Aroma bubur dan sup ayam membelai hidungku tepat saat sebuah suara yang kurindukan memanggil namaku. Namun tubuhku terasa lelah sekali.
"Nyonya Astro ga boleh bangun kesiangan kalau ga mau rejekinya diambil orang lain." ujarnya, disusul dengan sebuah kecupan di bibirku sesaat setelahnya.
Aku tahu aku sedang tersenyum padahal aku merasa sedikit kesal karena dipanggil "Nyonya", tapi mataku terasa berat sekali walau hanya sekadar terbuka.
"Mau lagi?" dia bertanya sambil mengelus bahuku perlahan.
Aku hanya menggumam malas sambil meraih lengannya dan memeluknya. Kemudian merayapi tubuhnya untuk mencari perutnya tanpa membuka mata dan memeluk pinggangnya erat. Tubuhnya terasa hangat, seperti yang selalu kuingat.
"Ini udah jam sembilan lewat, kamu tau? Anak-anak workshop nyariin kamu. Mereka kira kamu sakit." ujarnya sambil mengelus rambutku.
Aku memaksa mataku terbuka. Aku sedang berbaring di perut Astro yang setengah telanjang.