"Kau tahu, mengapa seorang sahabat bisa membunuh?!". Hendra berdiri dan mulai bergerak memberi ancaman.
"Mati aku..". Sekertaris itu bergumam. Menundukkan kepala, pasrah menerima segala bentuk hukuman.
"Berbaliklah!". Hendra memandang dengan wajah geram. Sekertarisnya berbalik perlahan kehilangan nyali.
Surya pikir dia akan di jatuhi hukuman mengerikan atau umpatan yang kini menjadi ciri khas CEO Djoyo Makmur Grup. Nyatanya lelaki bermata biru itu malah melemparkan dirinya pada sofa abu-abu.
"Kau membuatku kehilangan kompensasi terbaik". Serunya mengacak-acak rambut.
_Kompensasi?_ Surya menelisik.
"Ah' kamu menjebak nona lagi". Surya ikut duduk di sofa. Mengamati Hendra.
"Dia gadis muda yang lugu, jangan berlaku buruk padanya". Pikiran Surya berlari kearah berbeda. Dia melihat Dea di sana, anak yang tampak dewasa dari luar. Nyatanya mereka memang anak-anak muda yang masih mencari jati diri.