Chereads / TEORI CINTA : HEARTHBEAT / Chapter 2 - Pertemuan Kedua (2)

Chapter 2 - Pertemuan Kedua (2)

Sesuai janji, Ryan dan Adit mengajak Riby liburan ke Anyer untuk beberapa hari. Desiran ombak dan embusan angin sepoi-sepoi menambah kesejukan di pantai yang cuacanya cukup terik. Riby tidak menyiakan kesempatan setelah melepas selopnya, Riby berhamburan menuju bibir pantai dan sedikit mempermainkan air laut yang terhempas ke bibir pantai.

Sedangkan Ryan dan Adit asyik menikmati kelapa muda yang mereka petik sendiri. Mengambilnya juga maksa. Namanya juga penjual akhirnya mengalah dan membiarkan Ryan memanjat kelapa mudanya yang di permudah dengan tangga kayu tinggi yang disenderkan pada batang kelapa tersebut.

Setelah mendapatkan apa yang diinginkan, Ryan tersenyum puas dan mengambil posisi uenak yang telah dipesannya tadi, beralaskan tikar di bawah pohon kelapa yang teduh dan sejuk.

Sedang asyiknya bermain ombak, Riby tidak menyadari kalau ada orang yang tengah berdiri menikmati deburan ombak di belakangnya. Tubrukan pun tidak terelakkan. Orang tersebut tidak siap dengan gerakan Riby yang menabraknya, mereka berdua sama-sama terjatuh dan BUURR ... badan Riby terhempas ombak dan seluruh badannya basah termasuk orang yang ditabraknya. Sial.

Riby mengamati badannya yang basah dan menggerutu kesal, pandangannya beralih pada orang ditabraknya.

Cowok. Sial. Kenapa harus ada insiden ini sih, merusak saja. Cowok itu tidak kalah melototnya ke arah Riby walau pakai kacamata tapi dengan jelas ia melotot tajam pada Riby dan membuat Riby sedikit tersudut.

" Lo enggak bisa hati-hati " ucap cowok itu dingin.

Riby tak kalah sewot, " Lo yang salah juga, ngapain berdiri di belakang gue, salah gue, itu salah lo kali ", dengan dongkol Riby berusaha berdiri dan memalingkan mukanya sambil melangkah jauh meninggalkan cowok tersebut yang masih terdiam.

Peduli amat sama dia, cowok dingin menyebalkan yang tahunya Cuma bisa menyalahkan, umpat Riby.

Riby menghampiri Ryan dan Adit yang bersantai ria di bawah pohon kelapa dengan wajah yang super dueper kuesel. Dengan sekali entak tubuhnya sudah duduk di samping Ryan dan membuat Ryan terlonjak karena kibasan air laut dari rambut panjang Riby.

" Kenapa lo jadi basah begini? " tanya Ryan sembari menahan tawa biar tidak meledak karena melihat adiknya begitu berantakan dengan wajah jutek yang benar-benar jelek.

" Gara-gara cowok dingin yang angkuh dan menyebalkan, semua gara-gara dia, makanya jadi basah gini " umpat Riby.

" Ganteng enggak? " goda Ryan.

" Uukh ... ganteng kalau di tengok dari Monas pake sedotan " gerutu Riby sambil mengibaskan rambutnya yang basah ke arah Ryan dan membuat Ryan cepat-cepat beranjak sebelum rambut Riby benar-benar bikin hujan lokal di sekitarnya.

" Entar jatuh cinta loh By, cinta sama benci beda tipis loh " ucap Adit ikutan menggoda.

" Iyah Mas, aku jatuh cinta sama dia kalau lebaran monyet terjadi atau enggak diguna-guna sama dia " ucap Riby sekenanya. Boro-boro jatuh cinta, tahu juga enggak dengan wajahnya, batin Riby.

" Masa sih " timpal Ryan tersenyum jail.

" Enggak bakalan " ucap Riby tegas.

Terlintas dengan ucapan Adit sebentar ini membuat Riby menggidik membayangkan kalau dia jadian sama cowok dingin itu. Sambil geleng-geleng kepala Riby menghapus bayangan cowok dingin tersebut yang terlintas di benaknya.

" Riby ke penginapan, Mas " ucapnya sambil berdiri dan melenggang meninggalkan dua cowok tersebut.

Suara gelak tawa terdengar samar-samar oleh Riby tapi ia enggan untuk berbalik, kalau sama Ryan urusannya enggak bakalan kelar yang ada dia jadi bahan lelucon abangnya tersebut.

@@@@@

Pukul 5.00 pm.

" Wah sebentar lagi jadi ABG SMA nih, By " ucap Adit menemani Riby yang lagi duduk di teras penginapannya.

" Iyah Mas, enggak terasa udah gede ajah " ucap Riby sambil tertawa renyah.

" Terus sudah siap belum menghadapi Ospeknya entar ".

Riby membalasnya dengan anggukan.

" Mas Adit, ceritain dong masa Ospeknya dulu kayak gimana. Yah ... setidaknya menghadapi Ospek nanti enggak canggung, Mas " tanya Riby penasaran.

" Ok ".

Dengan cepat Riby memasang antenanya biar pemancar satelit cepat mengirimkan sinyal penuh dengan mata menggunakan watt tinggi biar terang ( Authornya enggak nyambung banget, hehe ). Ketika mendengar penuturan Adit, tiba-tiba pembicaraan mereka terhenti karena dikejutkan dering ponsel Riby yang menjerit-jerit di balik saku levi's Riby. Dari Livia. Segera Riby mengangkatnya.

" Ya, Vi ".

" BY, LO DIMANA SEKARANG? GUE CARI DIMANA-MANA, LO ENGGAK KETEMU " teriak Livia di seberang sana, membuat Riby menjarakkan ponselnya, kalau tidak bisa pecah genderang telinganya.

" Yeah lo, gue di Anyer. Kalau lo cari gue di Ancok, Mall Jakarta atau lo lari-lari keliling Monas juga enggak bakalan ketemu ".

" ANYER ! KENAPA ENGGAK NGAJAK GUE " terdengar lagi jeritan histeris Livia di seberang sana.

" Sorry Vi, liburan keluarga. Ada apa telepon gue, kangen ya " goda Riby membuat Adit senyum-senyum mendengar percakapan dua sahabat tersebut.

" Awalnya iya tapi gue putuskan untuk ngambek " terdengar suara Livia merajuk. Riby tersenyum geli mendengar rajukan sahabatnya itu.

" Oh iya, kapan lo balik By? Besok kita mesti ke Sekolah pukul 8 pagi. On time. Jangan bilang kalau lo enggak tahu ".

Riby terdiam sesaat sebelum terdengar suara Livia mengakhiri pembicaraan.

" Bye By, di tunggu di Jakarta " telepon terputus.

" Kenapa, By? ".

" Mas Ryan kok tega sih Mas, enggak kasih tahu kalau besok pagi mesti kumpul di sekolah, untung aja Livia kasih kabar " kesalnya.

" Jangan buruk sangka dulu, lebih baik tanya langsung sama Ryan ".

" Iyah ".

Sementara itu Ryan sibuk memperbaiki m9bilnya, wajah gantengnya berlepotan oli dan guratan kesal terlukis di wajahnya. Keringat bercucuran seperti habis mandi. Dengan kesal Ryan mengecek kembali mesin mobilnya dan lagi-lagi mati.

" Sial " umpatnya.

" Mas Ryan ... besok Riby mesti ke Sekolah , kenapa enggak kasih tahu sih " kesal Riby.

Not responding.

" Mas Ryan dengerin Riby enggak sih? ".

" Lagi sibuk, By " ucap Ryan tanpa melihat kekesalan di wajah adiknya.

" Terus besok gimana Mas? Riby enggak mo telat di hari pertama masuk sekolah ".

" Gue lagi sibuk By, jangan ganggu deh ".

" Terus besok bagaimana? " ucap Riby tanpa peduli dengan kesusahan kakaknya.

" RIBY STOP ! JANGAN GANGGU ! GUE LAGI SIBUK " hardik Ryan tanpa sadar membuat adiknya kaget tak percaya.

Riby terdiam. Lama ia menatap kakaknya, rasanya tidak percaya Ryan menghardiknya. Tiba-tiba air mata meluncur begitu saja dari pipinya, terasa menyakitkan. Benar-benar tidak percaya Ryan melakukan itu kepadanya. Riby berlari meninggalkan Ryan yang terpaku tidak percaya kalau ia baru saja menghardik adiknya. Ryan hanya bisa menatap kepergian adiknya yang berurai air mata.

Adit menemui Ryan, setelah menyadari hardikan Ryan yang begitu keras terdengar olehnya di teras penginapan dan melihat Riby yang tak menghiraukannya.

" Lo marah sama Riby? ".

Ryan terdiam sesaat dan meletakkan perkakas yang sedang di pegangnya dan mengambil kain lap yang terletak di atas kursi kayu di sebelah peralatan perkakasnya. Ryan menghela napas berat dan mengambil sebatang roki dan menghidupkannya sembari memperhatikan Adit yang tak sabar menunggu penjelasan darinya.

" Gue tadi enggak sengaja menghardiknya, gara-gara mobil sialan ini " kesalnya sambil menghirup asap rokoknya dalam-dalam.

" Well, sepertinya lo mesti bawa mobil ini segera ke bengkel sebelum lo membakar ni mobil dengan rokok itu. Dan belum terlambat untuk pergi malam ini kalau tidak biar gue yang anter Riby malam ini " ucap Adit, membuat Ryan sedikit lega. Sahabatnya ini selalu bisa diandalkan.

" Riby pasti marah banget sama gue " sesal Ryan.

" Dia mungkin menangis sesenggukan di kamarnya, bentar lagi juga baikkan. Makanya jangan galak-galak sama adik sendiri " goda Adit setelah melihat Ryan agak tenangan.

" Khilaf gue " timpalnya.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆