Kota Jakarta di malam hari, di Suite Mewah sebuah hotel bintang 5, seorang pria paruh baya duduk setengah telanjang di tempat tidur, bahkan di usia empat puluhan, ia memiliki sosok yang maskular penuh dengan otot, dan ada juga beberapa bekas luka yang dapat dilihat di seluruh tubuhnya.
Ada beberapa botol tergeletak di sebelahnya, sepertinya dia baru saja selesai minum. Meskipun ada seorang wanita cantik yang berbaring telanjang di sampingnya, perhatiannya penuh tertuju penuh kearah layar TV. Acara hari ini adalah sebuah berita yang melaporkan insiden yang terjadi beberapa hari yang lalu. Oprasi kepolisian yang berakhir gagal.
DENSUS 88, pasukan khusus kepolisian Indonesia yang mirip dengan SWAT di Amerika Serikat, ketika di tengah misi untuk memberantas sel teroris, akhirnya secara tidak sengaja menewaskan seorang warga sipil tak berdosa dalam ajang baku tembak.
Meskipun misi tersebut berhasil membunuh 11 anggota teroris, tetapi ada juga korban 2 anggota polisi. Lelaki setengah telanjang yang saat ini menyaksikan berita di layar TV mengenal baik anggota polisi yang telah meninggal itu. Bahkan, dia adalah pelatih dan atasan mereka.
Nama lelaki itu adalah Rico, Brigadir Jenderal polisi Indonesia. Jenderal peringkat terendah tetapi dibandingkan dengan semua Jenderal lainnya, ia adalah yang termuda yang pernah memiliki peringkat ini. Seorang tokoh yang sedang naik daun di departemen kepolisian. Meskipun pemerintah memujinya, bahkan Presiden secara pribadi memberinya hadiah, dia tidak pernah mempedulikan itu, dia hanya memikirkan nyawa tidak berdosa yang hilang dan nyawa bawahannya.
Baru-baru ini, teroris dan ekstrimis agama semakin berani. Dalam beberapa bulan terakhir, ada 3 percobaan yang berhasil digagalkan dan 1 pemboman yang berhasil. Pemerintah saat ini memberikan banyak tekanan untuk departemennya. Rico mengambil botol baru, meminumnya dan melanjutkan dengan "sesi" -nya.
Rico mendedikasikan seluruh hidupnya untuk negara, dia seorang patriot, karenanya dia tidak pernah punya waktu untuk keluarga, istrinya meninggalkannya sejak lama. Semua pikiran dan energinya dia berikan untuk negaranya, rekannya dan terkadang untuk "hobinya".
Ketika "sesi" selesai. gadis cantik itu meninggalkan kamar, jelas, gadis ini adalah salah satu wanitanya favoritnya, Rico memanggilanya ketika dia sedang bersedih seperti ini.
Setelah mandi, Rico mendengar ketukan pintu kamar hotel.
"Apakah kamu meninggalkan sesuatu?" Rico berkata. Tapi ketika dia membuka pintu, bukan gadis itu yang bertatapan denganya, tetapi seorang pria mengenakan pakaian hitam, bertopeng dan menodongkan pistol ke kepalanya.
Lelaki itu mengucapkan sepatah kata kepadanya, "Tidak ada suara, angkat tangan, dan perlahan masuk ke dalam." Dalam kondisi seperti ini, Otak Rico mulai berppikir, ia telah berada dalam banyak situasi yang sama sebelumnya, tetapi ia merasakan beberapa hal yang terlewatkan,
Alasan yang pertama; Rico memiliki 2 bawahannya di luar, tidak jauh dari kamarnya, sepertinya orang ini berhasil melumpuhkan mereka dan mengambil senjata mereka, pistol yang menunjuk padanya adalah Glock, tidak mudah ditemukan di negara ini.
Dan alasan kedua, jelas orang ini mengenalnya, dan Rico sendiri adalah seorang polisi aktif dengan sabuk hitam di Pencak Silat, tetapi mata dan suara pria bertopeng ini terlalu santai. Pria itu duduk di kursi menghadapnya dan mulai berbicara,
"Jangan khawatir, Jenderal Rico, saya di sini hanya untuk berbicara. Sebenarnya, saya datang ke sini untuk membantu Anda, saya ingin menjadi teman Anda."
Rico berkata "jika kamu benar-benar ingin menjadi temanku ada apa dengan topeng dan senjata"
"Aku tidak bisa terlalu berhati-hati akhir-akhir ini, Jenderal, tetapi perkataan mu memang benar" Respons pria topeng itu mengejutkannya, pria itu benar-benar meletakkan pistol di atas meja, dan melepaskan topengnya, wajah pria itu terlihat seperti pria keluarga biasa, tetapi senyum yang dia berikan dan tatapan matanya tetap membuatnya jadi takut
Rico bisa merasakan aura yang berbeda dari orang ini, orang ini berbahaya, orang ini meletakkan senjatanya seolah-olah tidak ada perbedaan dengan atau tanpa senjata. Ya, pria berpakaian hitam itu adalah Alex, ia memiliki 10 tahun pengalaman mendekati kematian yang berbahaya dan terus-menerus dalam kehidupan masa lalunya. Sepertinya Rico bisa merasakannya. Rico bertanya, "Siapa nama Anda... apa yang Anda inginkan?"
Alex menjawab dengan santai sambil tersenyum "Saat ini aku pikir aku akan tetap merahasiakan namaku, beberapa hari ini aku akan sangat sibuk, aku tidak ingin kau dan temanmu menggangguku.
Dan untuk pertanyaan kedua, bukan sy yg mencari sesuatu, tetapi saya ingin memberikan sesauatu. Di USB ini saya memiliki informasi data dari beberapa lokasi basis sel teroris di Indonesia, semua yang saya lokasi yang saya ketauhi. Saya percaya Anda tahu apa yang harus dilakukan dengan USB ini "
Otak Rico mulai menghitung lagi. 'Siapa pria ini dan apa yang sebenarnya dia inginkan? Apakah dia bagian dari teroris? Itu sebabnya dia tahu begitu banyak? Saya harus mencoba menangkapnya dan menginterogasinya nanti.
'Rico kemudian tiba-tiba mengambil sebuah sbotol di dekatnya dan melemparkannya ke Alex. Kemudian Rico langung mengahmpiri pistol yang tergeletak di atas meja,...
Tetapi dia terkejut melihat bagaimana Alex dengan mudah menghancurkan botol itu dengan sebuah pukulan dan mengambil pistol kedua dari kantongnya dan meletakkannya di kepala Rico.
"Dia sanagt cepat"
Rico tiba-tiba menyesal dan merasa bodoh karena tindakannya, dia lupa mempertimbangkan senjata lain dari bawahan yang keduanya. Dia menyalahkan alkohol atas kesalahanya ini.
Sambil memegang pistol, Alex berkata,
"Kau mengambil langkah yang salah jendral... jika kau adalah orang lain, aku pasti sudah menarik pelatuknya!!.."
"..."
"Untungnya, aku merasa cocok dengamu jenderal. seperti bertemu dengan seorang teman lama"
Sebenarnya Alex mengenal sang Jenderal dalam kehidupan masa lalunya. Pada saat itu Jenderal adalah salah satu tokoh terkemuka dan juga teman dekatnya.
"Ambil USB ini, percayalah, kamu akan berterima kasih kepadaku. Harapanku adalah kamu dapat memberantas sebagian besar dari mereka di bulan ini atau mereka akan menjadi masalah dikemudian hari. Juga, aku harap kamu bisa memberitahuku hasilnya setelahnya.
Aku akan pergi sekarang, ku kira keberisikan tadi akan membawa lebih banyak masalah.
"Alex mengambil pistol di atas meja dan dengan santai berjalan keluar ruangan, Rico berkata:
"Bagaimana aku bisa memberi Anda laporan jika aku tidak tahu bagaimana cara menghubungi Anda?"
"Jangan khawatir, Jenderal, aku akan menghubungimu"
ketika Alex berjalan keluar ruangan dan dengan sembunyi-sembunyi menghindari kamera hotel, dia kemudian melihat kepalan tangannya yang saat ini sedang berdarah ...
"Sial ... saat ini tubuhku masih tubuh manusia normal, betapa bodohnya!! ... jika istriku melihatnya bagaimana aku harus menjelaskannya ya.."