Chapter 34 - Kamu Pasti Nan Nan

"Kau tidak akan mengambilnya, bukan?" Qiao Dongliang tidak ingin membuang waktu dengan Ding Jiayi. Dia selalu menyerahkan semua uangnya pada Ding Jiayi. Dia bukan tipe yang menyia-nyiakan kekayaan keluarga. Jadi tabungan Mereka berkembang sedikit demi sedikit.

Qiao Dongliang mempercayakan segalanya di bawah tanggung jawab Ding Jiayi, tapi itu tidak berarti Dia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi.

Dia mencari kunci, dan pergi ke kamar untuk membuka laci. Dia mengeluarkan seluruh isi laci dan melihat buku tabungan itu tergeletak jauh di dalam.

"Qiao Tua, apa yang Kamu lakukan?" Ding Jiayi memiliki ekspresi bersalah di wajahnya. Dia takut Qiao Dongliang akan mengetahui bahwa tidak ada yang tersisa dari buku tabungannya. Mendengar itu, Dia menerjang ke arahnya, berusaha untuk mengambil buku tabungan darinya.

Berdiri setinggi 1,8 meter, jika Qiao Dongliang tidak menyerah, tidak mungkin Ding Jiayi bisa merebutnya darinya.

Qiao Dongliang membuka buku tabungan dan melihat isinya. Mendidih karena marah Dia berteriak, "Di mana semua uang itu"

Raungan Qiao Dongliang dapat terdengar dari luar. Qiao Zijin berubah menjadi putih pucat, Dia sangat ketakutan.

Dia tamat untuk saat ini, tidak ada cara untuk menyembunyikannya lagi.

"Qiao Nan, apa maksudmu dengan ini, Beliau adalah Ibu kita bagaimana kamu bisa melakukan ini padanya!" Qiao Zijin menunjuk Qiao Nan dan mulai memarahinya.

Jika bukan karena Qiao Nan, ayah dan ibu tidak akan pernah bertengkar. Ayah selalu mendengarkan ibu.

Jika Ayah tahu bahwa uang itu dihabiskan untuknya, bagaimana Dia akan berpikir tentangnya?

"Itu benar, Dia adalah ibuku. Dia menghabiskan semua tabungan untukmu agar bisa mendaftarkanmu di SMA yang bagus, tapi Dia ingin Aku berhenti sekolah dan mulai bekerja. Itu benar-benar apa yang akan dilakukan seorang Ibu!" Qiao Nan tertawa sinis.

"Bagaimana Kamu tahu ... Kamu melakukannya dengan sengaja!" Qiao Nan telah mengatur ini untuk menjatuhkan ibunya dan Dia.

"Cara terbaik untuk menyembunyikan kesalahan adalah tidak melakukannya. Para guru di sekolah kita semua tahu standarmu. Selain itu, Mereka semua berada di sektor pendidikan. Menurutmu apa yang ada dalam pikiran Mereka Ketika Mereka mendengar bahwa Kau masuk ke SMA yang berafiliasi dengan Renmin University of China?"

Qiao Zijin menghentakan kakinya, para guru di SMP benar-benar cerewet.

Ini adalah masalah keluarga Mereka, itu tidak ada hubungannya dengan orang lain, mengapa Mereka harus membahasnya di depan Qiao Nan?

Tidak heran semua rayuan tidak bisa membuat Qiao Nan berhenti sekolah dan mulai bekerja. Qiao Nan selama ini sudah tahu bahwa ibunya telah menghabiskan begitu banyak uang untuknya.

____

"Dong Liang, apa Kamu di rumah?" Saat itu, suara seorang kakek tua terdengar dari luar rumah Qiao.

Qiao Nan berhenti, "Kakek Lee?"

Wajah Qiao Zijin jatuh. Kakek terkemuka ini jarang menerima undangan Mereka untuk berkunjung, mengapa Dia datang pada waktu yang tidak menguntungkan hari ini?

Qiao Zijin tidak khawatir karena Qiao Dongliang dan Ding Jiayi tidak akan mengabaikan situasi dan bertengkar di depan Kakek Lee. Ibunya meminta bantuan Kakek Lee untuk membuka jalan agar Qiao Zijin bisa mendaftar di SMA yang Berafiliasi dengan Universitas Renmin di Cina.

Ibunya kehilangan kata-kata saat Ayahnya mengetahui bahwa Dia telah menghabiskan semua tabungannya.

Jika ayahnya tahu bahwa ibunya meminta bantuan Kakek Lee, Dia akan murka karena marah!

Ayah Qiao Dongliang meninggal pada usia dini. KakekLee yang membesarkannya. Jika bukan karena Kakek Lee yang mendukung dan membimbing Qiao Dongliang karena persahabatannya dengan ayah Qiao Dongliang, itu akan menjadi lebih sulit baginya.

Untuk mempunyai anak kedua, Qiao Dongliang menyerah pada jalan yang diaspal oleh Kakek Lee untuknya. Dia bisa memiliki masa depan yang cerah. Dia juga mengecewakan almarhum ayahnya.

Sejak saat itu, Qiao Dongliang merasa terlalu malu untuk berhadapan dengan Kakek Lee.

Mengingat situasinya sekarang, Dia hanya bisa menjalani kehidupan yang sederhana. Tidak mungkin Dia dapat membayar hutang budi yang Dia miliki pada Kakek Lee.

Kapan pun Qiao Dongliang memikirkan Kakek Lee, Dia merasa malu pada dirinya sendiri. Namun Ding Jiayi meminta Kakek Lee untuk membantunya membuka jalan karena mendiang ayah mertuanya pernah mempercayakan putranya di bawah asuhannya.

Begitu Qiao Dongliang mengetahui hal ini, Ding Jiayi akan berada dalam masalah besar. Dia tidak akan bisa mengangkat kepalanya tinggi-tinggi di depannya.

Qiao Nan memutuskan untuk mengesampingkan pertengkarannya dengan Ding Jiayi untuk saat ini. Karena ayahnya sudah tahu tentang buku tabungan, Dia pasti tidak akan membiarkan Qiao Nan berhenti sekolah.

Qiao Nan berlari ke kamar Mereka dan berkata, "Ayah, ayo berhenti bertengkar, Kakek Lee ada di sini."

"Paman Lee?" Sikap tegang Qiao Dongliang sedikit santai. Di depan Qiao Nan, Ding Jiayi selalu tampak seperti seseorang mengacak-acak bulunya. Tapi saat ini, Dia tampak seperti burung puyuh yang sangat ketakutan, meringkuk ketakutan.

Ding Jiayi-lah yang menyia-nyiakan tabungan Mereka.

Sama seperti Qiao Zijin, ketika Ding Jiayi mendengar bahwa Kakek Lee ada di sini, Dia sangat ketakutan sehingga Dia tidak sabar untuk menemukan tempat persembunyian.

"Aku akan membuat perhitungan denganmu nanti!" Qiao Dongliang sangat marah sehingga Dia tidak repot-repot mengatur perkataannya di depan putri bungsu Mereka.

Memikirkan bahwa Ding Jiayi tetap diam tentang hal itu setelah menghabiskan banyak uang. Dia baru mengetahuinya setelah sekitar satu bulan.

Seberapa berani wanita ini?

Qiao Dongliang mengelus kepala putri bungsunya dan tanpa melihat Ding Jiayi lagi, Dia membawanya keluar untuk menyambut Kakek Lee.

Setelah melihat buku tabungan, Qiao Dongliang akhirnya menyadari mengapa istrinya bersikeras bahwa anak bungsunya berhenti sekolah dan mulai bekerja. Hasil yang buruk? Disesatkan oleh berandalan? Semua itu bohong!

Dia telah menghabiskan seluruh tabungannya untuk putri sulungnya, namun dia ingin putrinya yang lebih muda bekerja untuk menutupi kehilangan. Istrinya terlalu bias terhadap putri sulungnya.

Qiao Zijin melihat Qiao Dongliang berjalan keluar dari kamar, tapi Dia tidak berani berjalan menghampirinya. Dia dengan cepat pergi ke kamar untuk melihat Ding Jiayi. "Bu, ternyata Kakek Lee yang ada di sini. Apa yang harus Kita lakukan? Jika Ayah tahu tentang hal itu, Dia pasti akan menyalahkanku, dan membuatku berhenti dari SMA yang Berafiliasi dengan Renmin University of China."

"Tidak, Dia tidak akan." Ding Jiayi sama takutnya tetapi Dia enggan mengakui. "Aku tahu karakter Kakek Lee. Kakek Lee tahu bagaimana watak Old Qiao, dan bahwa Aku menyembunyikan fakta Aku telah menemuinya dari Old Qiao. Dia tidak akan berbicara sepatah kata pun tentang ini dengan Ayahmu dan memengaruhi hubungan kita."

Ketika Qiao Dongliang keluar dari tentara untuk mempunyai anak kedua, meskipun Kakek Lee kecewa, Dia tidak pernah memarahi Qiao Dongliang.

Ding Jiayi tidak kenal takut karena Dia yakin Kakek Lee tidak akan mau mempengaruhi hubungan pasangan karena masalah sekecil itu.

Dan menilai dari sifat Kakek Lee, jika Dia tidak memiliki berkeinginan untuk membantu, Dia akan menolaknya langsung. tapi Dia tidak akan membahas ini pada Qiao Dongliang, terlepas dari apakah itu sukses atau gagal, jangan sampai pasangan itu berakhir dalam pertengkaran.

"Paman Lee, apa yang membawamu ke sini?" Qiao Dongliang sangat gelisah ketika Dia melihat Kakek Lee.

Dia malu menghadapi Kakek Lee, tetapi Dia juga sangat merindukannya.

"Kakek Lee." Qiao Nan yang berada disamping Qiao Dongliang menyapa Kakek Lee juga.

"Kakek Lee, silahkan tehnya." Qiao Zijin lebih yakin dengan perkataan ibunya. Tanpa mengatakan apapunpa, Dia keluar dengan secangkir teh di tangannya, berharap terlihat baik di depan Kakek Lee.

Kakek Lee tahu bahwa Qiao Dongliang memiliki dua putri, dan usia mereka tidak terlalu jauh. Kakek Lee berhenti sebentar ketika Dia melihat dua gadis muda yang cantik. "Xiao Qiao, Kamu benar-benar beruntung memiliki dua anak perempuan."

"Oh." Qiao Dongliang tersenyum samar. Dia dulu berpikir seperti itu juga, tapi sekarang Dia tidak terlalu yakin.

"Kakek Lee, silahkan minum tehnya. Ayah selalu ingin mengunjungi Anda, tetapi merasa bersalah pada Anda. Kami tidak pernah berpikir bahwa Kakek Lee akan mengunjungi kami. Ayah, Ayah adalah junior, Ayah harus mengambil langkah pertama." Qiao Zijin tahu situasi di antara Mereka berdua, dan sangat pintar dengan kata-katanya, menggambarkan potret yang bagus.

Kakek Lee memandang Qiao Zijin dengan puas. "Apakah Kamu Nan Nan?"

***