Di luar dugaan, reaksi Om Neil entah kenapa membuat adrenalinku meningkat. Namun aku harus mengendalikan diri untuk memberikan kesaksian sesuai skenario yang sudah diarahkan untukku demi menghindari kesalahan yang justru akan membuatku berada dalam masalah.
Aku menatap Om Neil dan Zenatta selama beberapa lama. Mereka sedang menatapku penuh kebencian. Sangat kontras dengan tatapan Gerard yang justru menatapku dengan tatapan yang jauh lebih lembut, yang justru membuatku mengingat suara erangannya saat tertembak.
Aku tak dapat melihat bekas tembakan di tubuhnya, mungkin karena tertutup oleh pakaian. Namun pandanganku terhadapnya masih sama. Aku menyayangkan sikapnya yang memilih membantu Zenatta.
"Silakan dilanjutkan." ujar Hakim Ketua pada Jaksa.