Chereads / Wa'alaikumsalam, Calon Imam / Chapter 7 - Lamaran Dari Dia

Chapter 7 - Lamaran Dari Dia

***

Sudah beberapa bulan ini, aku mencoba mencari pekerjaan dengan mengirimkan file ku ke rumah sakit yang lain. Entah itu melalui email ataupun datang langsung ke rumah sakit itu.

Rasa lelah sudah ku alami namun tak menyiratkan bahwa diriku menyerah. Batin ku entah kenapa membuatku tak ingin mengingat Sam yang kini sedang sibuk-sibuknya. Aku bersyukur setidaknya salah satu teman dekat ku yang bernama Mila sudah diterima kerja di rumah sakit dekat dengan rumah nya.

Aku pun juga begitu, ingin bekerja yang tidak jauh dari rumah. Karena aku memang tidak ingin berjauhan dengan keluarga ku. Malam yang kian gelap membuat ku cepat mengantuk. ku putuskan untuk segera beranjak tidur, karena aku pun mulai mengantuk.

***

Pagi ini seperti biasa, aku bangun dari tidur ku dan melaksanakan sholat subuh sendiri dikamar kecil ku. Berdoa memohon pada Allah agar aku segera di berikan pekerjaan. Setelah selesai menunaikan kewajiban ku, aku pun bergegas menuju dapur untuk memasak sarapan. Kebetulan aku dirumah sendiri, ayah dan ibu sedang menginap di rumah sepupu. Sedangkan ka Deni menginap di rumah temannya.

Ingat, aku sudah biasa sendiri. Tak perlu takut ataupun khawatir. Ku buka kulkas dan melihat isinya. Ternyata hanya ada telur dan seikat sayur bayam disana. Tak perlu lama berpikir, segera saja ku ambil itu, dan mulai memasak telur dadar dan sayur bayam. Mungkin itu adalah menu makanan yang sederhana, namun aku bisa apa? karena hanya bahan itu yang berada di kulkas. Aku juga malas pergi mencari tukang sayur keliling yang ada di depan perumahan.

Makanan itu akhirnya sudah jadi, aku mulai menyantapnya dengan nasi hangat yang baru ku masak di magic com. Menikmati hidangan sendiri itu membuatku belajar lebih mandiri.

Selesai makan, ku rapih kan dan ku bersihkan peralatan makan dan memasak yang ada di dapur. Setelah itu aku mulai menyapu dan mengepel. Tanpa terasa rumah ku sudah rapi dan aku pun juga sudah menjemur pakaian di belakang rumah.

Akhirnya aku bisa beristirahat sejenak, aku mulai membuka ponsel yang tadi sempat ku charger di kamar. Satu notifikasi dari pesan WhatsApp dengan nama si pengirim adalah Faisal, membuat ku mengerutkan dahi. Bingung bercampur rasa penasaran. Dan saat ku buka, hati ku mulai berhenti berdetak...

Assalamualaikum Fania, aku cuma mau menyampaikan itikad baik ku untuk melamar mu, aku sudah membicarakan ini dengan kakak mu dan juga ibuku. Maaf, mungkin ini terlalu cepat. Tapi jujur saja, aku ingin menikahi mu.