"Pantes kamu suka senja." ujar Astro sambil mengelus puncak kepalaku.
Kami sedang berada di atap rumahku dengan cara memanjat pohon mangga yang memang ditanam tepat di samping rumah. Lebih tepatnya ada di dekat pintu belakang yang mengarah ke halaman belakang. Ayah yang membuat bagian atap ini lebih landai untukku menyendiri. Ayah bahkan pernah berjanji akan membuat kamar untukku di sisi ini jika membangun rumah ini bertingkat suatu hari nanti, tapi niat itu tak pernah terlaksana hingga saat ini.
Aku hanya terdiam sambil menatapi senja yang hampir menghilang, dengan perasaan hangat di hatiku. Seolah ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku. Andai aku boleh memilih, aku akan meminta dipertemukan dengan Bunda yang hilang.
Entah sejak kapan aku tak lagi memikirkan kemungkinan Bunda meninggal. Mungkin aku bodoh karena masih saja memikirkannya setelah bertahun berselang, tapi aku akan menggunakan informasi apapun yang ada untuk mencari keberadaannya.