Tiba-tiba aku merasa panik saat sampai di deretan pohon karet yang gelap. Kami sebentar lagi sampai ke rumah Opa. Tangan Astro masih menggenggam tanganku sejak berangkat beberapa jam lalu, tapi tak mampu menghalau panik yang datang tanpa diduga.
Astro mengelus jariku perlahan, "It's okay."
Aku mendongak dan mengangguk. Aku tahu kami akan baik-baik saja. Bagaimana tidak? Kami akan pulang ke rumah Opa.
Aku hanya tiba-tiba merasa perutku berputar saat membayangkan Opa mungkin saja menyembunyikan Bunda dariku, juga saat membayangkan apa saja yang Opa bicarakan dengan Zen, atau apa yang terjadi di antara keduanya. Harus kuakui aku merasa tak rela.
Astro memelukku lebih erat dan mengecup dahiku, "Kita pulang, Honey. Oma kangen banget kan sama kamu?"