Chereads / Doomsday Pillars (Indonesia) / Chapter 54 - Memulai kembali

Chapter 54 - Memulai kembali

Putri Alex, Tiffany tidak bertahan dari penyakit.. Istri dan putri keduanya, Tiarra juga meninggal di depan matanya. Temannya, koleganya, semua lenyap!

Ini hanya mimpi! Dia berkata pada dirinya sendiri

Itu selalu menjadi mimpi buruk Alex. Hari ini, Akhir Jaman akan dimulai kembali, semua akan dimulai lagi dari sini

31 Desember, Akhir Jaman

.

10.00

Alex mengumpulkan semua orang di lapangan. Lebih dari 10.000 orang. Setiap jam, semakin banyak orang datang mencari perlindungan di markas ini. Pagi ini Alex kembali mulai berbicara didepan kerumunan orang.

"Hari ini adalah harinya. Orang orang yang tinggal di markas ini adalah mereka yang percaya Akhir Jaman AKAN tiba. Kalian sudah tahu apa yang akan terjadi. Ini akan menjadi hari yang sulit untuk kita semua.. dalam beberapa jam, wabah akan mulai. Pesanku pada kalian semua adalah untuk menggunakan waktu yang tersisa dengan bijaksana. Saya mengingatkan kalian JANGAN membuat masalah. Untuk keselamatan komunitas ini, semua ancaman akan ditangani dengan serius. Bila anda tidak bersedia mengikuti peraturan komunitas ini, anda bebas untuk pergi. Pusat medis sudah mempersiapkan ribuan baju pelindung. Saya sendiri merasa baju pelindung ini tidak ada gunanya. Saya dan keluarga saya tidak memerlukannya. Namun demikian, bila kalian ingin mencoba, kalian dapat mengambil undian untuk pakaian pelindung itu. Tim medis akan berusaha sebaik mungkin untuk membuat segalanya lebih mudah untuk mereka yang terjangkit penyakit ini kemudian. Jangan takut, kehidupan adalah perjalanan, semua orang memiliki waktunya sendiri"

Alex menugaskan Aria dan Jerry bertanggung jawab untuk keamanan karena dia mempercayai mereka berdua dan dia tahu mereka berdua tidak akan terjangkit penyakit. Mereka juga dapat mengontrol tentara dan geng. Perintah Alex sederhana, berikan kebebasan bagi semua orang sementara menjaga kedamaian dalam komunitas. Ini adalah waktu yang sangat sensitif, orang orang cenderung melakukan hal bodoh. Semua akan berakhir malam ini.

Setelah Alex memberikan pengumuman, dia kembali pada keluarganya. Istrinya, kedua putri Tiffany dan Tiarra, kakak adiknya, Hendrik & Jimmy, ayahnya, orang tua Devita, Vili dan Victor, mereka berkumpul untuk makan siang, ini bisa jadi terakhir kalinya mereka bisa makan bersama seperti ini.

Langit tiba tiba berubah, angin, gemuruh dan petir biru. Namun demikian hal ini tidak menggangu Alex. Perhatian utamanya tetap kepada anaknya Tiffany.

Alex membawa Devita dan putri putrinya ke ruang pribadi. Setengah jam kemudian, sama seperti kehidupan sebelumnya, mata Tiffany berubah menjadi merah

"Daddy, apa yang terjadi daddy? Kenapa kamu melihatku seperti itu?"

Jantung Devita berdebar kencang.. tampaknya semua yang Alex katakan menjadi kenyataan. Alex menunggu beberapa menit untuk memastikan Devita dan Tiarra tidak terjangkit penyakit

.

.

Tampaknya semua sama dengan kehidupannya sebelumnya, ini bukanlah sesautu yang acak ataupun menular. Ada orang yang lahir dengan imunitas dan yang lain tidak. Alex sekarang melihat kepada Devita menunggu tanda dari istrinya.

"Lakukan!" katanya

Alex mengambil pil bersinar dari cincin penyimpanan. Ini adalah pil yang dibuat dari Amulet matahari

Jantung Alex berpacu, ada satu hal yang masih ada dalam pikirannya. Pill ini dibuat dari artefak unik tingkat menengah. Tiffany mungkin tidak cukup kuat untuk memakannya. Sebagai percobaan, sebelum pil, Alex memberi satu spirit stone pada Tiffany. Setelah Tiffany menelan sebuah spirit stone, Alex dapat merasakan aliran energi mengalir padanya.

Alex kemudian memberinya pil yang bersinar

itu.

.

.

TIba tiba suhu badan Tiffany meningkat, badannya panas. Alex dapat merasakan bahwa pill itu terlalu kuat untuknya. Tanpa banyak berpikir, dia memberikan 5 spirit stone lagi padanya. Tampaknya hal itu berhasil mendinginkan badannya, namun kemudian Tiffany tetap telihat merintih kesakitan lalu dia tidak sadarkan diri, tertidur.

Efek batu tidak akan terlihat sampai beberapa jam kemudian. Alex meninggalkan Tiffany untuk beristirahat. Dia memutuskan memantau kondisi anggota keluarga lainnya. Dia merasa sangat gelisah

.

Bersama sama Alex dan Devita berjalan keluar ruangan. Suasana saat ini begitu meresahkan.

.

Mereka menemukan adik Devita, Villi menangis tak terkendali

Mata Ibu dan ayahnya telah berubah menjadi merah

Adiknya Victor dan pacarnya juga terinfeksi.

Devita tidak dapat menahan air matanya

Alex kemudian melihat sisi lain ruangan

Ayahnya

Kakaknya, Jimmy

Bahkan Hendrik

".."

Alex merasa hatinya hancur. Ayah dan kedua saudaranya.. kenapa takdir begitu kejam.

"AAARRRRGGGGHHHH"

Apa gunanya reinkarnasi ini? Apa gunanya semua persiapan

Bahkan keluarga Jimmy, tidak satupun terelakkan.

Mereka semua putus asa

Jimmy berkata "Apa artinya ini?" Dia tahu jawabannya, Alex sudah memberitahu dia dengan detail sebelumnya, tapi ketakutan dan keputusasaan mengubah logika menjadi penyangkalan.. dia hanya ingin mendengar konfirmasi.

"Kak.. maaf.. kamu terinfeksi, kau dan keluargamu.... hanya memiliki beberapa jam saja. I am sorry"

Hendrik: "Aku tidak perduli nasibku tapi bagaimana dengan ayah?.. apa tidak ada jalan lain?"

Alex menggelengkan kepalanya, dia tidak dapat memberitahu mereka mengenai pil.. lagipula dia hanya punya satu, apa gunanya memberitahu mereka mengenai pil itu sekarang ini?

Alex mendekat pada ayahnya, dia berlutut di depannya "Ayah maafkan anakmu yang tidak berguna ini" Alex menaggis memikirkan apa yang telah ayahnya perbuat untuknya selama ini

"Jangan khawatir denganku, Akhir Jaman atau tidak, hidupku tidak lama lagi, bagaimana dengan cucuku?"

"Mereka baik baik saja, yah"

"Bagus, kerjakan apa yang harus kau kerjakan. Jangan khawatir pada kami, kamu punya banyak tanggung jawab sekarang"

Alex bangkit berdiri... Dengan langkah yang begitu Alex berjalan keluar.. di Bali saat ini sedang hujan lebat. 10.000 orang di markas ini menghadapi situasi yang sama. Ratapan dan tanggisan tertutupi oleh suara dan curahan air hujan.

Cindy dan Theo berjalan ke arahnya. Mereka tampak baik baik saja. Alex mengeluarkan desahan lega. Dia kemudian memerintahkan Theo untuk menggelar ibadah di salah satu hanggar kosong, Cindy akan membantu menyebarkan berita

Alex berjalan ke barak. Angkatan darat, geng dan angkatan laut semua ada disana. Jerry dan Aria berdiri bersama mereka. Mereka yang tidak terinfeksi telah siap mengamankan situasi. Sisanya adalah mereka yang terinfeksi.

Komandan Tom, kapten kapal fathillah termasuk diantaranya dan ada 38 angkatan laut yang terinfeksi

.

Jacko dan vicky, pimpinan geng Ular Hitam dan 152 anggota geng

.

Letnan Haris, Mike, Budi, sersan Mayhem dan 121 tentara deathsquad.

.

Herannya, sebagian besar tentara tampaknya bisa menerima situasi ini. Mereka telah melalui banyak situasi antara hidup dan mati sebelumnya. Geng merasa depresi namun mereka selalu menjadi orang buangan, mereka tidak punya harapan banyak untuk masa depan. Total 311 dari 580 orang di ruangan ini, semuanya tidak dapat melewati malam ini.

Mempertimbangkan 80% rata rata orang terinfeksi penyakit ini di kehidupan sebelumnya, angka ini sebenarnya masih cukup baik. Mungkin ada hubungan antara orang yang telah melatih tubuh dan pikirannya mencapai batas dengan imunitas terhadap penyakit. Walaupun tidak terlalu terpengaruh, setiap orang disini adalah pejuang.. untuk mereka meninggal karena penyakit itu begitu menyesakkan. Alex memberikan hormat terakhir untuk semua orang ini.

.

menyesakkan...

.

Kemudian, Alex pergi memantau pekerjanya. Dimana mana sama saja.. lebih banyak mata merah. Eka projek managernya.. Rina psikolognya seseorang yang kemampuannya benar benar sebeanrnya sangat dibutuhkan di situasi seperti ini.. mereka juga..

"…"

.

Berikutnya... Nina

Manager yang paling dipercaya dan temannya dekatnya.

.

"Tidak.. tidak kamu juga Nina" Alex sudah mengenal Nina untuk waktu yang lama.. dia telah benar-benar bergantung padanya

.

Air mata mengalir di wajah Nina.. "Aku benar benar tidak ingin mati, aku masih ingin membantu.. masih banyak... banyak yang harus disiapkan.."

Alex berusaha menenangkannya.. sejenak kemudian Nina memaksakan diri untuk bangkit kembali

"Aku harus menyerahkan semua data pada orang lain.." Dia memaksakan senyum, berkata "Kamu adalah teman yang baik, Alex, jaga dirimu" Dengan kata kata terakhir itu dia berjalan menjauh tidak mampu menoleh kembali kepada Alex. banyak kata kata yang tidak bisa disampaikan..

.

Bagi Alex, kehilangan Nina seperti kehilangan sebagian hidupnya... terlalu banyak... Alex yang dulu tidak mungkin bisa menerima kondisi ini.. namun dia tetao harus fokus kepada keselamatan orang banyak.

.

.

Alex mampir ke laboratorium. Dokter Andi juga terjangkit. Seperti yang diduga, baju pelindung tidak bekerja. Dokter Rachel sibuk memberikan sedatif untuk mengurangi rasa sakit, banyak orang mambutuhkannya

.

.

Alex kembali ke putrinya untuk memeriksa kondisinya… Devita duduk di pinggir tempat tidurnya. Tampaknya situasi tidak bertambah baik.. mungkin pil itu terlalu kuat untuk tubuh mungilnya atau penyakit telah mengubahnya, fisiknya tidak dapat bertahan.. sebuah pikiran terlintas, mungkin karena dia terlalu muda.. bila dia memberikan pil ke seorang lain, saudara atau ayahnya, apakah akan bekerja? Namun melihat putrinya berbaring tidak bergerak, Alex tau dia tidik mungkin untuk tidak mencoba ataupun membiarkan Tiffany mati untuk kedua kalinya.

Ketika Tiffany akhirnya bangun, dia tidak sehat, badannya lemah. Penyakit telah berkembang pada tahap akhir

"Daddy disini? Maaf, aku sakit daddy"

"Jangan sedih karenaku daddy"

.

Kata kata ini menghancurkan Alex berkeping keping

Dia tidak berpikir banyak dan mengeluarkan seluruh spirit stone yang tersisa. Hanya tersisa 11. Dia membuat Devita memakan 1 dan memberikan 10 lainnya pada Tiffany. Sekarang Tiffany sudah memakan total 16 batu. Ini maksimal yang dapat dimakan oleh manusia untuk mencapai puncak mortal realm. Dan dia hanya 12 tahun, dia tidak dapat membayangkan apa efek samping 16 spirit stone pada tubuhnya. Alex benar benar tidak bisa berpikir lagi, paling tidak pada saat ini tubuhnya stabil. Dia bergantung pada fase kritis penyakit itu. Walaupun Alex gelisah melihat efek 10 batu, memerlukan paling tidak 12 jam. Tidak ada yang dapat Alex lakukan selain duduk dan menunggu

Hujan tiba tiba berhenti bersama denganya segala kesedihannya "Tiba sudah waktunya!"

Semua yang mendapat penyakit pada jam terakhir, sebagian besar sudah tidak berdaya. Alex mengucapkan selamat tinggal pada masing masing dari mereka.

Dalam jam berikutnya, semua orang bekerja sama memindahkan mayat ke lubang besar yang telah dipersiapkan di luar markas. Ibadah sederhana dilakukan dan kemudian mayat itu di bakar bersama sama. Api mencapai tinggi 10 meter. Ini adalah pemakaman yang sangat tidak bermoral, tapi waktu saat ini sangatlah penting. Hanya 2872 dari 10.000 orang yang selamat

Keluarga, pejuang, pekerja…

"Tidak ada waktu untuk berduka, misi harus dimulai sekarang"