Angel tak menjawab satu pun pertanyaan Bu Gres. Matanya berkaca-kaca dan mulai menangis tertahan. Riri yang duduk di sebelahnya menepuk bahu Angel untuk membantunya menenangkan diri.
"Sepertinya Angel sudah menyadari bahwa dia membuat kesalahan." ujar Pak Niko yang akhirnya membuka suara setelah selama ini hanya mengamati situasi. "Angel bisa minta maaf ke Mafaza untuk menjernihkan keadaan."
Namun sepertinya semua orang di ruangan ini tahu Angel tak akan segera meminta maaf. Angel melihat ke arahku dengan tatapan benci sekali. Bagaimana mungkin dia minta maaf padaku dengan kondisi seperti itu?
"Seperti yang kalian tahu, bahwa semua perbuatan ada pertanggungjawabannya. Bu Gres bisa bantu saya memilih hukuman untuk Angel atas kesalahannya pada siswi kelas Ibu." ujar Pak Sugeng.
"Saya terserah Bapak aja. Buat saya, yang penting siswi kelas saya memang tidak bersalah dan seharusnya bisa mendapatkan perlakuan yang sepatutnya. Pak Niko mungkin bisa memilih hukuman yang lebih pantas."
Pak Niko terlihat dilema dan setelah sekian lama berdiam diri akhirnya bicara, "Bapak akan cabut keikutsertaan kamu dari tim lomba robotik tahun ini karena anggota tim robotik seharusnya memiliki atittude yang bisa dicontoh orang lain."
Angel terlihat terkejut sekali dan menatap wali kelasnya dengan tatapan memohon yang sangat buruk, "Tapi, Pak ... persiapannya udah 65 persen."
"Betul. Seharusnya kamu berusaha lebih baik untuk menahan diri tidak berasumsi buruk pada siswi lain dan melakukan tindakan yang memalukan. Terlebih, jika memang kamu menganggap ajang lomba itu sebagai sesuatu yang penting. Maaf, Bapak ga bisa membela orang yang jelas bersalah dan saya minta maaf untuk Bu Gres dan Mafaza yang terganggu dengan perilaku siswi saya. Sepertinya saya tidak mendidik siswi saya dengan baik." ujar Pak Niko sambil menundukkan bahu setelah kalimat terakhirnya.
"Baik kalau begitu. Semuanya sudah jelas. Kalian semua akan menandatangani surat keterangan dengan tanda tangan di atas materai sebelum kembali ke kelas." ujar Pak Sugeng.
Bu Jun muncul dari balik lemari buku yang dijadikan sekat ruangan. Sepertinya Bu Jun mendengarkan pembicaraan kami sejak tadi.
"Bapak harap tidak akan ada lagi kejadian seperti ini ke depannya. Sekarang Bapak ada rapat. Surat keterangan kalian akan diproses oleh Bu Jun sebagai guru konseling." Pak Sugeng memberikan keputusan terakhir dan meninggalkan ruangan setelahnya.
Bu Jun memberi masing-masing untuk kami selembar kertas dengan berbagai pertanyaan. Di akhir surat ada pernyataan berkelakuan baik dan materai yang sudah ditempelkan. Kami hanya perlu membubuhkan tanda tangan.
Bu Gres sempat memberiku senyum dan menepuk bahuku pelan sebelum membubarkan kami ke kelas masing-masing. Bu Gres menutup pintu ruang konseling setelah kami beranjak pergi.
Astro dan Beni berjalan di samping kanan dan kiriku. Kami berjalan di belakang Angel dan Riri yang sepertinya masih merasa terpukul dengan keputusan Pak Sugeng. Tak ada satu pun murid saat kami keluar ruangan. Sepertinya bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, tapi aku tidak menyadarinya.
"Ada-ada aja sih. Mereka bahkan ga minta maaf." ujar Beni.
"Aku ga pa-pa kok. Aku emang ga salah. Dia minta maaf atau ga, ga ada bedanya buatku." ujarku.
Aku menoleh ke arah Astro. Sepertinya dia masih memikirkan macam-macam hal yang akan terjadi saat ibunya mengetahui hal ini. Aku akan menggenggam tangannya untuk memberi semangat andai saja kemarin dia tak memintaku untuk jangan menyentuhnya.
Astro memberiku powerbank miliknya yang dia simpan di saku celana sebelum memisahkan diri di persimpangan koridor lantai tiga. Sedangkan aku dan Beni masih bersama hingga ke ujung koridor yang lain.
"Jaga ini jadi rahasia ya. Kalau bisa sih jangan sampai ada orang yang tau soal masalah barusan. Keluarga Angel cukup punya pengaruh soalnya." ujar Beni.
Aku hanya mengangguk dan kami berpisah karena Beni memasuki kelasnya lebih dulu. Aku mengetuk pintu kelasku dan meminta izin untuk masuk. Sensei Fuji memang mempersilakan aku duduk, tapi aku bisa menebak dari tatapan matanya. Sepertinya Sensei tahu apa yang baru saja terjadi.
Aku mengisi baterai handphone dengan powerbank milik Astro sebelum mengikuti materi pelajaran. Aku menarik napas panjang beberapa kali untuk mengumpulkan konsentrasi. Kejadian yang baru saja terjadi cukup membuatku tak habis pikir.
Kenapa perempuan mampu bersikap sangat bodoh saat cemburu? Angel bahkan tak lagi menyadari sikapnya yang keterlaluan hanya karena dia menganggap Astro seharusnya lebih memilih dirinya. Padahal sejauh yang bisa kusimpulkan, Astro selalu mengabaikan keberadaannya jika bukan untuk urusan akademik.
Lagi pula, aku dan Astro sudah saling mengakui perasaan. Bukankah itu berarti aku menjadi pilihannya dan begitu pun sebaliknya? Saat ini, kuharap Astro tak pernah membuatku cemburu. Aku tak ingin bersikap jadi bodoh seperti Angel dan menghancurkan reputasiku seperti dirinya.
***
Astro : Kita pulang bareng. Ayah sama ibu mau ketemu
Aku menemukan pesan itu tepat setelah menyalakan handphone. Saat ini sudah waktunya pulang. Aku membereskan barang-barang dan beranjak dari kursi karena ingin segera menemui Astro.
"Yuk, Za." ujar Siska yang baru beranjak dari tempat duduknya.
"Sorry ya, hari ini ga bareng dulu. Aku mau ke rumah Astro." ujarku setelah sampai di sisinya.
"Ga pa-pa. Kita masih bisa bareng sampai parkiran."
Aku mengangguk dan kami berjalan bersama menyusuri koridor. Kami bertemu Astro di tangga saat akan turun dan kami beriringan ke parkiran sepeda dalam diam.
"Hati-hati ya kalian." ujar Siska setelah mengganti pakaian dan akan keluar dari gerbang dengan sepeda kami masing-masing. Aku dan Astro tersenyum padanya sambil melambaikan tangan sebelum kami berpisah.
"Punya ide Ayah sama Ibu mau ngomongin apa?" aku bertanya pada Astro sambil menyamai kecepatan sepedanya.
"Semoga bukan yang buruk."
Kalimatnya membuat jantungku berdetak lebih kencang hingga membuatku terdiam. Kami menyusuri jalan dengan cepat dan tak membuang waktu untuk membahas apapun lagi. Apapun yang akan dibahas bersama kedua orang tuanya, mungkin memang tentang apa yang terjadi dengan Angel hari ini.
"Bapak sama ibu udah nunggu di atas." ujar Mbok Lela tepat saat kami masuk.
Kami mengangguk dan menaiki tangga dengan cepat. Saat kami sampai di lantai dua, kedua orang tua Astro sedang duduk di atas karpet di dekat sofa, dengan dua toples berisi kue dan keripik, juga seteko air dingin dan empat gelas di sisinya.
Mereka terlihat seperti pasangan yang sedang memadu kasih andai saja aku tak tahu bahwa mereka meminta kami bertemu untuk sesuatu yang penting. Aku tak yakin apakah ini akan menjadi hal yang buruk, atau mungkin sangat buruk.
Astro menaruh barang-barangnya di lantai, melepas topi dan mencium tangan kedua orang tuanya sebelum ikut duduk bersila. Sedangkan aku hanya mengikutinya saja.
"Minum dulu." Ibu menuang air dingin ke dua gelas, lalu menyodorkannya pada Astro dan aku masing-masing satu.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-