Sepanjang hari memperhatikan gerak-gerik Zen membuatku yakin mungkin mamanya dan Kak Liana lah yang menginginkanku menjadi bagian dari keluarga mereka. Karena sikap Zen terlihat jauh lebih tenang dibanding dengan sikapnya selama dua tahun ini.
"Ikut ke kafe, Za?" Nina bertanya.
Aku berpikir sebelum bicara, "Tapi cuma sebentar. Ga pa-pa kan?"
"Santai aja. Kita tau kok kamu orang sibuk." ujar Bian.
"Aku ga ikut dulu ya. Ada latihan band." ujar Daniel.
"Iya deh, beda yang bentar lagi release single." ujar Bian.
"Ah, masih lama. Lain kali aku ikut ke kafe. Kabarin aja." ujar Daniel.
Bian hanya tersenyum dan mengangguk, lalu kami beranjak menuju parkiran bersama. Aku baru menyadari sejak Nina dan Bian berpacaran, Nina tak pernah meminta untuk menumpang padaku lagi.
"Pak Deri ga nganter kamu lagi?" Zen bertanya di tengah langkah kaki kami keluar dari gedung fakultas.
Aku menggeleng, "Mulai hari ini udah ga nganter jemput."