Deru napas dan gemuruh di dadaku bersahutan di tengah derap langkah. Aku bisa mendengar suara tembakan bersahutan di kejauhan dan suara itu semakin jauh seiring langkah kakiku mengejar Abidzar.
Astro berusaha menyamakan langkah kakiku, sementara Om Chandra berusaha mengejar Abidzar lebih cepat. Kami berkejaran di tengah hawa dingin dan berpuluh pohon di hutan keramat ini.
Abidzar masih memegangi bahunya yang terkena luka tembak dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya terkulai tak berdaya sambil mengucurkan darah ke tanah seolah sedang sengaja memberi jejak padaku untuk mengikutinya.
Entah berapa lama kami berlari melewati hutan. Napasku tersengal saat Abidzar akhirnya berhenti di tepi jurang. Aku mengarahkan pistol padanya saat dia berbalik dan menatapku.
"Harusnya kamu mati delapan tahun lalu!" teriak Abidzar.
"Bagus aku masih hidup sampai sekarang. Aku jadi punya kesempatan balas dendam keluargaku!"