Kak Sendy menemuiku dan Zen di sebuah sudut di bawah pohon di depan gedung fakultas pagi ini. Dia memberi kami masing-masing satu kartu undangan untuk datang ke pameran lukisan papanya, Hanum Cokronegoro.
"Aku ga janji bisa dateng, Kak." ujarku.
"Ga pa-pa. Kalau kamu berubah pikiran tinggal dateng aja. Ada alamatnya di situ."
"Okay."
"Atau kamu bisa bareng Zen jadi dia bisa nemenin?"
"Jangan. Nanti kena skandal baru." ujar Zen.
Aku menoleh pada Zen. Aku tahu dia sedang berusaha menjaga jarak denganku, tapi aku baru menyadari bahwa dia peduli dengan perkembangan isu yang beredar tentang skandal Astro yang menyeret namaku.
"Aku denger ada anak fakultas lain yang diintrogasi soal berita yang kesebar tentang kamu. Kamu tau?" kak Sendy bertanya padaku.
"Itu kerjaan Astro kayaknya. Dia sengaja bikin rumor biar ga banyak orang yang nanya-nanya aku lagi."
"Ooh, I see. Jadi itu sengaja?"