Qiao Dongliang penuh amarah.
Istrinya mengambilkan makanan untuk putri bungsunya dengan sumpit, tetapi akan menyuruhnya untuk mengembalikan dagingnya. Qiao Dongliang tidak bisa mengerti mengapa istrinya melakukan hal seperti itu.
Ding Jiayi mengertakkan giginya, tidak membantah apa yang dikatakan Qiao Dongliang.
Ding Jiayi masih ingat hari ketika mereka bertengkar, Qiao Dongliang setelah menutup pintu dan menatapnya seolah ingin menelannya.
Kemarahan Qiao Dongliang masih tersisa. Ding Jiayi tidak berani melakukan apa pun untuk membuatnya kesal.
____
"Ayah." Qiao Nan tahu bahwa Qiao Dongliang pasti sudah kembali ketika ia sampai di rumah.
Qiao Dongliang tersenyum, "Nan Nan sudah pulang, Kemana Kamu pergi bermain? sekarang masih panas. Kamu baru saja sembuh dari sakit, Kamu harus berhati-hati untuk tidak kepanasan, mengerti?"
Qiao Nan berbalik dan melihat ke arah Ding Jiayi. Tidak diragukan lagi ibunya yang berbicara buruk tentangnya di depan ayahnya, mengatakan bahwa ia telah keluar untuk bersenang-senang.
Ding Jiayi menatap mata Qiao Nan dan memelototinya, memperingatkannya untuk menjaga sikap.
Ding Jiayi berdiri di belakang Qiao Dongliang, jadi Dia tidak melihat tatapan peringatan yang ia memberi pada putri bungsunya.
Qiao Dongliang mengelus kepala Qiao Nan, demamnya sudah reda sekarang dan berkata, "Nan Nan, meskipun hasil dan pemahamanmu lebih baik daripada kakak perempuanmu, sekolah dimulai kembali lusa. Jika Kamu punya waktu, akan bagus untukmu diam di rumah untuk mempelajari kembali seperti kakakmu "
Qiao Nan tersenyum, "Ayah, ibu menjual semua buku pelajaran SMP kami. Aku ingin melakukan revisi, tapi tidak ada yang bisa Aku revisi. Ujian SMP akan mencakup pelajaran kelas satu dan dua, sekarang Aku khawatir dan tidak tahu harus berbuat apa. Selain itu, kakak juga tidak memiliki buku pelajarannya. Aku ingin tahu apa yang Dia baca di kamarnya?"
"Dijual?" Qiao Dongliang tertegun. Dia tidak percaya dan berbalik untuk melihat istrinya. "Di mana Kau meletakkan buku pelajaran kelas satu dan dua Nan Nan? Nan Nan merawat buku-bukunya dengan baik. Nan Nan keliru mengira Kau telah menjualnya. Cepatlah, ambil buku-bukunya sekarang!"
Qiao Dongliang menolak untuk percaya bahwa istrinya akan sangat kejam. Dia tidak ingin melihat hubungan antara istri dan putri bungsunya menjadi masam.
Putri sulungnya baru saja menjalani ujian SMP. Istrinya menyimpan buku pelajaran, dan bersikeras bahwa putri bungsunya yang baru mulai SMP kelas dua merevisi buku pelajaran SMP kelas satu dan dua dengan putri sulungnya.
Tetapi ketika giliran putri bungsunya mengikuti ujian, istrinya telah menjual buku-buku itu. Apa-apaan ini?!
Ding Jiayi memerah. Jika bukan karena Qiao Tua, Dia akan mengalahkan putri bungsunya yang berani melawannya.
"Tunggu apa lagi, kembalikan buku-buku Nan Nan padanya sekarang!"
"Kembalikan bukunya, apa yang harus dikembalikan? Aku adalah orang yang membayar biaya sekolahnya! Apakah ada alu dan batu bata di rumah ini milik Qiao Nan?"
Qiao Dongliang menarik napas dalam-dalam, "Kamu membayar uang sekolahnya, tapi apakah Kamu mendapatkan uang itu? hentikan semua omong kosong ini, di mana buku-bukunya?"
"Baiklah, Aku diam di rumah dan bekerja keras untukmu, sibuk sepanjang hari. Sekarang Kau memberitahuku bahwa semua uang ini milikmu dan Aku tidak berhak sama sekali! Qiao Tua, bagaimana Kau bisa mengatakan ini, di mana hati nuranimu? bagaimana dengan semua usaha yang Aku lakukan untuk keluarga ini, apakah itu sama sekali bukan termasuk kontribusi?"
Ding Jiayi menangis.
"Jangan mencoba mengubah topik. Di mana buku-buku Nan Nan?"
Terkejut oleh ucapan Qiao Dongliang, Ding Jiayi berhenti menangis. Dia tidak bisa untuk tidak menggeram, "Semuanya hilang, tidak ada yang tersisa. Karena Zi Jin sudah lulus, tidak ada gunanya menyimpan buku-buku itu. Jadi Aku menjualnya. Tapi Aku juga menjual bukunya tanpa sengaja."
"Tanpa sengaja?" Qiao Dongliang geli dengan bagaimana Ding Jiayi berbohong lewat giginya. "Apakah ini benar-benar terlepas dari benakmu, atau ini semua bagian dari rencanamu untuk menghentikan Nan Nan melanjutkan sekolahnya?"
Siapa pun dapat mengetahui dari insiden ini apakah istrinya melakukannya dengan sengaja atau tidak. Jika Qiao Dongliang tidak bisa melihat kebenarannya, bertahun-tahun di ketentaraan hanyalah sia-sia.
Tidak heran istrinya menolak memberikan Nan Nan obat untuk demamnya, dan bahkan membuang obatnya.
Old Ding pasti sudah merencanakan agar Nan Nan sakit parah sehingga Dia tidak bisa mendaftar ke sekolah!
Old Ding pasti memendam pemikiran ini untuk tidak membiarkan Nan Nan mendaftar di sekolah untuk waktu yang lama. Dia jelas tidak memikirkannya secara mendadak.
Memikirkan bahwa ketika Nan Nan pertama kali memberitahunya bahwa Old Ding ingin Dia berhenti sekolah, Dia berpikir bahwa Nan Nan telah salah paham pada Old Ding. Jadi selama ini, putrinya yang sudah melihat pemikiran Old Ding.
Sekarang semuanya sudah terbongkar, Ding Jiayi tidak perlu repot untuk menjelaskan. tapi Dia menolak untuk mengakui bahwa Dia yang salah, "Bukankah Dia selalu mendapat nilai bagus? jangan bilang padaku kalau Dia tidak bisa mengerjakan ujian SMP dengan baik hanya karena Dia tidak memiliki buku pelajaran SMP kelas satu dan dua?"
Nan Nan, apakah Kamu mendengarnya, ibumu telah setuju untuk membiarkanmu melanjutkan kelas tiga." Qiao Dongliang tersenyum dingin. Dia membelai kepala Qiao Nan dan memakai perkataan Ding Jiayi, "Jangan khawatir Nan Nan, bahkan jika ibumu tidak mengizinkan, Aku adalah pencari nafkah keluarga. Aku akan mendapatkan uang untuk membiarkanmu melanjutkan sekolah mu."
"Terima kasih ayah. Terima kasih, Bu!" Kata Qiao Nan dengan suara tertingginya.
Apapun yang terjadi, Dia akhirnya mendapat kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya. Dia tidak perlu berhenti sekolah lagi.
Melihat bahwa Ding Jiayi berubah menjadi hijau, Qiao Nan tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak dengan pikiran jahatnya, "Ayah, Ibu sudah menjual semua buku, jadi apa yang dibaca kakak di kamarnya?"
Apa yang membuat Qiao Zijin terbuai? Ayah dan ibunya baru saja bertengkar hebat, namun Dia sebagai putri yang baik tidak muncul sama sekali?
Qiao Dongliang memandang ke arah Ding Jiayi, yang menegang dan berkata, "Zi Jin memberitahuku bahwa Dia ingin membaca beberapa buku, bagaimana Aku tahu apa yang Dia baca?"
Ding Jiayi tidak pernah meragukan perkataan putri sulungnya.
"Bu, Kamu selalu mengomel tentang uang, mengeluh bahwa tidak ada cukup uang untuk dibelanjakan. ibu membelikan buku SMA untuk kakak di awal, bukankah itu buang-buang uang?"
"Aku tidak melakukannya." Ding Jiayi menggelengkan kepalanya
Dia sudah menghabiskan seluruh tabungannya untuk membuat Zi Jin masuk ke SMA yang bagus. Bagaimana bisa ia punya uang untuk membeli buku SMA?
Mereka terpaku dengan pengakuan Ding Jiayi.
Bingung, Ding Jiayi berjalan ke kamar Qiao Zijin. Dia mengetuk pintu dengan ringan dan berkata, "Zi Jin, Ibu akan masuk."
Setelah mengetuk pintu, Ding Jiayi membuka pintu tanpa menunggu jawaban Qiao Zijin.
Ding Jiayi melangkah ke kamar Qiao Zijin dan melihat bahwa wajah putri sulungnya dipenuhi air mata, matanya berkabut karena sedih.
Jantung Ding Jiayi berdetak kencang. Putri sulungnya pasti merasa kasihan pada ibunya yang terlibat pertengkaran dengan Qiao Tua.
Hati Ding Jiayi meleleh. Putri sulungnya sangat sayang, Dia harus memberikan cinta yang lebih padanya. Dia harus memikirkan cara untuk membuka jalan bagi masa depan putrinya.
"Ha ..." Qiao Nan yang mengikuti tepat di belakang mendengus dan tertawa ketika Dia melihat buku yang dipegang Qiao Zijin di tangannya. "Kakak, jadi Kamu sedang membaca novel. Sepertinya Kamu begitu asyik dengan novelmu, pasti melelahkan untukmu."
Novel yang dibacakan Qiao Zijin tidak lain adalah novel Mou Nainai. Mou Nainai sudah dikenal menulis novel tentang perselingkuhan dalam pernikahan untuk waktu yang cukup lama.
Qiao Dongliang mendengar mereka dan mengernyitkan alisnya, "Kamu membaca novel, tidak merevisi? membahas apa novel ini?"