Chereads / Main Love / Chapter 36 - Love Rain

Chapter 36 - Love Rain

Maya menatap kosong setangkai mawar biru yang diberikan Marve padanya.

Pantaskah jika ia bertanya tentang perasaan Marve padanya?

Mungkin mereka hanya terjebak dalam situasi hubungan suami istri yang membuat mereka kini bertingkah seolah saling mencintai.

Maya... Apa kamu telah jatuh cinta pada Marve?

Mengapa kamu begitu peduli tentang bagaimana perasaannya padamu?

Dua minggu adalah waktu yang terlalu singkat bahkan jika sekarang kamu menghilang dari pandangannya, ia mungkin tidak akan mencarimu...

Sadarlah Maya...

Maya menunduk sedih, hatinya terasa pilu kini saat Marve bertanya balik padanya tentang sikapnya selama ini.

Kebaikan Marve dapatkah itu diartikan sebagai cinta olehnya?

Bagaimana jika Marve hanya mempermainkanmu?

Kamu berakhir disini karena orang yang kamu anggap baik padamu tapi ternyata semua hanya kedok untuk menjatuhkanmu.

Apakah Marve akan seperti itu juga padaku?

layaknya Kania memperlakukanku?

"Aku mencintaimu." Suara itu terdengar jelas dibelakang telinga Maya membuat langkahnya terhenti seketika.

Apakah ini mimpi?

Atau ini hanya sebuah halusinasi?

"Maya.. Aku mencintaimu.."

Kini Maya dapat merasakan suara lembut itu bersamaan dengan hangatnya dekapan yang Marve berikan padanya.

"Mungkin untukmu pernyataan cintaku terdengar konyol, tapi aku tidak dapat membendung perasaanku padamu lebih lama lagi..."

Maya mendengarkan dengan hati-hati setiap kata yang diucapkan oleh Marve padanya.

Ia tidak ingin salah mengartikan sepatah katapun jadi ia hanya diam dan mendengarkan.

"Maya... Mungkin perasaan kita berbeda saat ini, aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku tapi aku tidak akan berhenti mencoba membuatmu jatuh cinta padaku."

Sekali lagi, aku berada diambang kebingungan yang membuatku tidak tahu jalan yang mana yang harus aku pilih.

Marve kemudian melepaskan tubuh Maya dan memutar tubuh Maya agar ia dapat melihat wajah Maya dengan jelas.

Dibawah terangnya sinar rembulan yang menerpa mereka, Marve meraih tangan Maya dan menggenggamnya erat.

Maya menatap lekat wajah Marve kini, ia mencari kebenaran dari mata Marve.

Sangat sulit untuk mengenali seperti apa cinta itu sebenarnya.

Dan rasanya terlalu egois jika Maya lebih mementingkan kisah asmaranya yang bahkan ia belum tahu bagaimana sebenarnya perasaannya pada Marve.

Kebenciannya pada Kania membuat hatinya mengeras dan hanya dipenuhi oleh dendam yang ingin segera dibalaskan tapi setiap kelembutan dan ucapan manis yang Marve lakukan padanya membuat ia selalu melupakan masalahnya.

Jika ia meminta bantuan Marve saat ini, itu artinya ia memanfaatkan perasaan Marve padanya sedangkan ia sendiri belum mengerti bagaimana perasaannya pada Marve.

Entah itu cinta atau hanya terbiasa.

Tapi jika ia tidak segera cepat bertindak maka perusahaan Wings akan hancur mengingat krisis yang sedang dialami grup Wings saat ini.

Kini semua menjadi dilema yang menghimpitnya.

Maya kemudian melepaskan tangan Marve perlahan, ia tidak tahu harus berkata apa karena pikirannya sudah sangat kacau jadi ia memutuskan untuk berjalan pergi meninggalkan Marve.

Marve menunduk sedih kini, hatinya kecewa dan terluka tapi ia tidak akan menyerah, ia akan membuktikan pada Maya jika cintanya tulus dan kuat meskipun ia jatuh cinta pada Maya dalam waktu yang begitu singkat.

...

Marve menunggu Maya kembali ke kamar, ia memandangi sepasang anting permata biru yang tadi malam Maya tunjukan padanya jika anting itu terlihat seperti bunga mawar biru dirumahnya.

Ini sudah hampir satu jam, saat Maya meninggalkannya di taman, Marve memutuskan untuk kembali ke kamar tapi ternyata Maya tidak berada di kamar mereka.

Mungkin Maya butuh waktu sendiri jadi ia memutuskan untuk tidak mencarinya karena Maya tidak mungkin pergi meninggalkan rumah karena saat ini baru pukul tiga pagi.

Ya, Maya masih berada dirumah, ia duduk terdiam di halaman belakang yang sepi.

Mengapa langit selalu mendung belakangan ini? Maya bertanya dalam hatinya saat merasakan hembusan angin menerpa wajahnya dan perlahan tetesan air hujan menerpa tubuhnya.

Hujan bisahkah kamu menyiram kekeringan di dalam hatiku?

Atau angin bawalah aku terbang bersamamu dan pergi menghilang dari semua masalahku...

Jika memikirkan Kania, ia hanya memikirkan bagaimana adiknya selama ini hidup menderita jadi ia selalu ingin membalas semua perbuatannya.

Tapi hati kecilnya, ingin tetap berada disini bersama Marve...

Ia sangat bahagia menjadi istri Marve meskipun ia belum bisa memastikan perasannya pada Marve...

Bisakah aku menjadi serakah dan mendapatkan keduanya?

Maya tersenyum dan membentangkan kedua tangannya, merasakan hujan menyapu kesedihannya untuk sesaat.

"Apakah sangat menyenangkan bermain hujan seperti ini dari pada menemani suamimu yang baru saja kecewa karena kamu mengabaikan pernyataan cintanya?"

Maya menoleh, dan Marve telah berdiri disebelahnya sambil tersenyum merasakan air hujan yang juga menerpanya.

"Tapi tidak masalah, aku suka ketika hujan membuat kita menjadi lebih dekat." Ucap Marve lagi, ia kemudian menarik tangan Maya dan membawa Maya ketengah halaman.

"Astaga Marve kita akan tersambar petir jika seperti ini." Teriak Maya, karena hujan cukup deras dan membuat suara yang cukup bising.

"Aku tidak perduli, asalkan bersamamu matipun tidak masalah untuk ku!" Jawab Marve, ia kemudian menggendong tubuh Maya dan berputar merasakan derasnya hujan menerpa tubuh mereka.

Akhirnya Maya tertawa kini saat Marve telah menurunkan tubuhnya dan mengajaknya melompat bersamanya.

"Jangan bersedih lagi.. aku tidak akan memaksamu mencintaiku!" Ucap Marve, ia perlahan menyentuh lembut pipi Maya.

"Aku akan menunggu hingga kamu mendatangiku dan mengatakan jika kamu mencintaiku." lanjutnya.

Maya tersenyum dan mengangguk "Baiklah.."

"Bagaimana jika aku membutuhkan waktu 1000 tahun untuk dapat mencintaimu?"

"Maka aku akan berbuat baik seumur hidupku, agar kelak bahkan diakhiratpun kamu tetap menjadi istriku."

Maya sangat tersentuh dengan ucapan Marve, ia dapat merasakan bagaimana Marve mencintainya hanya lewat tatapan matanya saat ini.

Marve kemudian mendekat lalu berbisik, "Tapi.. Aku tidak akan menahan diriku menunjukan rasa cintaku padamu salah satunya dengan ini..."

Maya menyentuh pipinya saat Marve tiba-tiba mengecup pipinya lembut dan kemudian kembali menarik tubuh Maya untuk meloncat bersamanya lagi.

"Hey langit dan hujan.. jadilah saksi jika aku hanya mencintai wanita yang saat ini bersama denganku.. Ya dia Maya.. Maya istriku.. Aku sangat mencintainya.." Teriak Marve.

"Marve kamu akan membangunkan semua orang.." Teriak Maya, ia cepat-cepat menutup bibir Marve dengan tangannya saat Marve berteriak seperti orang gila..

Ya cinta memang membuat orang menjadi gila..

Dan saat pagi tiba, Maya dan Marve sudah merungkut dengan tubuh tertutup selimut.

Dua cangkir air hangat dibawa dengan hati-hati oleh Dewi sambil mengomel, ia memberikan cangkir itu masing-masing kepada Maya dan Marve lalu memberikan obat pada mereka.

"Astaga bagaimana kalian bisa demam lagi seperti ini?" Oceh Dewi setelah meraih kembali cangkir dari tangan Maya dan Marve.

Maya dan Marve hanya tersenyum saling memandang karena merasa malu jika saja Dewi mengetahui jika mereka bermain hujan pada jam tiga pagi tadi, maka pasti Dewi akan menggoda mereka seharian dan bergosip ria dengan para pelayan lainnya menceritakan bagaimana tuan dan nyonya mereka bertingkah kekanak-kanakan semalam.

...