Menatap motor Astro keluar dari halaman workshop membuatku memikirkan kembali apa yang dia katakan padaku semalam. Yang benar saja? Tak mungkin semudah itu, bukan?
Semalam dia memberitahuku bahwa anak kecil dengan banyak luka dan beraroma amis itu berkata dia meminta pergi dari kami. Namun dia tak mengatakan syarat atau apapun, yang membuatku benar-benar tak mengerti hingga hampir saja mengutuk diriku sendiri karena aku begitu bodoh tak bisa mencerna kalimat sesederhana itu.
Dia sudah ada bersama dengan leluhur Astro sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Aku bahkan sempat menduga bahwa leluhur Zenatta dan Donny juga pernah melihatnya dalam mimpi, walau tak mengutarakannya pada siapapun.
Bagaimana tidak? Mereka rela mengganggu keluarga Astro dan bertindak jauh sekali hingga menggunakan kekerasan hanya demi mendapatkan sebuah tombak tua. Itu sama sekali tak masuk akal bagiku.