Chapter 4 - An Guo Gong Fu

Rombongan Xie Yuya sudah sampai depan guo gong fu. Xie Yuya yang ada di dalam kereta kuda memandangi pintu gerbang yang sudah lama tidak dia lihat itu.

"Xiaojie [1], ayo turun. Kita sudah sampai." Suara Limei membuyarkan lamunan Xie Yuya.

Xie Yuya dan kakak sepupunya menggunakan tandu untuk pergi ke Huashan Song Ge, paviliun Xie laotaijun [2]. Sesampainya di sana, mereka melihat Xie laotaijun duduk di kursi utama, menyambut mereka. Shen Hongyi dan Shen Hongyun memberi hormat kepada Xie laotaijun secara formal, tapi tentu saja Xie laotaijun tidak mengizinkan mereka melakukannya.

"Tidak perlu seformal itu. Kita ini keluarga." Kata Xie laotaijun dengan senyum ramah. Dia pun memerintahkan para pelayan untuk membantu Shen Hongyi dan Shen Hongyun berdiri.

"Laotaijun, hari ini kami mengantar Ya-er kambali." Kata Shen Hongyi. Tak lama kemudian, Xie Yuya memberikan hormat kepada Xie laotaijun.

"Sunnu [3] memberikan hormat kepada zumu [4]. Selama ini, sunnu jauh dari ibu kota sehingga tidak bisa berbakti kepada zumu."

Entah bagaimana suasana berubah menjadi haru. Xie laotaijun menitihkan air mata begitu melihat Xie Yuya memberikan hormat kepadanya. Mama [5] yang berdiri di samping Xie laotaijun pun menyeka air matanya dengan sapu tangan.

"Ya-er, kemarilah. Biarkan zumu melihatmu." Xie Yuya pun mendekat.

"Bagaimana kabarmu? Kau sekarang sudah sebesar ini? Bagaimana perjalananmu? Apa kau masih mabuk perjalanan?" Tanya Xie laotaijun sambil mengamati Xie Yuya.

Xie Yuya tersenyum dan menjawab, "Berkat zumu, sunnu baik-baik saja. Perjalanannya juga lancar." Xie laotaijun mengangguk-angguk puas. Setelah itu, Xie laotaijun mempersilahkan mereka duduk dan menyuruh para pelayan menyuguhkan teh.

"Bagaimana keadaan nenek kalian? Sehat, kan?" Tanya Xie laotaijun.

"Zumu sehat. Dia meminta kami memberikan ini kepada laotaijun." Pelayan yang berdiri di samping Shen Hongyi memberikan sebuah kotak dan diterima oleh pelayan Xie laotaijun. Isi kotak itu adalah gingseng langka yang sangat berharga.

"Aiya, nenek kalian ini selalu saja. Kita ini keluarga, tidak perlu seformal ini." Kata Xie laotaijun dengan senyum sumringah layaknya peony yang sedang mekar.

"Ibu dan bibi juga memberikan ini untuk laotaijun." Kata Shen Honghyun. Pelayan yang ada di sampingnya memberikan dua buah kotak yang berisi perhiasan dari giok dan mutiara.

"Ibu kalian ini sama saja dengan nenek kalian. Bagaimana aku harus membalasnya, hahaha." Mata Xie laotaijun semakin berbinar.

Mereka berbincang ringat beberapa saat dan setelah itu berpamitan. Mereka berdua tentu tidak dapat berlama-lama di bagian dalam kediaman meskipun berstatus keluarga. Xie laotaijun awalnya mempersilakan mereka beristirahat di guo gong fu [6], tapi Shen Hongyi sudah memutuskan untuk tinggal di Jing hou fu [7]. Jing houye [8], Xi Luzhan adalah mertua Shen Hongyi. Akhirnya, Xie laotaijun pun tidak menahan mereka, apalagi tidak ada tuan rumah laki-laki yang bisa menemani mereka karena semuanya tidak ada di rumah, masih bekerja.

Begitu Shen Hongyi dan Shen Hongyun pergi. Para sepupu perempuan Xie Yuya yang dari tadi ada di balik papan pembatas keluar. Xie Yuya tentu masih ingat nama mereka, tapi dia sudah lupa wajah mereka.

"San jie [9], huhuhu." Entah bagaimana salah satu sepupu Xie Yuya tiba-tiba memeluknya dan menangis tersedu-sedu. Xie Yuya terkejut dan Limei yang ada di sampingnya juga terheran-heran.

"San jie, maafkan Miao-er. Miao-er tidak bermaksud jahat padamu, huhuhu."

Akhirnya, Xie Yuya tahu siapa gadis itu. Dia adalah adik sepupunya, Xie Mioalan. Gadis yang akan menikah dengan mantan tunangannya.

"Si mei [10], kau tidak perlu seperti ini. Aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Mungkin aku dan He gongzi [11] memang tidak berjodoh." Kata Xie Yuya dengan kalem.

"Benarkah? Kau tidak marah padaku?" Tanya Xie Miaolan sambil sesenggukan. Xie Yuya membalasnya dengan anggukan dan senyum tipis.

"Huhuhu... tapi kabar di luar sana begitu kejam. Mereka mengatakan aku sangat jahat karena menganggapku merebut tunanganmu."

Limei merasa ingin menendang Xie Miaolan. Dia sudah merasa sebal saat mendengar kabar tentangnya, dan sekarang dia merasa begitu muak begitu melihatnya.

"Si mei tenang saja, kau tidak perlu mempermasalahkan kabar-kabar itu. Setiap akibat pasti ada sebabnya." Xie Yuya mengatakannya dengan nada lembut sehingga orang tidak akan tersinggung, meskipun dengan kata lain dia sebenarnya mengatakan kalau Xie Miaolan seharusnya tidak perlu mempermasalahkan kabar yang beredar karena itu disebabkan oleh keputusannya merebut tunangan Xie Yuya.

"Tapi, kabar itu begitu jahat." Kata Xie Miaolan yang sudah berhenti menangis.

"Kita tidak bisa mengatur mulut orang. Oleh karena itu, kita harus lebih dewasa dalam menyikapi keputusan yang kita ambil."

"Baiklah, yang penting kau tidak marah, kan?" Tanya Xie Miaolan.

"Tentu saja tidak. He gongzi tidak pantas untukku. Mungkin memang kau yang pantas untuknya." Kata Xie Yuya dengan senyuman.

"Baguslah kalau begitu, aku merasa lega, hehe."

Sejak tadi Xie Miaolan khawatir kalau Xie Yuya menghalanginya. Hal yang membuatnya semakin khawatir karena ternyata Xie Yuya begitu cantik, meskipun dia merasa kalau dirinya tidak kalah cantik. Namun, tetap saja, kalau Xie Yuya ternyata tidak menyerah dan menggoda He Qingzhen, itu akan membuatnya kerepotan. Oleh karena itu, begitu mendengar jawaban Xie Yuya, dia gembira. Asalkan Xie Yuya tidak menghalangi jalannya untuk menikah dengan He Qingzhen, itu sudah cukup.

Di saat Xie Miaolan tersenyum bahagia, wajah Xie laotaijun tampak muram karena dia tahu maksud Xie Yuya. Dalam hati dia merasa kesal karena Xie Yuya mencemooh Xie Miaolan yang masih saja mengeluh padahal kabar yang beredar disebabkan ulahnya sendiri dan mengatakan He Qingzhen tidak pantas untuknya, bukan dia yang tidak pantas untuk He Qingzhen.

"Yuya, sudah lama kita tidak bertemu. Kau semakin cantik saja." Kata salah seorang sepupunya. Xie Yuya pun menoleh, tapi dia tidak ingat siapa gadis itu.

"Aiya, jangan-jangan kau lupa siapa aku?" Kata gadis itu. Benar saja, Xie Yuya tidak ingat wajah sepupunya ini. Semua gadis yang ada di ruangan itu, tidak ada satupun yang dia ingat. Rasanya wajah mereka berubah drastis.

"Aku Hualan, bagaimana kau bisa lupa?!" Kata Xie Hualan pura-pura marah. Dia adalah sepupu kedua Xie Yuya, putri paman ketiganya, Xie Jinsong.

"Aiya, Er jie [12] benar-benar berubah. Aku jadi pangling." Kata Xie Yuya dengan menepuk punggung tangan Xie Hualan. Tentu saja Xie Yuya tidak ingat. Xie Hualan saat masih kecil dulu begitu gendut karena suka makan. Siapa sangka tubuhnya jadi langsing seperti sekarang.

Xie Hualan sebagai saudara tertua memperkenalkan sepupu mereka yang ada diruangan itu karena khawatir kalau Xie Yuya tidak ingat semuanya. Keluarga Xie memiliki delapan xiaojie, dan semuanya belum menikah. Usia mereka pun tidak terpaut jauh. Selain Xie Hualan dan Xie Miaolan, yang ada di ruangan itu diurutkan dari yang tertua adalah Xie Rulan, Xie Mulan, Xie Molan, dan Xie Haolan.

Keluarga Xie memang cukup rumit. Xie laotaijun bukan nenek kandungnya. Kakek Xie Yuya, Xie Liufang menikah dengan nenek kandungnya, Li Yihua dan memiliki anak ayah Xie Yuya, Xie Jinyuan. Saat Xie Jinyuan berusia dua tahun, Li Yihua meninggal. Tiga tahun setelah itu, Xie Liufang menikah untuk yang kedua kalinya dengan Li Yixiao yang sekarang menjadi Xie laotaijun. Li Yihua dan Li Yixiao adalah putri mendiang Xiao houye, Li Hong. Keduanya menyandang status putri sah. Li Yihua adalah putri sah dari istri pertama Li Hong, sedangkan Li Yixiao putri sah dari istri kedua Li Hong.

Xie Yuya ingat kalau saat masih kecil dia pernah mencuri dengar pembicaraan seorang mama dengan ibunya. Saat itu mama mengatakan kalau Xie Liufang sebenarnya tidak ingin menikah lagi. Namun, karena Xie Jinyuan masih kecil, dia merasa perlu sosok ibu. Akhirnya, Xie Liufang menikah dengan adik mendiang istrinya dengan alasan Li Yixiao adalah bibi Xie Jinyuan dan selalu memperlakukannya dengan baik. Satu tahun setelah menikah, Li Yixiao melahirkan anak laki-laki pertama mereka, Xie Jinrong. Empat bulan setelah itu, selir Wang yang diberikan oleh Li Yixiao kepada Xie Liufang selama dia mengandung melahirkan anak laki-laki ketiganya, Xie Jinsong. Li Yixiao sebenarnya tidak menyangka kalau selir Wang mengandung tidak lama setelah dia. Kabarnya saat itu dia membuat serangkaian rencana kotor untuk menyingkirkan selir Wang dan bayinya. Dia bahkan menyebarkan rumor yang mengatakan kalau bayi yang dikandung selir Wang bukan anak Xie Liufang. Namun, hal itu terbantahkan setelah bayi yang dilahirkan selir Wang secara fisik sangat mirip dengan Xie Liufang. Li Yixiao sebagai istri sah berusaha memperbanyak garis keturunan keluarga Xie. Oleh karena itu, satu setengah tahun setelah kelahiran Xie Jinrong, dia melahirkan anak kembar perempuan dan laki-laki, Xie Shulan dan Xie Jinjing. Dua bulan setelah Li Yixiao melahirkan, selir Song juga melahirkan anak perempuan, Xie Huilan. Dengan demikian, Xie Liufang memiliki empat anak laki-laki dan dua anak perempuan.

Dari keenam anak Xie Liufeng, Xie Jinrong menikah paling awal. Dia menikahi putri tunggal mendiang Gubernur Beifeng, Rong shi. Anak pertama mereka, Xie Junhui menjadi tuan muda pertama keluarga Xie dan anak kedua mereka, Xie Pinlan menjadi nona pertama keluarga Xie. Xie Jinrong juga memiliki dua anak laki-laki dari selir, Xie Junchen dan Xie Junfeng yang berada pada urutan kedua dan ketiga. Tak lama berselang, Xie Jinyuan, ayah Xie Yuya dan Xie Jinsong juga menikah. Xie Jinsong dan istrinya Yin shi memiliki anak lebih dulu daripada Xie Jinyuan. Anak pertama Xie Jinsong, Xie Hualan menjadi nona kedua keluarga Xie, sedangkan anak keduanya, Xie Junqing menjadi tuan muda keempat. Enam bulan setelah Xie Junqing lahir, ibu Xie Yuya melahirkan anak kembar, Xie Yuya dan adiknya, Xie Feiyao, yang menjadi nona ketiga dan tuan muda kelima. Nama Yuya dan Feiyao adalah pemberian mendiang Ibu Suri Zhao, karena itu berbeda dengan nama-nama anak dalam keluarga Xie.

Xie Shulan, anak perempuan satu-satunya Li Yixiao menikah dengan Luo houye, Xia He dan memiliki dua anak perempuan, Xia Ying dan Xia Ji. Adik kembar Xie Shulan, Xie Jinjing menikah dengan putri saudagar kaya dari Provinsi Hualing, Meng shi. Dari pernikahan itu, mereka memiliki seorang anak perempuan, Xie Miaolan yang menjadi nona keempat keluarga Xie dan anak laki-laki, Xie Junxiao yang menjadi tuan muda keenam keluarga Xie. Selain anak sah, Xie Jinjing juga memiliki empat anak perempuan tidak sah, Xie Rulan, Xie Mulan, Xie Molan dan Xie Haolan. Anak terkecil Xie Liufang, Xie Huilan menikah dengan Jenderal Gao dan mereka memiliki tiga orang anak laki-laki, Gao Zhen, Gao Yun dan Gao Feng.

Xie Yuya berbincang sebentar dengan para sepupunya dan memberikan mereka hiasan rambut berbentuk bunga sebagai hadiah pertemuan pertama setelah sekian lama berpisah. Tidak lama setelah itu, dia berpamitan kepada Xie laotaijun untuk kembali ke paviliunnya. Tentu saja Xie laotaijun tidak menahannya.

Xie Yuya dan Limei sampai di Mudan Yuan, paviliun yang ditempati Xie Yuya saat tinggal di guo gong fu. Barang-barang yang dia bawa dari Yunshan sudah ditata dengan rapi. Ruangan itu ternyata tidak banyak berubah.

Lilian datang dan mengatakan kalau Xia mama dan Sun mama besok akan tiba. Tentu saja Yun Mengchen senang karena sudah lama tidak bertemu dengan kedua mama yang merawatnya sejak kecil.

"Xiaojie, laotaijun itu benar-benar terlihat serakah. Lihat saja bagaimana ekspresinya saat melihat hadiah yang diberikan kedua tuan muda Shen." Kata Limei.

"Limei, perhatikan ucapanmu. Aku tidak tahu harus bagaimana kalau ada yang mendengarnya. Ingat, di sini tidak sama dengan Jingye Cheng." Kata Xie Yuya memperingatkan Limei.

"Maaf, xiaojie. Mau bagaimana lagi, saya tidak tahan. Apalagi dengan Si xiaojie [13]."

"Ada hal yang bisa kita katakan, tapi ada juga yang harus ditahan. Kau harus bisa membedakannya." Kata Xie Yuya.

"Baik." Kata Limei.

"Kau bisa keluar, aku mau istirahat dulu."

Limei pun keluar. Xie Yuya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Dia merasa bersalah karena terlalu memanjakan Limei sampai dia kelewat batas. Untuk kedepannya mungkin dia harus mendisiplinkan gadis itu.

Xie Yuya melepas pakaian luarnya lalu merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia memejamkan mata, dan akhirnya terlelap. Dia bangun saat makan malam dan kembali tidur lagi untuk mengumpulkan energi karena keesokan harinya pasti akan sibuk.

[1] Nona.

[2] Nyonya besar, tetua (perempuan).

[3] Cucu.

[4] Nenek.

[5] Pelayan perempuan (senior).

[6] Kediaman adipati (duke, guo gong).

[7] Kediaman hou (marquis).

[8] Sebutan untuk seorang hou.

[9] Kakak (perempuan) ketiga.

[10] Adik (perempuan) keempat.

[11] Tuan muda.

[12] Kakak (perempuan) kedua.

[13] Nona keempat.