Ini khususnya terjadi pada orang tua Chen Jun. Jika Chen Jun tidak menyukai gadis itu, mengingat status dan reputasi keluarga Chen, Nyonya Chen akan menolak menjadi besan dengan keluarga Qiao. Selain itu, Qiao Zijin telah menikung Adik kandungnya dengan merebut pacar Adiknya. Nyonya Chen mungkin tidak akan setuju dengan pernikahan itu bahkan jika Qiao Zijin sudah mengandung anak Chen Jun.
Namun, anehnya, dalam waktu kurang dari sebulan sebelum perut Qiao Zijin semakin besar, Tuan Chen menyetujui pernikahan itu. Bahkan Nyonya Chen, yang menolak dengan kuat pada awalnya, mengangguk dan menyetujui rencana perkawinan itu.
Karena itu, Qiao Zijin memiliki EQ dan IQ yang tinggi. Satu-satunya masalah adalah Dia belum bertemu dengan orang yang tepat yang akan membuatnya lebih pintar.
Atau lebih tepatnya, Qiao Zijin masih muda dan belum menyadari siapa Dia di kehidupan sebelumnya.
_____
"Nan Nan, sudah terlambat, Bukankah Kamu harus pergi ke sekolah?" Sebelum Mereka selesai berkemas, Qiao Dongliang mendesak Qiao Nan untuk pergi ke sekolah. "Kamu tidak boleh terlambat ke sekolah. Itu akan meninggalkan kesan buruk pada para guru."
"Ayah, jangan berlebihan. Selain itu, tempat ini dekat cukup dengan berjalan kaki sebentar dari SMA Ping Cheng. Aku akan pergi setelah Kita selesai berkemas. Masih ada waktu." Qiao Nan sangat bersemangat dan tampaknya memiliki energi yang tak terbatas.
Gerakan Qiao Nan gesit dan cepat. Ditambah dengan suasana hati yang sangat hiperaktif, ia dapat melakukan tugasnya dengan efisien.
Segera setelah itu, Qiao Nan selesai mengatur sebagian besar barang-barang rumah tangga dan menempatkannya dengan tepat. "Ayah, hari ini Aku tidak memerlukan banyak barang di rumah karena Aku akan tinggal di sekolah. Tetapi jika Ayah akan terus tinggal di sini, Ayah perlu mendapatkan beberapa barang penting seperti wastafel dan teko. Jangan sampai lupa."
"Baiklah, Ayah tahu apa yang harus dilakukan.
Ini adalah masalah sepele. Jangan khawatir dan pergilah ke sekolah." Qiao Dongliang tersenyum ketika Dia menepuk bahu Qiao Nan, mengambilkan tas sekolahnya, dan menyerahkannya ke Qiao Nan. "Pergilah."
"Ayah, kalau begitu Aku berangkat ke sekolah." Qiao Nan mengangguk dan mengambil alih tas itu. Dia pergi ke sekolah, merasa sangat santai.
_____
Hanya berjarak sepuluh menit berjalan kaki ke SMA Ping Cheng dari apartemen sewaan. Berbeda dengan sebelumnya, Qiao Nan tidak perlu menggunakan transportasi umum untuk sampai ke sekolah.
Qiao Nan dalam suasana hati yang bagus sehingga Dia mulai menyenandungkan lagu dalam perjalanan ke sekolah. Pada saat itu, Dia mendengar langkah kaki seseorang berjalan dengan terburu-buru di belakangnya.
Qiao Nan awalnya tidak terganggu. Namun, orang itu berlari ke arahnya dan menabrak pundaknya, menyebabkan Dia kehilangan pijakan dan jatuh ke depan dengan kedua tangan di tanah. Tas sekolah Qiao Nan terlempar dari tabrakan itu.
"Tsk ..." Kedua telapak tangan Qiao Nan terasa sakit. Rasa sakit itu membuatnya mengerutkan kening dan merintih di udara dingin.
Qiao Nan mendongak untuk melihat siapa orang yang ceroboh itu. Dia tidak mengira bahwa orang yang menabraknya tidak hanya tidak meminta maaf tetapi juga mengambil tas sekolahnya dari tanah dan langsung lari. "Hei, Kau merampas tas sekolahku! Tolong, ada perampok! Ada jambret!"
Qiao Nan dengan cemas bangkit dari tanah dan berlari mengejar jambret. Namun, sosok yang lebih cepat melewati Qiao Nan dalam sekejap saat menuju ke arah perampok.
"Ini siang hari bolong, namun Kau berani mencuri dan menjambret! Apakah Kau menganggap polisi di China sebagai hiasan saja?" Sosok itu menangkap penjambret di hadapan Qiao Nan. Dia bahkan berhasil menendang punggung perampok, membuat tas sekolah Qiao Nan terlempar untuk kedua kalinya.
"Jangan menjadi orang yang suka ikut campur!" Penjambret itu menghentikan langkahnya dan memaki ke arah sosok itu. "Bocah, biar Aku memperingatkanmu. Jika Kau tidak ingin mati, cepat enyahlah. Jika Kau terlalu banyak menonton drama televisi dan menjadi orang tolol, Aku akan membantu orang tua-mu memberimu pelajaran dan memberitahumu bagaimana mengurus urusan dirimu sendiri! "
"Gila." Pemuda itu geli dan marah pada penjambret. "Baik, Aku ingin melihat bagaimana Kau bisa mengajariku pelajaran."
"Kau benar-benar tidak takut mati?" Mata penjambret itu menatap pemuda itu, memberinya tatapan tajam. Dia mengambil pisau dari sakunya dan menikam pemuda itu.
_____
Qiao Nan menarik napas dalam-dalam. Dia sangat takut sehingga Dia menutup mulutnya. Pemuda itu dengan tangan kosong, tetapi penjambret itu memiliki senjata. Perbedaan dalam keunggulan pertarungan terlalu besar.
Qiao Nan melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa tidak ada sepotong batu pun yang dapat Dia gunakan untuk menghantam kepala penjambret itu. Dia sangat cemas sehingga Dia hampir menangis. "Tas sekolah! Ya, Aku masih memiliki tas sekolah!"
Saat pemuda itu yang sibuk berkelahi dengan penjambret, Qiao Nan membungkuk dan mengambil tas sekolah yang terlempar ke tanah sebelumnya. Dia menyembunyikannya di belakang punggungnya dan melemparkannya kearah penjambret
Tas sekolah Qiao Nan dipenuhi buku. Bahkan jika serangan itu tidak akan membuat penjambret pingsan, itu pasti akan membuatnya pusing.
"Cepat!" Saat melihat penjambret itu dengan kuat menggelengkan kepalanya untuk mendapatkan kembali kesadarannya, Qiao Nan berteriak.
Pemuda itu tertegun. Dia tidak menduga bahwa Qiao Nan sangat mengagumkan. Setelah mendengar peringatan Qiao Nan, ia mengangkat lututnya dan menendang langsung ke arah perut si penjambret. Pisau di tangan perampok itu jatuh ke tanah, suara gemerincing tanda jatuh. Setelah itu, pemuda itu menyikut punggung penjambret, memaksa penjambret itu untuk berlutut kesakitan.
Dengan tanpa kata, Qiao Nan menendang pisau di tanah sejauh yang Dia bisa.
Kolaborasi keduanya mengalahkan penjambret yang menakutkan dalam hitungan detik.
____
"Ah, lebih lembut, lebih lembut! Ya Tuhan, sakit sekali!" Ketika pemuda itu memelintir tangan penjambret itu ke punggungnya, penjambret itu berteriak keras kesakitan, tampak sangat ketakutan.
Memeluk tas sekolahnya yang hilang dan ditemukan, Qiao Nan kemudian memaksakan senyum saat Dia menatap pemuda itu. "Aku benar-benar berterima kasih atas ..."
Ketika Qiao Nan melihat lebih jelas ke wajah pemuda yang membantunya, baik ekspresinya maupun tubuhnya membeku. Dia mencengkeram tas sekolahnya, hampir berbalik untuk pergi.
"Tidak perlu membahasnya. Ayahku mengajariku untuk berani membantu Mereka yang membutuhkan. Ketika Kita melihat seseorang yang membutuhkan bantuan, Kita pasti tidak ragu untuk membantu. Kamu tidak perlu khawatir tentang itu," Pemuda itu menampilkan senyum yang sangat ramah. "Apa Kamu baik baik saja? Aku melihat bahwa Kamu terjatuh sebelumnya. Bagaimana lukanya? Apakah itu serius? Haruskah Aku mengantarmu ke rumah sakit?"
"Tidak perlu!" Qiao Nan menolak dengan datar tanpa ragu-ragu. Nada suaranya tegas, agak keras.
Setelah menyadari bahwa sikapnya mungkin aneh bagi orang lain, Qiao Nan melemaskan wajahnya yang kaku. "Aku murid dari SMA Ping Cheng yang dekat dari sini. Telapak tanganku hanya sedikit terluka. Aku hanya perlu pergi ke ruang kesehatan di sekolahku dan meminta bantuan guruku untuk mengolesi obat. Tidak perlu melakukan perjalanan ke rumah sakit. Itu terlalu merepotkan."
"Benarkah?" Pemuda itu tersenyum. "Jadi, Kamu seorang siswa dari SMA Ping Cheng. Aku juga. Aku lulusan dari SMA Ping Cheng. Dalam hal ini, Kamu adalah juniorku. ini sudah siang. Kamu sebaiknya pergi ke sekolah. Aku akan mengurus penjambret ini. Kamu harus belajar dengan baik. Oh ya, namaku Chen Jun. Mungkin Kita akan bernasib untuk bertemu lagi. Ketika saat itu tiba, jangan menolak untuk mengakui ku, seniormu."
***