Aku sedang menatap ke luar jendela kamar apartemen yang gelap sambil sesekali mengelap air mata yang meleleh. Aku tahu aku akan pulang dua atau tiga minggu lagi. Aku hanya merasa berat karena tak bisa leluasa bertemu dengan Opa dan Oma.
Aku menghela napas, lalu meneguk coklat yang mulai dingin di cangkir yang kupeluk sejak tadi. Bahkan coklat tak bisa meredakan suasana hatiku yang buruk saati ini.
"Masih nangis?" Astro bertanya sambil mengecup puncak kepalaku dari belakang, lalu berjalan memutari sofa dan duduk di sisiku.
Dia baru saja selesai mandi. Rambutnya masih basah, dengan dada telanjang dan celana boxer selutut. Kami sempat bercinta saat baru saja sampai. Aku tahu itu adalah usahanya untuk membuatku merasa lebih baik.