Suara ledakan menyadarkanku dari halusinasi yang sesaat lalu kualami. Seperti baru memaksaku bangun dari mimpi buruk yang meninggalkan sensasi tak nyaman di perutku.
Apa yang baru saja Zenatta katakan? Perjanjian? Perjanjian macam apa?
Aku menoleh ke arah Astro. Dia terlihat tenang dan mantap. Sangat kontras dengan tatapan bingung tamu lain yang sedang dikondisikan untuk keluar aula dengan cepat.
Ruangan ini memiliki empat pintu, dengan semua tatanan dan dekorasi yang sengaja diatur sedemikian rupa agar tamu bisa leluasa keluar saat keadaan berubah genting. Aku bisa melihat Opa, Oma, Nenek Agnes dan Kakek Rizal ikut diamankan ke luar.