Aku memperlihatkan layar handphone pada Astro. Dia membaca pesanku dengan Zen dalam diam, tapi alisnya mengernyit mengganggu.
Astro menatapku lekat, "Coba telpon."
Aku menatapnya tak percaya, "Kamu serius?"
"Biar aku yang ngomong."
Aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama sebelum menuruti keinginannya dan menyalakan mode speaker. Zen menerima telepon dariku hanya berselang satu dering telepon saja.
"Kalian harusnya udah tidur sekarang." ujarnya. Seperti biasa, dia memaksudkan setiap kata dalam kalimatnya. Dia tahu Astro sedang bersamaku.
"Kamu juga harusnya udah tidur sekarang." ujar Astro.
"Ada apa nelpon jam segini? Kalau mau pamer kemesraan kalian salah jam. Aku lagi di jalan pulang. Udah capek, jadi ga mood ngeladenin kalian."
Aah ....
Aku bangkit dan berjalan perlahan menuju kompor. Astro sempat menahan lenganku, tapi aku memberinya isyarat aku bisa melakukannya sendiri.