"Supaya jiwaku kembali pada tubuhku," kalimat aruna mengandung tanda tanya hebat pada tiap-tiap orang yang mendengarnya.
Tak ada yang tahu bahwa perempuan ini menyadur kalimat Kahlil Gibran, 'Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa roh (jiwa).'
Dia memberi tatapan pria yang rambutnya telah penuh uban tersebut dengan berani. Ada ketugah di sana, ada daya yang tak terkendali.
"lakukan saja. Lakuakn apapun asal kamu Bahagia, asal Aruna yakin aruna bisa melakukannya," Sukma masuk dalam komunikasi implisit yang terjadi antara si tetua dan istri cucunya.
"kenapa kamu tak bisa seperti yang lain?" seolah tidak mendengar kata-kata Sukma, lelaki tua di atas kursi roda, Kembali menghujamkan pertanyaan.
Kali ini bukan pertanyaan sederhana, tanda tanyanya bagian dari sarkas yang nyata.