Chapter 42 - Berkaca Pada Diri Sendiri

Dengan begitu banyak hal yang telah terjadi, Qiao Zijin tidak bisa lagi menikmati status spesial yang pernah Dia pegang di rumah.

Qiao Nan tidak berharap banyak. Dia hanya berharap Dia bisa melanjutkan pendidikannya.

Adapun Qiao Zijin, selama Dia tidak memprovokasinya, ia tidak akan peduli tentang Qiao Zijin.

Tentu saja, jika ibunya dan Qiao Zijin masih mencoba menggertaknya seperti sebelumnya, maka Dia pasti akan membalas Mereka seperti yang ia lakukan hari ini.

Setelah Dia menyortir pikirannya, Qiao Nan akhirnya bisa membaca buku-bukunya.

____

Di ruang belajar, ayah dan anak duduk saling berhadapan. Setelah duduk, kepala Qiao Zijin tertunduk air mata pun mengalir deras di wajahnya.

Qiao Zijin menangis sangat keras, Qiao Dongliang menghela nafas panjang. "Baiklah, jangan menangis. Katakan padaku, apa yang Kamu tangisi?"

Ketika Dia mendengar Qiao Dongliang membuka mulutnya untuk berbicara, Qiao Zijin merasa lega sesaqy. Dia menyeka air matanya dan berkata, "Ayah, Aku tahu aku salah, Aku iri bahwa nilai Nan Nan lebih baik daripada nilaiku. Ayah, masalah hari ini, itu tidak disengaja. Bahkan, sebenarnya Aku sangat cemas hari ini karena masalah mengenai buku tabungan. Aku tahu Ibu baik padaku, Dia menghabiskan semua tabungan keluarga untuk membiarkanku belajar di SMA yang Berafiliasi dengan Universitas Renmin di Cina. Aku juga ingin belajar keras tetapi tidak ada lagi buku di rumah, dan Ayah menemukan buku-buku tidak senonoh itu. Ayah, Aku gelisah. Aku takut. Aku takut bahwa keluarga membayar begitu banyak untukku belajar tetapi Aku tidak dapat membalasnya dengan apa pun. Semakin Aku gugup, semakin Aku tidak bisa belajar dengan baik. Tapi Nan Nan ... tidak peduli seberapa buruk yang Dia lakukan, nilainya lebih baik daripada nilaiku. Dan Nan Nan adalah Wakil Pengawas Kelas. Dia menerima penghargaan setiap tahun. Aku tidak memiliki apa apa."

Meskipun Qiao Zijin tidak cukup jelas, Qiao Dongliang mengerti perkataannya.

Pada dasarnya, Qiao Zijin tahu bahwa Dia telah menghabiskan terlalu banyak uang untuk pendidikannya di SMA, namun nilainya buruk selama waktu musim panas.

Dibandingkan dengan adiknya sendiri di rumah, putri sulungnya khawatir bahwa Dia akan membuat lebih banyak kesalahan dan menyebabkan orang tuanya tidak menyukainya.

"Ayah, Aku benar-benar tidak bersungguh-sungguh dan Aku as tidak ingin menjadi seperti ini. Nan Nan adalah Adik kandungku, Aku adalah kakaknya, Itu benar bahwa Aku memperlakukannya dengan baik dan merawatnya. Bagaimana bisa Aku lebih rendah karena nilaiku lebih buruk daripada Dia. Aku berpikir bahwa jika Aku masuk ke SMA yang berafiliasi dengan Renmin University di China di mana para gurunya lebih baik, nilaiku akan meningkat dan Aku bisa sebagus Nan Nan. Pada saat itu, Ayah akan memiliki dua putri yang luar biasa, dan Ayah akan bangga mengunjungi Kakek Lee. Ayah, maaf, Aku tidak bermaksud begitu."

Melihat Qiao Zijin menangis dengan sedih, Qiao Dongliang tidak bisa menahan diri untuk melunak. "Baiklah, jangan menangis lagi, matamu akan bengkak jika kau melanjutkannya."

"Ayah, maafkan Aku kali ini, Aku tidak akan berani melakukan ini lagi. Bahkan, untuk masalah hari ini, Aku akui karena Aku mencoba memberitahumu bahwa Nan Nan juga orang biasa, dan sepertiku, Dia akan membuat kesalahan. Itu juga karena Nan Nan adalah adikku, dan Aku cemas tentangnya. Aku tidak ingin melihat Nan Nan bergaul dengan orang-orang yang seharusnya tidak bergaul dengannya dan tersesat. Ayah, kamu harus percaya padaku, dititik ini, Aku punya niat baik untuk Nan Nan dan tidak bermaksud menyakitinya. Satu-satunya kesalahanku adalah Aku terlalu cepat mengambil kesimpulan dari bukti yang belum tentu benar. Aku juga tidak memberi Nan Nan kesempatan untuk menjelaskan sebelum aku menyimpulkan bahwa Dia bersalah. Ayah, jangan khawatir, Aku pasti tidak akan melakukan ini lagi."

Qiao Zijin mengakui kesalahannya dengan sikap yang baik. Dia bahkan merenungkan kesalahannya. Apa yang bisa dikatakan Qiao Dongliang padanya?

Qiao Dongliang menghela nafas lagi. "Zijin, Aku ingin bertanya, Nan Nan berbicara tentang masalah lain hari ini, bagaimana menurutmu?"

Qiao Zijin mengepalkan tangan dengan perlahan di lututnya. Setelah itu, wajahnya terlihat tidak bersalah dan tertegun. "Ayah, masalah apa yang kamu maksudkan?"

"Nan Nan demam."

"Ayah, demam Nan Nan tidak ada hubungannya denganku. Aku percaya bahwa Ibu juga tidak melakukannya!" Qiao Zijin langsung membantah.

Bahkan jika dihadapan ibunya, Dia tidak akan mengakui hal ini.

"Apa maksudmu Nan Nan berbohong?"

"Aku tidak tahu siapa yang berbohong, yang Aku tahu adalah bahwa Aku tidak melakukannya. Nan Nan dan Aku adalah saudara kandung, Aku mungkin berbicara tentang Nan Nan, tetapi Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu."

Qiao Dongliang menghela nafas, Dia juga tidak percaya bahwa putri sulungnya akan melakukan hal seperti itu.

Qiao Dongliang dapat mengingat ekspresi dan ucapan putri bungsunya dengan jelas. Sulit baginya untuk menghibur dirinya sendiri bahwa masalah putri bungsunya hanyalah berkhayal dan bukan apa yang sebenarnya terjadi.

"Zijin, Aku akan mengatakan ini sekali lagi. Apa pun yang terjadi sebelumnya, Aku tidak akan menyelidiki ataupun bertanya lagi. Namun, Aku tidak ingin hal serupa terjadi kedua kalinya. Apakah kamu mengerti maksudku?"

Kuku Qiao Zijin telah membuat banyak lubang di tangannya.

Setelah mendengar ini dari Qiao Dongliang, Qiao Zijin tahu bahwa ayahnya tidak sepenuhnya percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya.

"Ayah, Aku tahu. Ayah memperhatikan perilaku kedepannya." Qiao Zijin memaksakan senyum dan menjawab singkat, "Ayah, kalau begitu Aku akan kembali ke kamarku untuk mengerjakan pekerjaan rumahku."

"Pergilah."

____

Ketika Qiao Zijin kembali ke kamarnya, Dia melewati kamar Qiao Nan. Sebelum Dia membuka pintu kamarnya, matanya melotot tajam selama beberapa detik kearah pintu masuk kamar Qiao Nan.

Qiao Zijin mengunci pintu kamarnya. Setelah itu, Dia mengeluarkan buku catatan dan berulang kali menulis kalimat dengan pena, "Qiao Nan, jalang, pergi dan matilah!"

Qiao Zijin hanya merasa sedikit lebih baik setelah Dia mengisi halaman besar buku catatan itu.

Qiao Zijin merobek halaman itu, menyalakan korek api dan membakarnya menjadi abu. Setelah itu, Dia kemudian mengambil pekerjaan rumahnya untuk melanjutkannya.

____

"Tua, Qiao Tua." saat malam harinya, Ding Jiayi diam-diam masuk ke kamar, Dia tergagap saat memanggil Qiao Dongliang.

"Ada apa?" Tanya Qiao Dongliang dingin.

"Qiao tua, Zijin akan pergi ke sekolah lusa." Wajah Ding Jiayi menegang. Setelah menghabiskan setengah hidupnya dengan Qiao Dongliang, ini adalah pertama kalinya Dia merasa sangat canggung untuk meminta uang kepadanya. "Walaupun masalah Zijin akan diurus sendiri olehku, Aku juga perlu waktu untuk mencari pekerjaan, kan? Tapi bagaimana dengan biaya makan Zijin?"

Qiao Dongliang menatap Ding Jiayi dengan dingin. Dia mengeluarkan enam yuan dari sakunya dan menyerahkannya ke Ding Jiayi. "Ambillah."

Ketika Dia melihat enam yuan, Ding Jiayi mengerutkan bibirnya. "Hanya enam yuan?"

Jelas-jelas Qiao Tua telah memberi Qiao Nan lima yuan. Lima yuan untuk Qiao Nan untuk minggu itu, tetapi hanya enam yuan untuk Zijin selama dua minggu?

Selain itu, Qiao Nan adalah siswa SMP dan Zijin berada di SMA.

"Dulu, Kamu hanya memberi uang pada Zijin. Nan Nan tidak mendapat sepeser pun darimu. Apakah Nan Nan mengatakan sesuatu? Karenamu, Nan Nan hanya bisa menggunakan dan memakai barang bekas Zijin. Apakah Nan Nan mengatakan sesuatu? Enam yuan tidak banyak tapi pasti cukup bagi Zijin untuk makan. Jika Kamu ingin memberi Zijin lebih banyak uang, maka segera cari pekerjaan. Dengan penghasilanmu, Aku tidak akan mengatur caramu mengurus Zijin."

Begitu pula, Ding Jiayi tidak boleh ikut campur dalam masalah apa pun tentang Qiao Nan. Qiao Dongliang akan mengatur segalanya.

***