"Kenapa kamu bilang gitu?" aku bertanya karena sama sekali tak mengerti. Seingatku baru beberapa hari lalu Astro berkata anak kecil itu meminta pergi dari kami.
"Feeling?"
"Seriously?"
Astro hanya mengangguk dan aku tak memiliki kalimat apapun untuk membalas kalimatnya. Maka aku hanya diam dan berpikir.
Aku hanya bertemu dengannya satu kali di mimpiku saat sedang berada di Gili Meno dan aku tak terlalu peduli dengan keberadaannya. Lagi pula, dia tidak menyeramkan atau membuatku merasa harus waspada. Aku bahkan tak yakin apakah aku harus menganggapnya memiliki eksistensi atau tidak.
Kami berkendara dalam keheningan jalan raya yang dingin dan lengang, dengan satu tangan Astro menggenggam tanganku. Dia baru melepasku setelah kami sampai di depan gerbang workshop.
Aku turun dari motor untuk membuka gerbang dan Astro membawa motor masuk. Saat aku mengunci gerbang kembali, dia sudah turun dari motor dan sedang melepas helm dari kepala.