Aku sedang duduk di pangkuan Astro, menghadap ke arahnya, dan membenamkan wajah di tengkuknya sambil membalas semua pesan perempuan di handphone miliknya. Mataku meneliti semua pesan yang ada, memastikan tak ada satupun pesan yang terlewat. Sudah lebih dari dua jam aku diam dan bertahan dengan posisi ini karena tak ingin mengganggunya bekerja.
Kami sedang berada di studio yang dikelilingi dinding kedap suara, yang beberapa waktu belakangan ini juga menjadi ruangan bekerja untuk Astro karena terasa lebih hening dan tenang. Aku sudah menyarankan untuk membeli sebuah sofa panjang agar aku bisa menemaninya bekerja di ruangan ini. Astro menyanggupinya.
Astro mengelus rambutku dan mengecup tengkukku, "Belum selesai?"
Aku menggeleng dan mengecup tengkuknya, tapi tak mengatakan apapun. Ada begitu banyak pesan dari perempuan yang aku sama sekali tak tahu siapa mereka.