Teana membuka pintu kamar tiba-tiba dan menggeleng saat melihat Astro sedang membantuku mengeringkan rambut dengan hair dryer. Dia masuk dan duduk di tempat tidur dengan tatapan tak percaya, "Serius? Ini jam berapa coba?"
Aku tahu apa yang Teana maksudkan. Aku bisa merasakan suhu telingaku berubah lebih hangat dan sepertinya wajahku memerah.
"Makanya nikah sana." ujar Astro yang masih sibuk membantuku mengeringkan rambut seolah Teana tak ada di sekitar kami.
"Aku ga mau nikah buru-buru kayak kalian. Aku mau nikmatin masa muda dulu."
"Lebih seru berdua. Ya kan, Honey?" ujar Astro sambil mengecup bibirku.
Aku memberinya tatapan tajam. Yang benar saja? Dia baru saja menciumku di depan Teana.
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Rambut kamu udah kering. Mau aku bantu kepang?"
"Ga usah." ujarku sambil bangkit dari kursi, tapi Astro menahan lenganku.
"Mau ke mana? Rambutku masih basah."