Astro merentangkan kedua tangannya dan mengangkat tubuhku, hingga membuatku memeluk bahunya karena terkejut.
"Aku menang. Mana hadiah buatku?" ujarnya dengan senyum menggoda yang masih terkembang di bibirnya, senyum yang lebar sekali. Dia sangat tampan, dengan keringat yang membasahi tubuhnya. Yang sekarang juga menempel di pakaianku karena dia sedang menggendongku.
Aku menatapnya tak percaya sambil memukul bahunya, "Turunin, ih. Malu."
"No way. Aku mau minta hadiahku dulu."
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
Aku mengecup dahinya dengan canggung selama sedetik waktu yang terlewat, "Udah. Turunin."
"Seriously?" ujarnya dengan tatapan tak percaya.
Aku tahu dia akan berubah menjadi sangat menyeramkan jika aku tak menuruti permintaannya. Aku bahkan tak akan sanggup untuk sekadar membayangkan bagaimana menyebalkan sikapnya di perjalanan pulang ke Surabaya.