Chereads / Si Kembar dan Ibu Sambung [END] / Chapter 3 - Guru Favorit

Chapter 3 - Guru Favorit

Terakhir kali Ali dan Alex bertemu dengan ibu mereka secara langsung adalah ketika libur natal 2 tahun lalu. Saat itu sang ibu kebetulan sedang ada pekerjaan di Asia, jadi Ali dan Alex bisa menyusul sang ibu. Itu juga mereka hanya bertemu ketika sang ibu sudah selesai bekerja.

Kali ini, mereka berkesempatan untuk bertemu dengan ibu mereka melalui video call. Danny berkata bahwa mereka akan bertemu dengan ibu mereka karena sang ibu ingin memberi kabar gembira.

"Halo, Para Jagoan Mommy. I miss you so much." ucap Lilith, begitu dirinya bisa melihat kedua putranya.

"Mom, I miss you too. Mom apa kabar?" Alex langsung antusias begitu melihat ibunya.

"Hai Al. Mom baik. Bagaimana kabar Ali dan Alex?"

"Fine. Dad juga baik-baik aja."

Jauh di lubuk hati kedua remaja itu, mereka selalu berharap kedua orangtuanya bisa bersama lagi suatu saat nanti. Jadi, ketika ada kesempatan, mereka akan selalu membawa ayah mereka dalam obrolan. Berharap sang ibu merasakan rindu untuk ayah mereka dan membuat keduanya saling jatuh cinta lagi. Tak lupa, mereka mengajak sang ayah untuk video call bersama sang ibu.

Danny dan Lilith jelas tahu apa yang diinginkan kedua putra mereka. Dan keduanya juga sudah mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka agar bisa kembali hidup bersama sebagai keluarga. Sayangnya hal itu tidak mudah.

Berkali-kali mereka menemui jalan buntu karena tidak ada yang mau mengalah. Danny dengan keinginannya memaksa Lilith mundur dari dunia modeling agar bisa fokus mengurus anak. Dan Lilith yang tidak ingin di kekang oleh Danny, menjadi ibu rumah tangga.

Dan sekarang, ketika pertemuan keluarga itu hanya diisi oleh obrolan antara Lilith dan Alex, Ali dan Danny hanyalah pelengkap dan pendengar. Sampai Alex menyebut nama Nadira.

"She is my favorite teacher I've ever met." ucap Alex dengan mata berbinar.

"Oh ya? Bagaimana Miss Nadira?"

Tanpa diduga oleh semua orang, Ali menjawab pertanyaan sang ibu, "Dia guru yang keren. Bahkan Miss Nadira bisa membedakan kami hanya dengan sekali bertemu."

Tidak hanya Lilith yang terkejut mendengar ucapan Ali. Setahunya, Ali adalah anak yang pendiam dan susah untuk tertarik dengan hal baru. Tapi lihat sekarang? Tanpa diminta pun Ali bergabung dalam pembicaraan ketika membahas seorang guru bernama Miss Nadira.

Ini hal baru bagi Lilith. Selama 10 tahun paska perceraiannya dengan Danny, kedua putranya tidak pernah tertarik dengan perempuan yang dekat dengan ayah mereka. Kenapa sekarang kedua putranya semangat ketika membahas seorang perempuan asing? Apa perempuan itu sudah mengambil hati kedua putranya dan mantan suaminya?

Rasa asing yang merayap di hati membuat Lilith canggung. Berkali-kali dirinya terlihat tidak fokus ketika berbicara dengan Alex.

"Are you okay? You look so tired." Ali menyadari kalau ibunya terlihat tidak nyaman.

"Ya, sedikit lelah. Pekerjaan membuat beberapa sendi Mom terasa sakit." elak Lilith sekenanya.

"Mom harus banyak beristirahat. Dan jaga kesehatan."

"Okay, its too late. Besok kalian harus sekolah. Sambung lagi dilain waktu." ucap Danny sembari melirik jam dipergelangan tangannya.

Sekarang memang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Waktu yang sudah melebihi jam malam si kembar, karena biasanya mereka tidur jam 9 malam.

"Bye, Mom. See you next time." ucap Ali dan Alex bergantian.

Setelah keduanya berpamitan, mereka segera masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

"So, who is Miss Nadira?" tanya Lilith ketika kedua putranya sudah menghilang.

"Their new teacher. Favorite teacher." jawab Danny tanpa antusias.

"Apa kalian berkencan?" selidik Lilith. Wajahnya jelas terlihat tidak santai.

"Ayolah Lili, itu bukan urusanmu. Aku berkencan atau tidak, tidak akan membawa pengaruh apapun." apa yang diucapkan Danny adalah fakta.

"Kalau kalian berkencan, otomatis anak-anakku akan berhubungan dengan dia. Aku ingin memastikan kamu berkencan dengan orang yang tepat dan baik."

Danny sudah mengenal Lilith lama. Sebelum mereka akhirnya memutuskan untuk menikah, mereka sudah menjalin kasih selama 10 tahun. Danny tahu seluk beluk mantan istrinya itu. Termasuk sekarang, ketika Lilith berkeras ingin mengetahui hubungan antara dirinya dengan Miss Nadira. Tak lain dan tak bukan karena Lilith sedang cemburu sekarang.

"Kamu peduli dengan anak-anak atau cemburu aku dekat dengan perempuan lain?" tembak Danny.

Terlihat Lilith yang sepertinya tidak siap mendapat pertanyaan seperti itu dari mantan suaminya. Berulang kali Lilith membuka mulutnya tapi tidak ada kata yang keluar. Kalau ada suara yang terdengar, dia akan segera menutup rapat mulutnya.

Danny tidak buta. Dia jelas tahu pemikirannya bahwa Lilith sedang cemburu adalah benar. Sayangnya hal itu tidak lantas membuat Danny tersentuh dan 'merangkul' istrinya agar mereka rujuk.

"Jangan pernah mengompori anak-anak untuk menjauhi Miss Nadira. Dia membawa dampak positif bagi Alex, juga bagi Ali." suara Danny terdengar penuh ancaman.

Memiliki mantan istri yang ambisius dan egois mengajarkan Danny untuk bersikap tegas. Dia yakin Lilith bisa melakukan hal yang tidak baik, bahkan kepada kedua anaknya sendiri. Inilah alasan kenapa Danny memilih untuk berpisah dari Lilith.

***

Saat jam istirahat tiba, Alex dengan penuh percaya diri menunggui Miss Nadira di ruang guru. Hari ini, dia berencana untuk berkunjung ke rumah sang guru favorit itu bersama saudara kembarnya. Ijin dari sang ayah juga sudah didapatnya.

Bukan hal mudah untuk mendapatkan ijin dari seorang Daniel Sebastian. Perjuangan dengan merayu membutuhkan waktu berhari-hari. Juga dengan segudang janji manis yang harus dikorbankan. Termasuk les tambahan untuk pelajaran matematika.

Melihat sosok yang ditunggunya, Alex terlihat semakin berbinar. Langkahnya untuk menyongsong Miss Nadira menjadi semakin lebar dan cepat.

"Alex, ada perlu di ruang guru?" tanya Miss Nadira ketika bertemu dengan Alex.

"Yes." wajah sumringah rasanya sulit untuk disembunyikan. "Boleh kami berkunjung ke rumah Miss Nadira sore ini?"

"Ya, tentu. Ibu free hari ini. Jam berapa kalian mau berkunjung?"

Ini berita yang sangat menggembirakan. Rasanya jantung Alex akan melompat keluar melalui tenggorokannya kalau dia tidak menutup mulutnya.

"Jam berapa Miss Nadira selesai? Kita bisa pulang bersama."

"Apa ayah kalian akan bergabung?" tanya Miss Nadira was-was.

"No. He's working. Supir akan mengantar kami."

"Oke. Jam 1 sepertinya waktu yang tepat." akhirnya Miss Nadira memberikan jawaban.

"Okay. I'll tell Ali kalau Miss Nadira sudah setuju. Thank you, Miss Nadira."

Tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, Alex bahkan berjalan sembari melompat kecil. Persis seperti anak usia 5 tahun yang kegirangan mendapatkan permen kesukaannya.

Satu jam menunggu, akhirnya Miss Nadira keluar dari area sekolah. Ali dan Alex yang sudah menunggu langsung menyambut guru favorit mereka. Tak lupa, mereka bergantian membukakan pintu mobil.

Setelah menyebutkan alamat rumah Miss Nadira, sang supir melajukan mobilnya.

Supir si Kembar baru bekerja selama seminggu. Ayah mereka akhirnya memutuskan untuk mempekerjakan seorang supir agar bisa mengantar jemput mereka tepat waktu. Bukan karena Danny tidak mau mengantar jemput, tapi dengan pekerjaan yang tidak tentu terkadang Danny merasa tidak enak kalau harus terlambat menjemput keduanya.

Ternyata jarak dari sekolah menuju rumah Miss Nadira cukup jauh. Kalau tidak macet, perjalanan 15 menit sudah sampai di rumah. Mungkin kalau macet bisa sampai 20-25 menit.

"Selamat datang di rumah Ibu." ucap Miss Nadira, ketika mereka sudah turun dari mobil.

Rumah Miss Nadira terlihat sangat nyaman. Bangunannya tidak luas, tapi memiliki halaman yang luas. Pohon tumbuh dengan rindang dan memberikan udara yang bersih dan segar. Juga menghalau terik matahari.

" Aku suka rumah Miss Nadira. Terasa seperti di Swiss." ucap Alex antusias.

"Kamu bisa aja. Mana ada Swiss yang berisik begini?" Miss Nadira tertawa kecil menanggapi ucapan Alex.

"Aku suka." ucap Ali sembari membuka pintu pagar yang sudah usang.

Rumah Miss Nadira adalah bukan tipe rumah modern yang minimalis. Walau dari luar tampak kecil, nyatanya rumah ini luas. Bahkan memanjang sampai belakang.

Meski asing, keduanya merasa nyaman ketika masuk di rumah ini. Ali dan Alex rasanya betah tinggal disini.