"Semuanya milik Laura, ayah tidak seharusnya ingin menguasainya!"
Jesica mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Ia mungkin menyukai kemewahan seperti apa yang selalu ia dapatkan selama ini, tapi jika saja ia tahu, apa yang selama ini ia banggakan adalah milik orang lain maka ia tidak akan pernah mau menggunakannya.
Tapi nasi sudah jadi bubur, semuanya tidak akan berubah karena kekecewaan besar yang Laura rasakan tidak akan hilang begitu saja.
"Entahlah, aku menjadi semakin pusing sekarang. Kita tidak mungkin berpaling dari orangtua kita kan?" Tukas Jesica seraya melangkah ke arah sofa dan berbaring di sana.
"Tidurlah, saat seperti ini kita tidak akan mungkin bisa berpikir dengan benar!" Lanjutnya sebelum berbaring miring membelakangi Wisnu yang hanya diam memandangi adiknya itu.
***