Chereads / TWO FACES / Chapter 12 - TWO FACES #CHAPTER 12

Chapter 12 - TWO FACES #CHAPTER 12

#12. GLOVES

"Ini sudah larut malam, kita disini sudah mendapat bukti-bukti yang mendukung kita," ucap Chris.

"Iya aku besok bekerja lagi, sebaiknya kita beristirahat dahulu." ucapku.

"Baiklah, Chris suruh bawahanmu untuk mengantarkan Thomas ke rumahnya dengan selamat," ucap Louis kepada Chris.

"Oke, aku kan melakukannya." jawab Chris.

Sepertinya aku akan di antarkan sampai rumah untuk beristirahat, bawahan Chris segera menghampiriku dan lantas memberi arah pada kendaraannya. Aku lalu pergi bersama bawahannya, waktu itu jam 2 dini hari setempat dan aku harus bekerja lagi pada jam 8 pagi.

Lama diperjalanan akhirnya aku sampai di rumahku, aku berterima kasih kepada bawahannya setelah mengantarkanku. Aku sudah lelah dan letih hingga aku langsung menganti bajuku dengan piyama dan lantas lalu tidur, malam ini sungguh malam yang melelahkan.

Paginya ....

Langsung saja aku bersiap-siap pergi ke kantor, walaupun aku tidak tidur nyenyak malam itu. Setelah bersiap-siap, aku keluar dan menaiki taxi yang ada di bahu jalan rumahku. Nampak suara tenggerek bermunculan di pagi hari, dan langit yang sedang cerah, suasananya nampak begitu damai bagiku.

Lama di perjalanan akhirnya aku sampai, aku keluar dan aku melihat Toni yang sedang berjalan ke kantor.

"Hai Toni, apa kabar hari ini??" sapaan ku kepada Toni.

"Iya aku baik-baik saja," jawab Toni.

"Kamu kemarin terburu-buru akan pergi kemana??" tanyaku lagi.

"Bukan urusanmu," jawab Toni sambil membuka pintu depan kantor.

"Yah, aku sudah tahu akan mendapat jawaban itu," ucapku sambil tersenyum.

Dia langsung pergi ke tempat lobby untuk mengisi absen kehadiran dan langsung memperlihatkan kartu pegawai miliknya. Disana aku melihat Alanis yang sedang merapihkan dokumennya.

"Hai Thomas, nampaknya kamu kurang tidur akhir-akhir ini ada masalah apa?" tanya Alanis.

"Yah, aku memang kurang tidur akhir-akhir ini karena aku ada suatu urusan,"jawabku sambil menggaruk-garukkan kepala.

"Kamu seharusnya lebih mementingkan tubuhmu sendiri," ucap Alanis dengan khawatir.

"Oke, aku sekarang akan segera mengurangi aktivitas berat," jawabku.

Setelah lama berbincang, aku langsung pergi ke ruanganku dan langsung mengerjakan apa yang belum dikerjakan. Di depan pintu ruang Bos, aku nampak melihat sesuatu ... Sesuatu yang dilihat kemarin yaitu sarung tangan hitam berlengan kanan.

Aku menghampiri dan melihatnya dengan dekat, dan mengambil sarung tangan itu. Tanpa disadari di sebelahku sudah ada Bos yang melihatku jongko di depan pintu ruangannya.

"Kamu sedang apa??" tanya si Bos.

"Tidak ada apa-apa Bos," jawabku sembari berdiri dan menyembunyikan sarung tangan tersebut di belakang tubuhku. Aku langsung pamit dan membalikkan badanku dan pergi tanpa berbicara tanpa sepatah katapun.

Aku berjalan ke ruanganku lagi dan menutup pintu rapat-rapat, sarung tangan itu ku sembunyikan di tasku.

"Aku curiga pada salah satu karyawan disini, tapi siapa orang itu??" serunya di dalam hati.

"Oi Toni, kamu tahu tidak siapa saja yang membawa motor ke kantor??" tanyaku yang ada di sebelahnya.

"Aku juga membawa motor, di parkiran kantor ada banyak pegawai yang membawa motor ke kantor," jawab Toni.

"Houh begitu ya, kamu membawa motor berarti rumahmu sangat jauh??" tanyaku sambil memikirkan.

"Yah aku memang tinggal di pesisir kota, aku menyewa rumah disana. Senior, kamu ingin ke kantor memakai motor??" tanya Toni.

"Entahlah, memang kamu berasal darimana??" tanyaku sekali lagi.

"Aku selama ini tinggal di desa, desaku terkenal akan minuman anggurnya yang berkualitas dan banyak ladang anggur disana," jawab Toni sambil mengerjakan pekerjaannya.

"Houh begitu rupanya, maaf menanyakan soal ini." ucapku.

"Iya tidak apa-apa," ujar Toni.

"Aku harus pergi ke parkiran kantor untuk memastikannya, untuk sekarang aku harus fokus pada pekerjaan ini sekarang" ucapku dalam hati.

Aku pun melanjutan pekerjaan yang belum terselesaikan, aku harus menanyakan kepada pemilik motor.

"Mungkinkah salah satu karyawan disini pelakunya?? Aku juga tidak tahu siapa saja yang membawa motor kesini, juga ditambah lagi ada banyak yang membawa motor ke kantor. Ini situasi yang rumit," ucapku di dalam hati.

Aku tidak konsen pada pekerjaan ini, aku memaksakan diri untuk fokus mengerjakannya ... Tanpa disadari sudah jam 10 pagi, waktunya untuk istirahat sejenak melupakan hal-hal yang berat.

Aku langsung pergi ke cafetaria dan membeli makanan, aku melihat Alanis yang juga sedang membeli makanan ....

"Kamu akan membeli apa??" tanyaku kepada Alanis.

"Ini, aku akan membeli pasta." jawab Alanis sambil memperlihatkan makanan itu.

"Kamu punya waktu sebentar tidak dengan ku??" tanyaku lagi.

"Kenapa??" Alanis berbalik bertanya.

"Punya tidak??" tanyaku.

"Aku punya, kita bicara disana saja." jawab Alanis dengan menunjuk meja.

"Oke ayo kita kesana," ucapku.

Setelah duduk aku langsung bertanya ....

"Kamu tahu tidak siapa saja yang membawa motor kesini??" tanyaku.

"Banyak yang membawa motor," jawab Alanis dengan gampang.

"Banyak yah, kamu tahu tidak milik siapa sarung tangan ini??" tanyaku lagi.

"Houh itu kalau tidak salah aku pernah melihatnya, tapi dimana aku lupa," jawab sambil menunjuk jarinya.

"Begitu ya," ucapku.

"Memang kenapa??" tanya Alanis.

"Tidak ada apa-apa, aku cuma ingin memberikannya," jawabku.

Aku langsung pergi dan mengucapkan terima kasih kepada Alanis, dan pergi keluar dari cafetaria.

"Kesimpulan sekarang adalah salah satu karyawan disini adalah pelakunya, aku harus menginformasikan kepada Louis dan Chris," serunya dalam hati.

#To be continued ....