Astro meniup wajahku dengan tatapan iseng, "Jelek."
Aku memberinya tatapan sebal, tapi tak mengatakan apapun. Aku tahu dia hanya sedang berusaha mencairkan suasana hatiku.
Dia baru saja pulang sesaat lalu. Diiringi suara deru motor yang berhenti tepat di parkiran workshop dan suara bel yang mirip lonceng saat masuk. Aku sudah mendengar dan menyadari keberadaannya, aku hanya sedang berkutat dengan pikiranku hingga membiarkan pelipisku terus ditopang di atas meja.
Aku menyodorkan tangan untuk menyalami dan mencium tangannya, lalu menariknya agar duduk di sisiku. Aku menatapnya yang sedang berkutat dengan ransel dan jaket dalam diam. Aku baru tersenyum setelah ransel dan jaketnya tergeletak di atas meja.
Astro menyentil dahiku pelan, "Mikir apa kamu?"