Chereads / Doomsday Pillars (Indonesia) / Chapter 49 - Mata Memerah

Chapter 49 - Mata Memerah

Melihat mata teman mereka menjadi merah, semua orang kembali panik.. Melissa berteriak

"Jauh jauh dariku!! Jangan mendekat!!" Melissa benar benar mendorong Sally menjauh, mereka telah berteman beberapa tahun, tapi rasa takut adalah sesuatu yang kuat,hal itu bahkan dapat membuat keluarga melawan satu sama lain.

Jason mundur selangkah, secara tidak sadar mengambil palu yang dia ambil dari toko peralatan

Orang orang ini telah melihat video Akhir Jaman. Dari serangan EMP yang benar benar terjadi, hingga ini. Karena ketakutan mereka sekarang 99% percaya bahwa Akhir Jaman benar-benar akan datang. Yang berikutnya adalah penyakit yang dapat mengubah manusia menjadi zombie.

Keane melihat palu yang diambil Jason, dia juga cepat cepat mengeluarkan pisaunya. Situasi berubah semakin gila.

"Hentikan kalian semua… Tenang dulu!!!" Adam berteriak dan berdiri diantara Keane dan Jason. Daisy mendekat ke Sally, wajahnya berubah pucat, dia ketakutan

"Apakah kamu kesakitan?" tanya Daisy. Sally mengelengkan kepala, tampaknya hanya matanya yang berubah merah, tidak sakit sama sekali, mungkin hanya efek samping dari badai petir yang aneh ini.

"Ini adalah situasi unik, kita harus membantu satu sama lain, jangan bertengkar diantara kita" Kata kata Adam, dapat sedikit meredakan kelompok ini, Adam adalah seseorang yang memiliki bakat memimpin.

Melissa menjawab "Kita semua telah melihat video Akhir Jaman, dan ini pastinya penyakit yang dibicarakan, kita harus menghentikannya sebelum penyakit ini mengubah dan menyerang kita"

Daisy berkata "Berhenti, Melissa, kita tidak tahu hal itu, ini Sally, dia teman kita, kalian Kean dan Jason juga sebaiknya berhenti sekarang"

Adam melanjutkan "Kita cukup aman disini, tapi aku rasa kita harus mencari bantuan untuk Sally dan Keane, bagaimana menurut kalian? Rumah sakit St John hanya dua blok dari sini"

Keane tentu saja setuju dengan ide ini, Sally menatap Daisy tidak yakin apa yang harus dilakukan "Ya, itu adalah ide bagus, jangan khawatir, aku akan menemanimu"

Melisa menjawab " Apapun yang menjauhkan mereka… lebih jauh lebih baik, tapi aku tidak ikut.. diluar sana kacau dan apapun bisa terjadi.. Jason, Rahel, kalian bagaimana? Jason memutuskan tinggal, sementara Rahel setelah berpikir sejenak dia juga tidak ingin pergi, walaupun dia merasa lebih aman bersama Adam, dia terlalu takut untuk keluar.

Daisy, Adam, Sally dan Keane, keempatnya mengambil beberapa barang dan keluar. Sekarang ini mereka mengambil sedikit barang agar dapat bergerak lebih cepat. Mereka berjalan hati hati keluar apartemen.

"TOLONG… TOLONG… ada yang salah dengan putriku, matanya, kalian lihat? Apa yang terjadi?"

.

Kejadian yang sama dapat terlihat di seluruh kota. Jalanan penuh dengan mobil yang ditinggalkan. Orang orang berlarian di jalan. Benar benar kacau.

Jakarta adalah ibu kota negara dan kota terbesar di Indonesia. Terletak di pesisir barat laut di pulau paling padat di dunia, pulau Jawa. Kota ini adalah pusat ekonomi, budaya dan politik di Indonesia, dengan populasi 10,075,310 dalam area 661 km2. Densitinya mencapai 15000 orang/km2. Gabungan dari 4 distrik, total populasinya mencapai lebih dari 30 milyar orang. Kota ini adalah angglomerasi urban terbesar setelah Tokyo.

Bahkan dengan sebagian orang tetap di dalam rumah dan apartemen, jalanan terisi dengan lautan orang.

Sepanjang jalan, ketika berlari ke rumah sakit, kelompok ini memiliki firasat yang baruk, dan ternyata terbukti terlihat ketika mereka mencapai rumah sakit. Ribuan pria, wanita dan anak anak saat ini berteriak di luar rumah sakit. Mereka semua butuh bantuan. Kelompok ini dapat melihat hampir semua orang dalam gerombolan ini memiliki mata merah.

Pihak keamanan dan polisi kewalahan, tidak hanya karena terlalu banyak orang, orang orang ini juga gelisah dan ketakutan.

"Tolong pak, saya sudah disini duluan, tolong lihat ibu saya, dia tidak sehat"

"Anakku, tolong, anakku"

"Sabar! Tenang semuanya! Sungguh saat ini tidak ada ruangan lagi, apa bila kalian dapat tenang, kami akan berusaha membantu secepat mungkin"

"Tidak! Tidak! Biarkan aku masuk"

BRAAKKKK

Satu dari polisi dipukul dan pistolnya diambil oleh pria bermata merah

DOR ! DOR !

Dia menembakkan peringatan ke udara dan berteriak "Biarkan aku masuk! Biarkan aku masuk! Aku punya keluarga yang menunggu di rumah!.. aku tidak bisa menunggu lagi!"

Massa mulai melebar.. situasi bertambah parah, di Indonesia pistol sangat jarang, sehingga orang orang tidak biasa melihat sesorang mengancam dengan pistol.. bahkan polisi ragu-ragu.

"Tolong tenang.. Jangan menembak"

Situasi tiba tiba berubah dari buruk menjadi sangat buruk, sekelompok pria bermai ramai datang menghampiri perkarangan rumah sakit sambil memegang senjata dan beberapa dari mereka memegang pistol.

DOR!!!

SAlah seornag dari rombongan itu lansgung menembakan sebuah peluru dan Pria bermata merah yang mengambil pistol polisi langsung tertembak tepat di kepala.

Setelah membunuh secara sadis, sang penembak meneruskan berteriak

"Akhir Jaman telah tiba! Kalian yang bermata merah hanya akan membahayakan kami semua. Ambil senjata kalian dan bunuh sebanyak mungkin!"

Seorang pria dengan senjata melemparkan botol ke kelompok wanita bermata merah yang sedang duduk di pinggir jalan.

"CRAAAKK"

".."

Itu adalah campuran molotov, langsung membakar si wanita dan semua orang di sekitarnya

"AAAARRRRRRGGG"

Orang orang terdiam melihat kejadian ini. Tidak berhenti disini.. kelompok ini mulai menusuk dan menembak orang orang dengan mata merah

"Bunuh! Bunuh!"

Orang orang berteriak dan menjerit, kerumunan tiba tiba menjauh dari rumah sakit

Adam dan kelompoknya melihat kejadian ini dalam kepanikan "Kita tidak akan mendapat bantuan disini. Kita harus kembali "Kata Adam, tapi Daisy menjerit "Seseorang harus membantu orang orang malang itu.. mereka hanya selusin orang, kenapa tidak ada seorangpun yang membantu?"

Adam menarik tangan Daisy dan melihat ke matanya "Daisy, lihat Sally sekarang dia gemetar.. kita harus kembali sekarang dan mencari cara lain untuk menolong"

Ketika mereka hendak pergi, Keane benar benar menjadi gila. Dia mengambil pisaunya dan berlari ke seorang penyerang

"Keane, jangan!"

Keane adalah pemain posisi penyerang di tim basket, dia atletis dan mampu lari dengan cepat.. dalam beberapa detik ditengah kekacauan, dia berhasil berlari ke belakang salah satu penyerang dan menusuknya dari belakang.

Kepuasan dapat terlihat di wajahnya…ini benar benar pelepas stress untuknya. Dia merasa sensasi ini adiktif. Dia bergerak ke pria lainnya.. ini adalah pria dengan pistol

10 meter

5 meter

Si pria berbalik dan melihatnya

".." Pria ini terlihat sama paniknya dengan dia.. mereka berdua terdiam.. dalam jarak 5 meter, antara pistol dan pisau tidak ada yang perlu diperhitungkan. Keane tiba-tiba menyesali keputusannya yang terburu buru

BAAAMMMM

Adam berhasil memukul pria itu ke tanah. Keane bertindak cepat dan mengambil pistol dari lantai. Sekarang keadaan terbalik.. banyak mata melihat Keane memegang pistol..

"Jangan ada yang bergerak! Jangan mendekat!!" Keane melihat pria di lantai melihat kearahnya

"Kamu sampah.. semua orang ini.. bagaimana kamu dapat melukai orang ini" Keane tampaknya mengalami gangguan dalam kejiwaanya.

Daisy dan Sally juga mendekat "Keane, jangan lakukan ini"

"Apa kamu tidak lihat apa yang dia lakukan? Orang ini pantas mati"

DOR

DOR

Dua tembakan dan pria yang tergeletak itu mati seketika.. Ada beberapa penyerang mendengar tembakan dan mendekat

"Adam, bawa mereka kesini.. tinggalkan aku sendiri"

Keane kemudian kabur dengan pistol.. Tidak ada yang dapat Adam lakukan saat itu, mereka juga cepat cepat kembali ke apartemen

.

TOK TOK TOK, buka pintu

"Apa itu kamu, Adam?" "Siapa lagi yang bersamamu?"

"Melissa, segera buka pintu!"

.

Adam, Daisy dan Sally berjalan masuk

.

"Dimana Keane?" Tanya Jason

.

"Dia... mungkin dia pulang ke rumah"

Melissa lega mendengar hal itu.. melihat ke arah Sally "Bagaimana dengan dia? Apa yang akan kita lakukan dengan dia?"

"Kita tidak akan melakukan apa apa. Karena ini rumahku, dia bisa tinggal disini bersama kita"

Melissa tidak setuju "ini mengenai keselamatan kita, menurutku, kita harus mengambil suara, Jason, Rahel, bagaimana menurut kalian?"

Daisy sangat kesal terhadap Melissa sekarang, namun tiba tiba dia melihat sesuatu yang salah pada Sally

".." "Sally!"

Sally pingsan dan jatuh ke lantai.. Rahel juga menjerit.. "Apa yang terjadi!"

Adam mendekat ke Sally, "Dia hanya pingsan, dia demam sangat parah", Adam membawa dia ke salah satu ruang tidur.. Melissa tidak setuju, tapi dia tidak dapat menolak..

Adam dan Daisy bergantian menjaga Sally, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan.. Beberapa jam kemudian…

"Tidak ada nafas dan tidak ada nadi, Aku turut berduka.. dia sudah meninggal"

Daisy menanggis melihat hal ini, Rahel juga menaggis.. perasaan Melissa bercampur aduk, tapi rasa takut mengambil kendali

"Kita harus membakar tubuhnya atau lemparkan keluar apartemen"

Daisy berteriak "Hentikan, Melissa, apa kamu tidak punya perasaan?, ini teman kita, dia baru saja meninggal "

Adam berpikir dan berkata, "Daisy, kita akan mencoba melakukan pemakaman yang layak nanti, tapi untuk berjaga jaga aku akan mengikat tangan dan kakinya.. oke? Aku akan berhati hati dengan tubuhnya" Daisy tidak tahan, dia pergi dari ruangan. Kelompok ini meninggalkan Sally terikat di ruangan dan berkumpul di ruang tamu.

Mereka tidak tahu saat ini jam berapa, tapi seharusnya hampir tengah malam.. Kelompok ini benar benar terdiam.. Adam banyak berpikir saat itu "Apabila pesan Akhir Jaman itu benar, kami sekarang benar benar dalam masalah.. seandainya aku mendengarkan ayahku"