"Jangan bengong, Honey." suara Astro melepaskan tatapanku dari sebuah kartu dengan tanda bibir yang tergeletak di meja.
Aku membatalkan niat memberi kartu itu untuknya beberapa saat lalu. Aku sudah menggantinya dengan kartu yang baru.
"Mikir apa sih?"
"Menurut kamu, aku baperan?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Tadi Opa bilang perempuan biasanya lebih ngeduluin perasaan. Katanya Opa rela lepasin aku ke kamu karena kamu bisa bantu kalau aku terlalu kebawa perasaan."
Astro terdiam sebelum bicara, "Kamu inget waktu kita pertama ke rumah pohon?"
"Aku inget."
"Yang kamu nangis sambil ingusan." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku tahu dia mengatakan kejadian sebenarnya, tapi membahasnya sekarang memang terasa seperti dia sedang sengaja mengatakannya untuk membuatku kesal, "Serius, Astro."