja.."
....
Wajah berseri dan cerah terlihat dari raut wajah Maya dan Marve saat mereka baru saja memasuki halaman rumah mereka seelah kembali dari berbulan madu.
Maya masih menggrlayut manja dilengan Marve saat mobil mereka perlahan berhenti didepan rumah mereka.
"Aku merindukan rumah ini.." Ucap Maya setelah Marve membukakan pintu mobil untuknya.
Para pelayan telah menunggu menyambut mereka, Marve kemudian mengandeng pinggang Maya dan mengajaknya masuk kedalam rumah saat seseorang berteriak memanggil namanya.
" Marven.."
Maya dan Marve menoleh, seorang wanita berpakaian lusuh dan tidak memakai alas kaki berlari cepat sambil menangis dan kemudian memeluk Marve erat hingga membuat Maya terdorong.
"Marven... "