Alex terbangun dari tidurnya, saat ini dia terbaring di tempat tidur di dalam sebuah ruangan kecil. Sebuah rumah kayu sederhana dengan jendela kecil, Alex bisa melihat selintas sinar cahaya pagi tembus dari jendela itu. Beberapa saat kemudian seorang wanita masuk ke dalam ruangan, dia mengenakan pakaian tradisional Indonesia yang sederhana. Lalu dia tersenyum pada Alex, menatap penuh dengan perhatian.
"Sudah bangun? Bagaimana rasanya? Apakah masih sakit?"
Alex baru menyadari bahwa tubuhnya terasa kaku untuk bergerak. Dia tampaknya telah berbaring di tempat tidur ini cukup lama. Wanita itu kemudian membuka kemejanya, ternyata ada banyak perban di tubuh Alex, dia berusaha menggantinya dengan perban yang baru.
Tidak lama kemudian, seorang pria berjalan ke dalam ruangan. Alex berusaha mengenalinya, ingatan mulai kembali padanya. Pria bernama Erick ini menyelamatkannya dari serangan zombie. Erick membawa Alex ke rumahnya, tempatnya di sebuah desa kecil di bagian tengah Bali dekat pegunungan.
Erick kemudian membantu Alex bangun dan membawanya perlahan ke meja makan, di sana mereka duduk bersama, Erick memiliki seorang putri dan seorang putra.
"Haloo, tuan nama saya Vina,"
gadis kecil itu tersenyum padanya.
Situasi saat itu banyak mengingatkan Alex pada keluarganya. Pada hari pertama wabah penyakit menyebar, ketika putrinya Tiffany meninggal .. kemudian istrinya dan putrinya yang lain Tiarra.
Alex berubah menjadi seorang yang tidak stabil .. Dia mendorong semua kemarahan dan kesedihan di dalam dirinya dengan tindakan .. Dia mengambil senjata apa pun yang bisa dia temukan dan mulai menghabisi zombie sebanyak yang dia bisa temukan. Berkeliling dari satu tempat ke tempat ke tempat lain dengan hanya satu tujuan di pikirannya. Bunuh zombie sebanyak mungkin! Dan jika dia mati dalam proses, itu akan menjadi pelepasan dari rasa sakitnya.
Beberapa waktu kemudian, ketika dalam perburuan dia terpisah dari kelompok dan menuju ke hutan. Ketika itu Alex terkepung, dia mengira hari itu adalah hari terakhirnya, tetapi tak disangka seornag bernama Erick menyelamatkannya.
Alex tidak lagi memiliki arti untuk hidupnya, dia tidak lagi memiliki tujuan, dan di sini dia sedang sarapan bersama orang-orang yang mengigatkan dirinya pada keluarganya yang telah tiada. Erick adalah seornag Ayah yang baik, dia memiliki keluarga yang luar biasa, dia juga sangat beruntung, tidak ada anggota keluarganya yang terjerangkit wabah penyakit ini.
Desa tempat mereka tinggal sangatlah terpencil, hanya ada sekitar 50 orang yang tinggal di situ, kebanyakan dari mereka adalah pelarian dari desa sekitarnya. Karena tempat itu jauh dari kota, mereka jarang mendapat serangan dari mayat hidup. Ada 10 orang kuat yang bekerja bersama untuk melindungi desa. Sehingga belakang ini desa terasa cukup damai. Saat ini Alex juga memutuskan untuk bergabung dengan tim dan melindungi desa, ia tidak punya pekerjaan lain. Alex menjadi sangat dekat dengan keluarga Eric dan mulai merawat anak-anak Eric seperti anaknya sendiri, terutama Vina, ia memiliki banyak kemiripan dengan Tiffany.
Tidak lama kemudian dalam sebuah pertemuan desa itu,
"Saya mendengar dari orang yang selamat yang lewat desa ini bahwa banyak orang berkumpul di timur Bali, tampaknya ada sesuatu yang datang dari langit yang dapat membantu mereka," kata Erick dalam pertemuan, mereka sedang mendiskusikan tentang memindahkan kelompok ke daerah yang lebih banyak orang dan aman .
Pada saat itu, Alex tidak setuju. Ia percaya dengan kelompok yang lebih besar, akan lebih sulit untuk bertahan hidup karena mereka harus berbagi sumber daya, dan Alex menjelaskan tentang bagaimana manusia yang putus asa kadang-kadang bahkan lebih berbahaya daripada mayat hidup. Kelompok itu setuju dengan pendapat Alex, akhirnya mereka memutuskan untuk tetap tinggal.
Berhari-hari kemudian, berminggu-minggu kemudian, Alex dan Erick menjadi sangat dekat, mereka adalah dua tulang punggung desa, mereka adalah dua orang terkuat, kadang-kadang selama berburu mereka menemukan hewan mutasi dan zombie yang menjatuhkan beberapa batu kristal putih yang aneh, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan batu itu.
Semakin lama, Erick semakin lebih gelisah, dia merasa serangan mayat hidup menjadi lebih sering, dan mereka telah melihat zombie yang bermutasi semakin bertambah. Tetapi beberapa kelompok masih ragu untuk bergerak, jadi mereka masih belum membuat keputusan.
Suatu hari, Alex dan kelompoknya dapat merasakan sesuatu yang buruk akan datang. Tanah bergetar, pohon-pohon jatuh .. itu adalah sebuah gerombolan .. mayat hidup dalam skala besar ... ada ribuan dari mereka ..
Melihat itu, mereka tiba-tiba merasa menyesal karena tidak bergerak lebih cepat .. Saat ini di desa ini penuh dengan wanita dan anak-anak. Akan sangat sulit bagi mereka untuk berlari lebih cepat dari zombie.
Alex secara sukarela memutuskan untuk menciptakan sebuah gangguan dan menunda gerombolan mendekati desa. sehingga penduduk desa semua dapat lari. semua 10 lainnya juga menemani Alex, kecuali Erick. Alex melarang dia untuk ikut serta
"Erik kamu perlu memimpin rombongan ini untuks segera ke tempat perkumpulan di timur Bali!"
Alex membawa 10 anggota pertatung menuju ke gerombolan mayat hidup.
Namun, bagaimana mungkin 10 orang, menunda gerombolan ribuan mayat hidup? Alex dan 10 orang ini hanya berhasil menunda gerombolan selama 10 menit. Semua 10 orang mati kecuali Alex.
Dalam keadaan terluka parah, Alex berlari kembali untuk mencari penduduk desa ..
tetapi saat itu yang Alex temukan hanyalah...
Mayat dari 50 orang penduduk desa. Semua dalam kondisi yang mengenaskan. Alex berhasil menemukan Ericks yang terpisah dari kelompok, namun Vina bersamanya .. Saat itu Ericks sudah dalam kondisi sekarat ... tidak ada harapan untuknya.
.
.
"....Kamu harus.... menyelamatkan mereka ... Selamatkan sebanyak yang kamu.... bisa .."
Itulah kata kata terakhir Ericks ...
Alex mengendong Vina dan segera mencari yang lain .. namun tidak ada orang lain yang selamat ...
Istri dan putra Erick, semuanya meninggal.
Alex berhasil menyelamatkan Vina dan membawanya ke Doomsday pillars di Bali... hanya Vina yang berhasil ia selamatkan.
Cerita ini adalah cerita yang sangat umum diantara para korban ... orang yang dicintai, teman dekat rata - rata semua berkahir tragis... Pada saat itu, jika bukan karena Vina, Alex sudah kehilangan kewarasannya. Diperkirakan bahwa kurang dari 1% populasi dunia yang berhasil bertahan di tahun pertama. Setiap tahun monster semakin bertambah kuat .. dan setelah 5 tahun manusia menjadi spesies yang terancam punah. Seluruh umat manusia hanya dapat berlari dan bersembunyi.
Setelah kejadian dengan Erics, Alex memiliki sebuah keteguhan hati... menyelamatkan sebanyak mungkin yang dia bisa...
Dunia meyebutnya sebagai messiah complex atau kompleks penyelamat. Tapi Alex tidak peduli. itu menjadi tekadnya.
Dia mencoba menyelamatkan sebanyak yang dia bisa .. tetapi setiap kali hanya lebih banyak orang yang mati .. tahun 7 bahkan Vina juga meninggal. Alex mungkin salah satu manusia terakhir yang mati. Entah Alex bisa disebut sebagai orang yang paling beruntung atau paling sial ... pada akhirnyapun dia juga mati.
.
.
Alex terbangun dari tidurnya, saat ini dia baru saja tertidur di dalam pesawat terbang.
.
"Hah! ...Mimpi yang sama lagi"
untuk Alex 11 tahun terakhir adalah mimpi buruk yang nyata, mimpi buruk ini baru berakhir 2 minggu yang lalu. Seluruh peristiwa itu masih mengukir ingatannya. Dia bereinkarnasi dan mendapat kesempatan kedua.
"Selamatkan sebanyak yang kamu bisa,"
Alex tahu dia pasti tidak bisa menyelamatkan semua orang, hanya meningkatkan yang selamat dari tahun pertama dari 1% menjadi 2% sudah bisa dianggap keberhasilan besar.
"Bagaimana Caranya meyakinkan 7 miliar orang bahwa dalam 2 minggu akan ada hari kiamat?"
Mudah-mudahan, saya akan menemukan solusinya di kota ini,
Suara pengumuman terdengar di dalam pesawat:
"Kepada seluruh penumpang dipersilahkan untuk duduk, pesawat ini akan segera tiba di tujuan kita, kota Boston, Amerika Serikat."
Alex melihat seorang wanita cantik yang duduk disebelhanya... Wanita itu adalah Aria the Ice Queen.
"Kamu sebenarnya tidak perlu loh... mengikutiku berkeliling"
Aria: "Ya ..."
"Apakah kamu tahu apa yang akan kita lakukan?"
Aria: "Tidak ..."
"kamu tidak banyak bicara rupanya ya"
Aria: "Ya ..."