Tepat setelah mengantar Astro dan menutup gerbang, aku beranjak kembali ke dapur dan mengamit handphone yang tergeletak di atas meja makan, lalu menarik napas panjang sebelum menelepon Oma. Nada dering di sambungan telepon kami membuat jantungku berdetak kencang. Seolah tak peduli aku sedang berpikir keras bagaimana akan memberitahu Oma tentang saran Ayah untuk aku dan Astro pindah ke Jerman semester depan.
"Sebentar ya, nanti Oma telpon Faza. Oma mau masuk ruang dokter dulu nemenin Opa." ujar Oma setelah sambungan telepon kami tersambung.
"Oma di rumah sakit?"
"Iya. Nanti kalau check up nya selesai Oma telpon lagi. Faza udah sarapan?"
"Udah tadi sama Astro. Astro baru aja berangkat ke kampus."
"Ya udah. Nanti Oma telpon lagi. Oma tutup dulu ya."
"Iya, Oma."