"Sedangkan mengenai Ayahku ... bagaimana ya.., Aku tidak peduli" kata Qiao Nan, merasa lesu.
Saat ini, Ayahnya mungkin sangat peduli padanya, tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
"Apa! Mengapa Paman Qiao akan mengubah sikapnya? Kamu jauh lebih baik daripada Qiao Zijin dalam segala hal. Mengapa Ibumu dan Paman Qiao menjadi begitu pilih kasih terhadap Qiao Zijin? Itu tidak adil dan tidak masuk akal. Mereka buta, baik hati maupun matanya!" Mereka pasti sudah gila!
"Ayahku lebih suka memiliki seorang anak laki-laki, tetapi Dia memiliki dua anak perempuan. Qiao Zijin adalah Putri sulung, dan Ayahku berharap Qiao Zijin akan tinggal bersama keluarga. Dia akan mengambil suami di masa depan, sehingga anak-anaknya akan memiliki nama keluarga yang sama dengannya. Dengan kata lain, Aku akhirnya harus menikah dan meninggalkan keluarga. Seperti kata pepatah, "Seorang anak perempuan menikah seperti air tumpah". Dia secara alami akan memperlakukan Kami secara berbeda. Bahkan, terkadang, Aku akan membayangkan bahwa Qiao Zijin adalah seorang anak laki-laki. Baru saat itulah Aku dapat lebih memahami mengapa Mereka melakukan hal-hal tertentu. Setidaknya, Aku tidak akan begitu tertekan."
Dulu, Ding Jiayi tidak diberi kesempatan untuk pergi ke sekolah karena Ibunya lebih menyukai anak laki-laki dan hanya mengirim anak-anaknya ke sekolah. Dia bahkan ingin menjual Ding Jiayi untuk mendapatkan lebih banyak uang agar putra-putranya bisa menikah.
Ibunya mungkin membenci neneknya, tetapi tidak ada keraguan bahwa Ibunya adalah anak kandung dari neneknya. Ibunya hanyalah replika dari neneknya!
"Baiklah, jangan khawatir tentang Aku. Orang tua-ku mungkin punya rencana Mereka, tetapi Aku bsudah merencanakannya juga. Aku tidak bodoh. Aku tahu mengapa Kamu memberitahuku semua ini. Aku benar-benar mengerti, jadi jangan khawatir. Aku tidak akan sebodoh itu." Itu adalah fakta bahwa Ibunya yang melahirkannya dan membesarkannya.
Ibunya telah memenuhi kewajibannya untuk membesarkannya, dan Dia pasti akan mengurus Ibunya dan memenuhi tanggung jawabnya juga.
Tetapi tidak mungkin Dia membiarkan Ibunya membatasi kebebasannya dan mengambil semua uang hasil jerih payahnya untuk menunjang Qiao Zijin seperti apa yang Dia lakukan di kehidupan sebelumnya.
Selain dari tunjangan bulanan yang akan Ia berikan kepada Ibunya, ia harus mempertimbangkan dengan hati-hati ketika Ibunya meminta lebih banyak uang.
Di kehidupan ini, Ibunya tidak lagi bisa menuntutnya.
____
"Benarkah? Aku tidak mempercayaimu. Aku mendengar bahwa banyak orang akan menyerah selama orang yang melakukan kesalahan memohon dan memasang tampang yang menyedihkan." Bagi Zhu Baoguo, Xiao Qiao terlalu baik hati. Dia pasti akan menyerah pada permintaan Ibunya.
"Aku tidak akan. Ibuku hanya menginginkan uangku. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Ini adalah satu hal yang paling Dia hargai. Aku tidak sebodoh itu untuk jatuh pada tipuannya." Tentu saja, Dia sangat bodoh di kehidupan sebelumnya sehingga akhirnya Dia mati.
"Aku harap Kamu bisa menepati ucapanmu." Zhu Baoguo senang dan diyakinkan oleh sikap tegas Qiao Nan. "Tapi apa yang harus Kita lakukan sekarang setelah semuanya sampai pada tahap ini? Ibumu mungkin benar-benar tidak tahu malu, tetapi Kamu masih harus belajar di sekolah. Bagaimana Kamu akan berurusan dengan rumor yang beredar di sekolah? Sudahkah Kamu memikirkan solusinya?"
"Itu ..." Qiao Nan membungkuk ke arah meja seolah-olah Dia kehabisan energi. "Biarkan Aku istirahat dulu. Aku belum menemukan solusi apa pun. Ibuku selalu ingin menolongku. Dia benar-benar membuatku mendapat hantaman besar kali ini. Haruskah Aku memberi selamat padanya karena membuat langkah yang tepat?"
Sekarang hal-hal seperti ini, tidak peduli apapun yang dilakukan Qiao Nan, Dia akan bersalah.
Aib tidak boleh disebarkan di tempat umum. Selain itu, kekuatan gosip tidak bisa diremehkan. Terlepas dari apakah kata-kata itu benar atau salah, tidak akan butuh waktu lama sebelum gosip menarik itu menyebar ke seluruh sekolah.
Di sisi lain, bahkan jika Dia tidak takut memberitahu orang lain tentang perbuatan buruk yang dilakukan Ibunya dan menjelaskannya dengan jelas, orang lain mungkin tidak mau mempercayainya. Ada begitu banyak orang di SMA Ping Cheng. Bahkan jika seseorang mempercayainya, Dia tidak bisa membuat semua orang mempercayainya terlepas dari seberapa keras Dia berusaha.
Ibunya sangat kejam.
____
Zhu Baoguo bertanya dengan hati-hati, "Apakah benar-benar tidak ada solusi? Mungkin Kita bisa memikirkannya lagi?"
"Aku tidak bisa memikirkan apa pun." Qiao Nan menghela nafas. Dia lelah, dan dua merasa ingin menyerah. "Baiklah, mari Kita berpikir satu-satu. Paling-paling, Aku akan pindah ke sekolah lain."
Qiao Nan sangat takut harus berurusan dengan semua masalah yang disebabkan Ding Jiayi ini. Alih-alih terjerat dalam kekacauan seperti ini, ia lebih suka memiliki perubahan lingkungan dan memiliki ketenangan pikiran.
"Aku akan pergi denganmu!"
"Kenapa Kamu harus pindah? SMA Ping Cheng adalah SMA yang bagus." Zhu Baoguo bukan Dia. Tidak perlu baginya untuk pindah. "Selain itu, hal ini belum sampai pada tahap itu, jadi jangan khawatir."
"Kamu bisa percaya bahwa Aku akan menyelesaikan ini untukmu." Zhu Baoguo sangat marah. Jelas-jelas bahwa Ding Jiayi berbohong, namun banyak dari siswa cukup bodoh untuk mempercayai kata-katanya.
Siapa pun yang percaya pada kata-kata Ding Jiayi dan berani berbicara omong kosong di depannya, ia tidak akan membiarkannya.
"Kendalikan dalam emosimu. Aku tidak ingin memperburuk keadaan."
"Jangan khawatir. Aku tahu apa yang Aku lakukan." Zhu Baoguo menepuk dadanya dan bersumpah untuk membantu Qiao Nan dengan masalahnya.
Zhu Baoguo bukan tanpa kemampuan apa pun. Para siswa di sekolah akan selalu memberikan Qiao Nan tatapan yang aneh dan saling berbisik setelah Qiao Nan pergi.
Namun, setelah Zhu Baoguo mengajukan diri untuk membantunya, meskipun Mereka masih akan memberikan tatapan aneh Qiao Nan dari waktu ke waktu, tidak ada yang berani menanyai Qiao Nan mengenai rumor itu, dan Mereka juga tidak berani mengatakan kata-kata yang menyakitkan. Sebagian besar siswa menjauhi jalan Qiao Nan seolah-olah Dia adalah dewa penyakit.
____
Qiao Nan tidak meminta banyak. Dia cukup senang sehingga tidak ada yang akan mengganggunya.
"Sebelum Bapak memulai pelajaran hari ini, ada sesuatu yang ingin Bapak sampaikan kepada Kalian semua. Ada pepatah lama yang mengatakan, 'Desas-desus berhenti di pihak yang bijak'. Sebagai siswa dari kelas yang sama, Bapak berharap semua orang dapat bersatu menjadi satu dan tidak akan begitu rentan terhadap rumor apa pun yang beredar di luar. Kalian tidak hanya siswa SMA, tetapi juga orang dewasa yang cukup tua untuk diberi kartu identitas. Kalian tidak harus percaya pada rumor. Seseorang seharusnya tidak hanya mendengarkan tetapi juga menggunakan mata dan hati Mereka ketika membuat penilaian. Sebagai wali kelas Kalian, Bapak dengan tulus berharap bahwa siswa di kelas Bapak adalah orang bijak, bukan sapi yang di tarik hidungnya. Baiklah, mari Kita buka buku pelajarannya."
Seseorang tidak pernah bisa meremehkan kekuatan rumor, bahkan para guru telah mendengar tentang itu.
Meskipun Guru Liu tidak mengatakan dengan jelas apa yang Dia maksud ketika Dia berpidato di kelas, semua siswa di kelas jelas tahu apa yang dimaksud Guru Liu.
_____
"Xiao Qiao, apakah Kamu sudah memberitahu Guru Liu?" Zhu Baoguo sedikit terkejut. Jarang ada orang yang cerdas. Meskipun demikian, Dia adalah seorang guru. Dia lebih bijaksana daripada siswa.
"Tidak." Qiao Nan menggelengkan kepalanya. "Aku pikir Guru Liu akan memintaku untuk pergi ke kantornya untuk menjelaskan tentang rumor yang beredar." Lagi pula, Dia pernah mengalami situasi seperti ini di SMP. Pada saat itu, Dia dipanggil ke kantor untuk diinterogasi oleh Guru Chen.
"Tidak peduli apapun, Guru Liu adalah guru yang layak Kita hormati." Zhu Baoguo mengacungkan jempolnya. Dia merasa lebih baik sekarang dan mulai lebih memperhatikan pelajaran Guru Liu.
***