Aku menundukkan bahu untuk memberi salam pada teman-teman Astro dan pembimbing robotiknya saat mereka akan memasuki mobil. Mereka berencana akan pergi ke sebuah restoran untuk merayakan kemenangan, tapi Astro menolak ikut karena ingin mengantarku pulang.
Sudah gelap sekarang. Aku tak tahu sekarang jam berapa karena jam tanganku berada di dalam ransel dan aku tak merasa perlu mengeluarkan handphone saat ada Astro di sekitarku.
Astro membenahi posisi robot di jok belakang mobil sebelum menghampiriku dan mengajakku masuk. Aku mendengarnya menghela napas setelah duduk di kursi kemudinya. Aku menoleh dan menatapnya dan menyadari dia masih kecewa padaku.
"Aku boleh minta tolong?" aku bertanya dengan hati-hati.
Astro menoleh padaku dan hanya diam menungguku melanjutkan kalimatku.
"Tolong bilang Opa kalau aku ga sengaja jatuh. Aku ga mau Opa khawatir. Apalagi bikin Opa tau kalau kejadian ini ada hubungannya sama Angel atau Donny."
"Kamu berencana bilang hal yang sama ke aku kalau aja aku ga liat kamu duluan tadi?"
"Aku berencana kasih tau kamu setelah semua prosesi lombanya selesai."
Hening di antara kami. Astro masih menatapku dengan tatapan yang sama seperti saat dia menemukanku berjam-jam yang lalu.
"Aku minta maaf kalau kamu ngerasa aku cuekin."
Astro menatapku dengan tatapan yang jauh lebih lembut, "Aku akan bilang ke Opa kalau kamu jatuh, tapi aku akan tetep cerita kejadian sebenernya ke ayah sama ibu."
Kurasa aku tak memiliki pilihan lain. Aku hanya perlu membuat Opa tetap tenang, maka aku mengangguk.
Astro menyalakan mobil dan memulai perjalanan, "Tangan kamu gimana?"
"Masih berasa nyeri. Kayaknya aku ga bisa ngerjain pesenan kalau tanganku begini."
"Mau ke dokter dulu sebelum pulang?"
"Ga perlu. Kayaknya baik-baik aja. Kepalaku juga ga sakit lagi."
Astro menatapku sejenak sebelum kembali fokus pada rute yang kami lewati, "Kamu istirahat aja. Nanti aku bangunin."
Aku tidak mengiyakan atau menolak, tapi aku tak akan bisa tidur kali ini. Aku menyalakan radio di channel P dan menatapi Astro dalam diam. Entah bagaimana, musik yang melantun dari radio membuatku merasa lebih baik.
"Aku ga ngerti kenapa ada orang yang impulsif kayak mereka." ujarku tiba-tiba setelah keheningan yang lama.
"Beberapa orang emang begitu. Kamu ga perlu terlalu mikirin."
"But they hurt each other (Tapi mereka bikin orang lain sakit). Bukannya kalau mereka disakitin mereka juga ga akan terima?"
"Dalam banyak kejadian, emang ada orang yang ga tau gimana harus bersikap. Kamu anggep aja mereka salah satunya. Ga perlu terlalu dipikirin. Orang-orang kayak gitu emang selalu ada."
Aku setuju dengannya. Andai saja aku tak memutuskan untuk bersekolah di tahun ajaran ini, aku tak akan pernah tahu bahwa orang-orang semacam itu memang ada. Opa benar saat berkata aku perlu mengetahui dunia di luar pembelajaran homeschooling. Menghadapi orang-orang seperti mereka memang membutuhkan sikap tertentu. Sepertinya dalam beberapa hal, entah kenapa aku merasa bersyukur karena mengetahuinya.
"Kalau ada kejadian apapun, kabarin aku secepetnya. Aku ga mau jadi orang yang terakhir tau."
"Baik, Tuan Astro." ujarku sungguh-sungguh. Melihatnya marah adalah hal paling buruk yang terjadi hari ini. Rasa sakit di lengan atau kepalaku sepertinya tak bisa dibandingkan dengannya.
***
"Bangun, aku di depan kamar kamu." aku mendengar Astro bicara dari sambungan telepon.
"Aku ga inget kalau kita mau ketemu hari ini." ujarku yang mengabaikan kalimatnya sebelum ini. Aku baru saja selesai mandi dan baru akan berpakaian saat menerima telepon darinya. Mandi dengan tangan terluka seperti ini benar-benar merepotkan.
"Cepet mandi. Aku tunggu." ujarnya yang langsung mematikan telepon.
Aku menatapi handphone di tanganku dengan gamang. Dia bilang dia sedang berada di depan kamarku? Dia pasti bercanda, bukan?
Terakhir kali dia datang ke depan kamarku adalah beberapa hari setelah kami berkenalan lima tahun lalu. Aku menegurnya dan dia tak pernah melakukannya lagi.
Aku beranjak membuka pintu kamar untuk mengecek apakah Astro bersungguh-sungguh dengan kalimatnya. Aku baru membuka setengah daun pintu saat menemukannya sedang menyandarkan punggung di kusen pintu. Dia langsung menoleh dan wajahnya merona merah sekali.
Aku segera menutup pintu kamar setelah melihatnya. Aku hanya memakai handuk saat ini. Dia pasti melihat tubuhku, bukan?
Sial, seharusnya aku tak perlu mengecek apakah dia benar-benar di sana atau tidak. Sekarang rasanya aku ingin sembunyi saja. Ini benar-benar memalukan.
"Aku tunggu di teras belakang." aku mendengar Astro bicara dari depan kamarku. Aku tak sanggup membalas kalimatnya karena terlalu malu.
Aku segera mencari celana panjang dan kemeja lengan pendek dari lemari karena merasa lebih mudah untuk memakainya. Kemudian menyisir rambut yang masih basah dan membiarkan handukku berada di bahu untuk membantu menyerap tetesan air. Aku beranjak menuju teras belakang karena penasaran apa yang akan Astro lakukan di rumah ini. Andai saja dia tak datang, aku akan mengeringkan rambutku lebih dulu.
Aku mendapati Astro sedang duduk menyandar pada kursi panjang. Aku duduk di sebelahnya dalam diam. Sudah ada sepiring brownies dan seteko teh di atas meja yang mungkin disiapkan oleh Oma atau Bu Asih.
"Ibu yang bikin brownies buat kamu." ujarnya.
"Thank you." ujarku sambil mengamit sepotong brownies dan memberanikan diri menoleh ke arahnya.
Astro sedang menatapiku dengan wajah yang masih merona merah seperti saat aku menutup pintu kamar beberapa saat lalu, yang membuatku mengalihkan tatapan dan sibuk mengunyah brownies. Aku berharap tak melihat ekspresinya yang satu ini. Memalukan sekali.
"Lain kali pakai baju dulu sebelum keluar kamar. Kalau ada laki-laki yang liat gimana?"
Kalimatnya membuatku tersedak. Memangnya dia pikir dia bukan laki-laki?
Astro menuang teh ke gelas dan menyodorkannya padaku. Aku menerimanya dan meneguknya perlahan hingga merasa sedikit lebih tenang.
"Sini tangan kamu yang luka. Aku bantu bersihin." ujarnya sambil mengamit tanganku yang masih sedikit basah karena terkena air saat mandi.
Astro membuka sebuah paper bag yang tergeletak di sebelahnya. Kemudian mengeluarkan tisu kering, salep dan perban baru jenis simple island dressing. Perban jenis ini biasa dipakai untuk menutup luka bekas jahitan karena pada bagian tengah dressing mengandung selulosa yang mampu menyerap cairan yang mungkin akan merembes keluar. Ini adalah jenis perban yang sama dengan yang dipasang di lenganku setelah dijahit oleh petugas kesehatan kemarin.
"Perbannya belum diganti kan?" Astro bertanya.
Aku mengangguk. Aku ingat semalam sesampainya di rumah, Astro memberiku kuliah singkat tentang bagaimana merawat luka jahitan. Dia berkata perbannya baru boleh diganti setelah 24 jam.
Astro beranjak ke dapur untuk mengambil sebaskom air dan sabun antiseptik. Dia membuka perban di lenganku dengan hati-hati, membasahinya dan mengusap luka dengan sabun antiseptik perlahan, lalu membasuhnya dengan air. Dia mengeringkan lenganku menggunakan tisu kering, lalu mengoleskan salep dan membiarkannya terkena angin sebelum memasang perban yang baru.
Astro melakukan semua itu dengan wajah yang masih merona merah. Walau tindakannya sama sekali tak menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu yang tak pantas. Namun wajahnya yang merah itu menjadi bukti yang cukup bahwa dia masih mengingatku hanya memakai handuk beberapa saat lalu. Aku merasa perutku menggeliat aneh sekali jika memikirnya seperti ini.
"Kamu ke sini cuma mau bantu aku ganti perban?" aku bertanya seolah aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Astro menatapku lekat, "Aku kangen."
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-