"Opa masuk rumah sakit karena kecapekan, tapi Faza ga perlu pulang. Oma cuma mau ngasih kabar aja." ujar Oma dengan suara lembut dan jernih yang biasa.
Terasa ada sesuatu jatuh ke dasar perutku. Aku ingin sekali berlari menghampiri mobil dan bergegas ke bandara, tapi kakiku terasa lemas sekali. Otakku bahkan berkhianat padaku dengan memikirkan segala kemungkinan yang mungkin saja terjadi dan semuanya adalah kemungkinan bahwa Opa akan baik-baik saja.
Aku menatap jam di dinding dapur, pukul 21.23. Jika benar Opa kelelahan, mungkin karena ada suatu tempat yang Opa datangi hari ini.
"Faza ga perlu khawatir. Opa cuma butuh istirahat. Udah ya, Oma cuma mau ngabarin itu ke Faza. Oma mau telpon Nia dulu."
Sambungan telepon kami terputus dan meninggalkanku yang masih merasa bingung harus melakukan apa. Aku bahkan tak yakin dengan perasaanku sendiri. Terasa seperti amarah, sedih, tak berdaya, pasrah, dan bingung di saat yang sama.