Astro melepas bibirku setelah entah berapa lama kami bercumbu, "Feeling better?"
Aku mengangguk, "Boleh lagi?"
"Kita harus mandi sekarang." ujarnya sambil mengelus bibirku dengan lembut. Lengannya masih memeluk punggungku yang telanjang dengan erat. Bahkan sebelah kakinya masih memeluk kedua kakiku, tapi aku masih merasa gelisah.
Aku tahu kami harus sudah siap satu jam lagi. Aku hanya ingin melepas kegelisahan hati yang sepanjang malam tak beranjak pergi. Dinginnya sensasi pistol masih terasa di tanganku saat ini, membuatku merasakan firasat buruk.
"We'll be fine (Kita akan baik-baik aja), Honey." ujarnya sambil mengecup bibirku. Seolah dia bisa membaca pikiranku dan segalanya berjalan biasa saja baginya.
Air mataku hampir saja keluar andai saja aku tak menahannya sebisaku. Sebetulnya aku tidak merasa takut. Hanya saja, aku merasa kesal karena ini terjadi di hari yang seharusnya spesial bagi kami berdua.