"Gimana?" aku berlari dan bertanya pada Astro tepat saat dia menutup pintu kamar.
Astro hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Namun aku justru mengecup bibirnya berkali-kali dan tersenyum lebar setelahnya. Setelah tiga jam lebih aku menunggunya di kamar dengan perasaan cemas dan gelisah, kini dia menyatakan Opa bersedia membantu rencana kami.
"Thank you." ujarku.
Astro memeluk tubuhku erat dan mengecup dahiku, "Perjuangan kita dimulai di sini, Honey."
Aku hanya mampu mengangguk. Walau sebetulnya ada adrenalin mengaliri aliran darahku. Terasa menyenangkan, tapi juga berbahaya.
Kami sampai di rumah Opa tepat saat senja beranjak turun ke peraduannya. Aku bahkan sempat takjub saat menatapnya. Dua minggu yang dipenuhi dengan jadwal kerja yang padat terasa cepat sekali berlalu.