"Too bad (Sayang banget) kalian beneran pindah ke Jerman semester depan." ujar Kak Sendy yang disambut kalimat lain yang tak begitu kuperhatikan dari semua teman-temanku.
Astro yang menjawab kalimat mereka satu-persatu, sedangkan aku menatapi lukisan buatanku yang sudah dipasang di dinding galeri beberapa saat lalu. Lukisan sepasang kekasih yang berdansa di tepi pantai saat senja tiba di hari pernikahan mereka. Lebih tepatnya bukan mereka, tapi aku dan Astro.
Lukisan itu adalah lukisanku dan Astro saat kami menikah di tepi pantai pulau Gili Meno. Aku memutuskan membuat lukisan itu sebagai sebuah pengingat untuk teman-temanku yang lain, bahwa kami menikah di tempat yang sangat cantik dan sempurna. Juga sebagai simbol bahwa pernikahan kami adalah pernikahan yang kami berdua inginkan, dengan berbagai perjuangan di baliknya.
Denada mengamit wajahku dan memintaku untuk menatapnya. Matanya berkaca-kaca. Dia mungkin sedang menyayangkan keputusanku.