Qiao Nan menarik napas dalam-dalam dan kemudian mengangkat tangannya.
"Ada apa?" Pengawas itu berjalan ke sisi Qiao Nan.
"Pak, Saya membawa tiga pena, semuanya rusak dan Saya tidak bisa menulis dengan itu. Bisakah Saya meminjam pena?"
"Yah ..." kata pengawas itu dengan canggung. "Aku hanya punya pena merah. Apakah ada yang punya pena cadangan untuk dipinjamkan?"
Menghadapi pertanyaan sang pengawas, ruang ujian sunyi, Kalian bahkan bisa mendengar pin terjatuh. Semua orang sibuk menulis esai Mereka dan tidak ada yang menjawab. Beberapa siswa bahkan diam-diam menyembunyikan pena cadangan Mereka kalau-kalau pengawas bertanya.
Duduk di ruang ujian yang sama tetapi hanya sedikit yang akan menjadi pemenang, semua orang adalah pesaing, siapa yang akan meminjamkan pena cadangan Mereka?
Setidaknya di ruang ujian ini, tidak ada yang mau.
"Yah ..." kata sang pengawas, dihadapkan pada situasi ini, sang pengawas tidak tahu harus berbuat apa. Dia harus mengawasi dan tidak bisa pergi, jika siswa lain tidak mau meminjamkan, Dia tidak dapat memaksa Mereka untuk meminjamkan juga.
_____
Qiao Nan menarik napas dalam-dalam, mengerutkan bibirnya dan berkata, "Pak, jika tidak ada cara lain, dapatkah Anda meminjamkan pena merah Anda?"
"Itu tidak diperbolehkan, peraturan lomba esai ini menyatakan dengan jelas bahwa itu harus ditulis dengan tinta biru atau hitam, tinta merah tidak boleh," jawab guru dengan simpatik. Pengawas itu mengasihani Qiao Nan karena sangat sial, Dia tidak bisa berpartisipasi dalam kompetisi jika Dia tidak miliki pena.
Mata Qiao Nan mulai berair. Dia tidak berpikir untuk berpartisipasi sebelumnya tetapi sekarang Dia berada di kompetisi ini, Dia dihadapkan dengan kemungkinan menyerah karena Dia tidak memiliki pena yang dapat digunakan. Qiao Nan sangat tidak senang dan tidak mau.
Yang paling penting, Dia sudah menyiapkan tiga pena, ada yang baru dan sisanya adalah pena yang biasa.
Semalam pena itu jelas masih bekerja namun hari ini rusak. Jika seseorang mengatakan padanya itu kebetulan, Dia tidak akan pernah percaya. Pasti ada yang bersekongkol melawannya!
_____
"Pak Zhou, ada apa?" Sebuah suara datang dari beberapa orang yang berdiri di luar kelas.
"Kepala Sekolah." Guru Zhou melihat seorang pria tua dan bergegas menghampiri. Guru Zhou menjelaskan, "Pena siswa itu rusak dan siswa lain tidak memiliki pena cadangan untuk dipinjamkan. Kalau terus begini, Dia tidak akan bisa berpartisifasi."
Kepala sekolah lama terdiam sebelum melanjutkan, "Ya ampun, anak-anak sekarang ini. Sementara hasil akademis penting, pendidikan moral juga tidak boleh diabaikan."
"Gunakan milikku." Zhai Sheng berkata dengan acuh tak acuh sebelum mengambil pena. Zhai Sheng memusatkan perhatiannya pada Qiao Nan dan Dia melihatnya sangat berkeringat karena cemas.
Hari ini, Zhai Sheng datang ke sekolah atas nama ayahnya dan tiba-tiba bertemu Qiao Nan.
Yang lebih mengejutkan bagi Zhai Sheng, Qiao Nan tampaknya sangat sial. Dalam beberapa kali Dia bertemu Qiao Nan, Qiao Nan selalu dalam kesulitan.
Kemudian, Zhai Sheng memandangi para siswa di ruang ujian dan matanya penuh dengan ketidaksukaan.
"Aku berterima kasih atas nama murid itu." sang pengawas menjawab dengan lega. Dia benar-benar merasa kasihan pada Qiao Nan.
Melihat perhatian yang diberikan kepada Qiao Nan oleh guru-guru lain sebelumnya, sang pengawas menyimpulkan bahwa Dia pasti menjadi murid yang baik dan keterampilan menulis esainya juga pasti setara.
"Tidak perlu membahasnya."
_____
"Ini pena yang Kamu butuhkan, gunakan dengan cepat tanpa menunda lebih lama." sang pengawas menyerahkan pena Zhai Sheng kepada Qiao Nan. Pengawas itu dengan lembut mengingatkan Qiao Nan, "Ini adalah pena tinta, berhati-hatilah saat menulis. Tunggu sampai tinta mengering atau yang lain akan tercoreng ketika Kamu meletakkan di atasnya."
"Terima kasih, Pak!" Mata Qiao Nan berbinar.
"Jangan berterima kasih padaku. Pena yang dipinjamkan kepadamu miliknya. Ketika Kamu selesai, ingatlah untuk mengembalikannya kepadanya." Pengawas itu menunjuk pada Zhai Sheng. Pena ini cukup berat dan terasa enak, pasti cukup mahal.
"Zhai Sheng?" Qiao Nan telah melihat Zhai Sheng. "Oke, Pak, Saya mengerti."
"Baiklah, manfaatkan waktumu sepenuhnya, murid-murid lain sudah menulis banyak." Kata sang pengawas.
"Oke," jawab Qiao Nan. Dia sudah terlambat lebih dari 10 menit.
Untungnya, Dia sudah punya konsep dalam benaknya, jika tidak dengan situasinya ini, Dia tidak akan bisa terus menulis.
Qiao Nan sebenarnya lebih suka menulis dengan pena tinta dan ditambah dengan fakta bahwa pena Zhai Sheng berkualitas tinggi, itu memungkinkan Qiao Nan menulis dengan cepat bersamaan dengan tinta bisa yang mengalir lancar keluar dari ujung pena. Itu bahkan lebih cepat daripada jika Qiao Nan menggunakan pena biasa.
Dalam waktu singkat, Qiao Nan menyusul kemajuan siswa lainnya.
____
Karena insiden pena, pengawas memberi perhatian ekstra pada Qiao Nan dan berdiri di samping Qiao Nan sejenak.
Pengawas melihat bahwa Qiao Nan telah menulis begitu banyak dalam waktu yang singkat, matanya menyala terkejut saat Dia melihatnya. Ketika Dia membaca isinya lebih lanjut, ditambah dengan tulisan elegan dari pulpen, Dia benar-benar terkejut.
Sebelum bel berbunyi, Qiao Nan sudah selesai dengan esainya.
_____
Ketika tiba saatnya untuk keluar dari ruang ujian, beberapa siswa belum selesai dan membuat keributan.
Qiao Nan berjalan santai dan ingin menemukan Zhai Sheng untuk mengembalikan pena.
Qiao Nan hanya mengambil beberapa langkah ketika Guru Lee datang dan bertanya, "Qiao Nan, bagaimana menurutmu kondisimu dalam kompetisi?"
Qiao Nan menjawab, "Seperti biasa."
"Itu bagus," kata Guru Lee sambil menghela nafas lega. Jika Qiao Nan dapat tampil normal, Dia minimal setidaknya pasti dapat menerima hadiah ketiga.
"Qiao Nan, apa yang kamu lakukan di sini?" Sebuah suara terdengar dari belakang Qiao Nan.
"Aku datang untuk berpartisipasi dalam kompetisi komposisi esai provinsi." Qiao Nan berbalik menghadap Qiao Zijin.
"Kamu, kamu juga datang untuk berpartisipasi?" Qiao Zijin tergagap, agak terkejut. Dia belum pernah mendengar bahwa Qiao Nan berpartisipasi.
"Hai Zijin, ini kamu. Kamu juga datang ke sini untuk berpartisipasi? " Guru Lee bertanya. Guru Lee sedikit terkejut, Guru Lee tahu standar esai Qiao Zijin. Bagaimana Qiao Zijin bisa berpartisipasi? Tidakkah sekolah takut membuang-buang tempat nominasi?
Ada poin prestasi jika memenangkan kompetisi esai SMP, dan tentu saja sama untuk kompetisi SMA.
Dengan demikian, tempat nominasi kompetisi SMA akan lebih diperebutkan.
____
Perkataan Qiao Zijin bertepatan dengan Guru Lee. Qiao Nan tersenyum dan menjawab, "Aku telah mendengar dari Ayah dan Ibu bahwa Kamu berpartisipasi tetapi Aku tidak mengira Kita berada di sekolah yang sama untuk berpartisipasi."
Qiao Zijin memaksakan senyum dan berkata, "Itulah takdir. Nan Nan, bagaimana kabarmu?"
"Tidak terlalu buruk," kata Qiao Nan, mengangkat alisnya sambil memperhatikan ketidaknyamanan yang semakin meningkat dari Qiao Zijin. Dia menyimpulkan dalam benaknya bahwa Qiao Zijin tidak tampil baik dalam kompetisi, jika tidak, mengapa wajahnya begitu pucat?
"Baiklah, sudah larut, Kita harus pergi." Guru Lee berkata sambil menepuk bahu Qiao Nan. Guru Lee tidak banyak bicara kepada Qiao Zijin.
Qiao Nan mengikuti Guru Lee, mengangguk ke Qiao Zijin dan kemudian pergi begitu saja.
Setelah Qiao Nan pergi, wajah Qiao Zijin menjadi murung dan dengan cepat pergi mencari teman sekelasnya. Qiao Zijin bertanya, "Aku mendengar bahwa untuk kompetisi ini, siswa SMP juga ada di sini, apakah Kamu tahu apa pertanyaan esai Mereka?"
"Aku pikir itu sama dengan kita." Teman sekelasnya menjawab sebelum menambahkan, "Para guru terlalu malas, memberikan pertanyaan yang sama untuk SMP dan SMA. Mereka bahkan tidak berusaha memikirkan pertanyaan lain."
"Qiao Zijin, apakah Kamu berhasil menyelesaikan esaimu?" Guru bahasa China Qiao Zijin berjalan dengan gembira menuju Qiao Zijin. Guru itu menambahkan, "Aku membaca esaimu sebelumnya, yang akan cocok dan Kamu tidak perlu memikirkan esai baru. Apakah Kamu menggunakan esai itu untuk dikumpulkan? "
____
Bahkan guru bahasa Chinanya sangat terkejut dengan Qiao Zijin.
Kemampuan Qiao Zijin biasanya rata-rata tapi Dia menunjukkan sebuah bakat saat berbicara tentang menulis esai.
Kalau tidak, bagaimana mungkin Qiao Zijin bisa mengikuti kompetisi esai berdasarkan nilai pelajarannya?
"Iya itu yang dikumpulkan." Qiao Zijin menjawab dengan datar tanpa ada sedikitpun tanda-tanda kebahagiaan.
Hanya Tuhan yang tahu bahwa ketika Qiao Zijin melihat pertanyaan esai, Dia saking senangnya bahwa sampai ingin berteriak. Tuhan berada dipihaknya.
Dia tidak menyangka bahwa keberuntungannya sangat bagus. Dia sebelumnya menggunakan esai Qiao Nan untuk dikumpulkan dan memenangkan tempat nominasi untuk mengikuti kompetisi. Bahkan esai Qiao Nan sangat sesuai dengan pertanyaan dalam kompetisi.
Dia dapat menggunakan sepenuhnya satu dari esai Qiao Nan!
Tapi saat Dia melihat Qiao Nan, suasana hatinya yang bagus menghilang.
Qiao Nan disini pasti untuk mengikuti kompetisi esai. Pertanyaan antara SMP dan SMA sama, Mungkinkah Qiao Nan tidak menulis esai yang sama?
Mustahil, Dia tidak mungkin melakukannya.
Qiao Nan menulis ini dengan asal, mungkin saja Dia tidak bisa mengingatnya dan Dia akan menulis esai yang baru?
Semakin Qiao Zijin memikirkannya semakin Dia merasa bersalah, otaknya sakit setelah memikirkan semua itu. Dia berharap semoga esainya dan Qiao Nan tidak sama.
Qiao Nan sangat pintar dalam menulis esai, Dia dapat dengan mudah menulis esai baru. Tentunya, Dia tidak akan begitu malas untuk mengingat esai lama?
____
Setelah kompetisi, akhirnya Dia bisa pulang ke rumah. Namun sepanjang perjalanan otaknya terus memikirkan berbagai macam skenario, itu sangat menyakitkan.
"Zijin Kamu sudah pulang, bagaimana kompetisinya? Kamu percaya diri?" Ding Jiayi bertanya dengan semangat dan dengan hangat menyambut Qiao Zijin pulang.
"Bu, dimana Nan Nan?" tanya Qiao Zijin.
"Dia sedang membaca dikamarnya." jawab Ding Jiayi.
"Bu, Aku harus berbicara dengan Nan Nan dulu. Kita akan mengobrol nanti." jawab Qiao Zijin. Saat mendengar bahwa Qiao Nan sudah pulang Dia melempar tas sekolahnya pada Ding Jiayi dan langsun Qiao Nan. Qiao Zijin berkata, "Nan Nan Aku ada sesuatu yang ingin Aku bicarakan denganmu."
"Silahkan saja." kata Qiao Nan. Dia melemparkan ketiga pena rusaknya ke dalam tempat sampah.
_____
Saat Qiao Nan pulang Dia memeriksa semua penanya. Dia menemukan bahwa penanya memiliki ciri-ciri telah dibanting yang membuat pulpennya rusak.
Siapa pun yang menggunakan pena tahu bahwa begitu Kau melemparkan pena ke lantai, pena akan mudah patah dan Kau tidak bisa menulis lagi. Pena itu jelas-jelas dirusak oleh seseorang.
Tas sekolah Qiao Nan ada di bus sekolah selama ini, orang yang melakukannya pasti bukan dari sekolah lain dan guru juga tidak akan melakukannya. Mungkinkah salah satu dari empat orang lain yang bergabung dengannya dalam kompetisi hari ini?
Perilaku buruk seperti itu di usia muda.
____
"Nan Nan, apa pertanyaan esaimu hari ini?" Tanya Qiao Zijin. Jika pertanyaannya berbeda, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkannya.
"Guru Lee mengatakan kepadaku bahwa pertanyaan untuk SMP dan SMA adalah sama," jawab Qiao Nan tajam.
Itu benar-benar sama ...
Wajah Qiao Zijin membeku. "Nan Nan, apa yang kamu tulis untuk kompetisi itu?"
***