"Oh iya, aku lupa memberikan gantungan kunci itu!"
Aku langsung berlari ke tas ransel yang sebelumnya kugunakan membawa baju ganti saat liburan. Di paling depan, aku merogoh dalam-dalam sambil menyingkirkan benda yang tidak diperlukan. Sampai akhirnya aku mendapatkan gantungan kunci itu.
"Padahal waktu itu sudah mau dikasih, tapi malah tidak jadi." Aku pun melihat gantungan kunci yang tergantung di tangan yang kuangkat, tepatnya di jempolku. "Mungkin sebaiknya aku kasih besok saja."
###
Aku pun mengelilingi sekitar festival untuk mencari stan yang menarik. Lalu, aku berhenti karena melihat sosok gadis yang memakai kimono merah muda panjang sedang berdiri di depan stan lempar cincin. Aku pun menghampiri gadis itu.
"Aozora," panggilku.
Aozora yang tadinya fokus ke tiang tempat cincin yang dia pegang harus dimasukkan, langsung melihat ke arahku. "Menyapa. Selamat malam, Kiki-kun."
"Padahal kau sudah menyapaku saat kumpul tadi."
"Meminta maaf. Maaf."
"Tidak perlu minta maaf segala. Terus, apa kau berhasil memasukkannya?"
"Menjawab. Belum. Tambahan. Aku sudah 8 kali mencoba."
"Be-Begitu… Memangnya apa yang akan kau dapatkan?"
"Menjawab. Jimat keberutungan. Tambahan. Bila aku berhasil memasukkan cincin ini ke tiang itu," balasnya sambil menunjuk tiang berwarna merah.
"Boleh aku mencobanya?"
"Mempersilahkan. Silahkan." Aozora pun menyerahkan cincin yang dia pegang kepadaku.
Sebenarnya aku ingin mencobanya karena sifat ingin menjadi pahlawan di depan perempuan tiba-tiba kumat. Akan sangat memalukan apabila ini gagal. Yah, lagipula aku bukan tokoh utama dalam anime, jadi besar kemungkinan aku akan gagal karena tidak disetting akan berhasil.
Selain itu, jarak tiangnya cukup jauh dan berada di pojok dan hampir berdempetan dengan tiang lain. Melihat itu, dapat dipastikan semakin kecil kemungkinan aku akan berhasil. Tapi, sayangnya aku malah memilih maju langsung dibanding berpikir dulu. Jadinya aku tidak bisa kabur.
"Selamat, Anda berhasil mendapatkan hadiah utama!" teriak paman penjaga stan mengejutkanku. "Ini dia hadiahnya!" lanjutnya sambil memberikan jimat yang berupa kantung kecil berwarna hijau dengan tulisan yang bermakna 'Keberutungan'.
Aku yang masih bingung dengan apa yang terjadi langsung menerima dan melihat ke arah tiang merah itu. Ternyata ada satu cincin yang masuk ke sana.
"Terkejut. Kau hebat sekali, Kiki-kun," puji Aozora tiba-tiba.
"Eh, ah… Hahahaha, itu sih kecil!" balasku refleks. "Ini." Aku pun memberikan jimat ini ke Aozora.
"Senang. Terima kasih. Tambahan. Aku akan menjaganya baik-baik."
"Oh iya, ada satu lagi yang-"
"Hei, kalian berdua!" panggil seseorang memotong kalimatku. Ternyata itu Gadis-chan. "Ternyata kalian di sini, aku mencari ke mana-mana. Ayo kita segera pergi melihat kembang api."
"Menjawab. Baiklah," jawab Aozora lalu melihat ke arahku lagi. "Bertanya. Apa yang tadi Kiki-kun ingin katakan?"
"Na-Nanti saja, sebaiknya kita segera ke sana. Nanti kita bisa terlambat melihat kembang apinya."
###
Berkat itu, aku pun tidak jadi memberikan gantungan kunci itu ke Aozora hingga sekarang. Walau sebenarnya alasan utamanya karena waktu dan tempat yang tidak pas. Karena setelah melihat kembang api, Aozora selalu bersama dengan yang lain atau kebetulan aku merasa malu memberikannya.
Sekarang aku sedang berjalan-jalan di sekitar halaman sekolah. Di sini banyak sekali stan-stan dan orang-orang. Oh iya, sekarang di sekolahku sedang diadakan festival. Jadi wajar saja banyak stan-stan berdiri. Kelasku bukan mendirikan stan, melainkan membuat rumah hantu di ruang kelas.
Aku baru saja selesai dari pentas drama, di aula. Sungguh melelahkan menjadi anjing itu, harus merangkak, apalagi di adegan saat diharuskan berlari yang membuatku semakin keras menggunakan kaki dan tanganku. Akibatnya semua tubuhku terasa pegal-pegal. Untungnya aku tidak mendapatkan peran di kelas, jadi aku bisa istirahat dengan bebas agar pegal-pegal di tubuh hilang.
"Eh?" kagetku karena tiba-tiba mataku ditutup. Rasanya seperti telapak tangan.
"Memberi tebakan. Tebak siapa~?" tanya suara di belakang dengan nada manis.
Yah, dari cara bicaranya saja aku bisa menebak. Tapi rasanya akan kurang mengenakan kalau langsung ditebak, jadi aku putuskan untuk mengikuti permainannya. Oh iya, kenapa tiba-tiba dia melakukan permainan seperti ini? Apa ini tandanya dia sangat ingin sekali dekat denganku? Yah, aku ikuti saja.
"Si-Siapa, ya?"
"Memberi kesempatan. Coba tebak~"
Ahhh, sebenarnya aku ingin terus mengikuti permainannya sampai akhirnya aku menyerah dan dia menang. Tapi, akibat tekanan yang kenyal yang datang tiba-tiba di punggungku. Aku memutuskan untuk menebaknya. Gawat sekali kalau posisi ini terus bertahan lama.
"A-Aozora! Pasti Aozora!"
Setelah menjawab itu aku pun bisa melihat, lalu langsung berbalik.
"Memberi jawaban. Benar sekali~" ucapnya. "Bertanya. Kenapa Kiki¬-kun bisa menebaknya~?"
Tentu saja dari cara bicaramu siapapun yang mengetahuinya pasti bisa menebaknya langsung. Tapi, masalahnya karena dia mempertanyakan itu dengan nada manis, pasti ada maksudnya. Mungkin ini kode agar aku harus memberikan jawaban yang terkesan seperti kalau aku sangat dekat sekali dengannya.
"I-Itu… ka-karena tekanan dari dadamu ke punggungku tadi, jadi aku bisa menebaknya!"
Ahhhh, kenapa malah jawabannya seperti itu?! Seharusnya aku mengatakan dari nada suaranya, bukannya malah jawaban yang terkesan mesum begitu!!
"Malu. Kiki¬-kun mesum." Aozora menutup dadanya dengan kedua tangannya.
Hatiku langsung terasa seperti ditusuk oleh ribuan pedang. "A-Aku bercanda… ma-maksudku, dari nada bicaramu yang terdengar lembut dan manis sekali. Jadi aku bisa menebaknya…"
"Malu. Mesum."
Ahhhh, kenapa jawaban seperti itu juga salah?!!!
"Merasa menang. Maaf, tadi aku hanya bercanda. Memberitahu. Tentu saja aku tahu kalau kau bisa menebak itu aku dari cara bicaraku ini. Tambahan. Cara bicaraku memang aneh."
"Ti-Tidak, bagiku cara bicaramu manis sekali. Apalagi ditambah nadamu yang manis seperti tadi, semakin terdengar manis!"
"Ragu. Benarkah?"
"Hm, aku yakin seratus… tidak, sepuluh ribu persen!"
"Senang. Terima kasih, Kiki¬-kun."
"Sa-Sama-sama, heheheheh… Oh iya, sejak kapan kau datang ke sini, sendirian?"
"Menjawab. Sejak pagi tadi. Tidak, aku bersama Gadis-chan."
"Gadis-chan? Lalu, di mana dia?"
Aozora pun berbalik badan, lalu melihat sekeliling. "Bingung. Seharusnya tadi dia ada di belakang."
Tiba-tiba, saku celanaku bergetar. Ada sebuah pesan masuk dari handphoneku. Ternyata itu dari Gadis-chan. 'Akulah yang menyarankan melakukan itu ke Aozora-chyan. Bagaimana, apa menyenangkan? Oh iya, aku membiarkan kau berdua dengannya. Jadi gunakan sebaik mungkin kesempatan itu agar rute-nya terbuka.' Itulah yang tertulis di pesannya.
Jadi dia pelakunya, pantas saja tiba-tiba Aozora melakukan itu! Yah, walau sejujurnya aku senang sih. Jadi, aku tidak akan memarahinya. Tapi tidak disangka, Aozora mau melakukan itu. Apa dia tidak malu? Ka-Kalau dia tidak malu, kemungkinan dia hanya menganggapku sebagai teman atau pengurus asrama saja…
"Bertanya. Kiki-kun, kau baik-baik saja?"
"Eh, aku baik-baik saja! Oh iya, tadi ada pesan dari Gadis-chan. Katanya dia ada urusan di kelasnya."
"Menanggapi. Begitu. Bertanya. Apa Kiki¬-kun tidak membantu kegiatan di kelas?"
"Aku bagian mengurus dekorasi. Jadi sekarang aku bebas."
"Mengajak. Apa Kiki¬-kun mau menemaniku jalan-jalan?"
"Bo-Boleh."
Kami pun jalan bersama sambil melihat-lihat stan yang ada di sini. Jujur kukatakan, ini cukup memalukan, apalagi kami berjalan bersebelahan cukup dekat. Terkadang aku tidak sengaja menyentuh kulit lengannya. Akibatnya jantungku berdetak dengan kencang sekali dan jadi mengingatkan aku saat Aozora melakukan permainan tebakan tadi.
"Oh iya, Aozora. Kelasmu mengadakan apa?" tanyaku mengalihkan kecanggungan ini.
"Menjawab. Kelas kami mendirikan kafe maid."
"Apa kau bagian menjadi maid?"
"Menjawab. Tidak."
"Yah… sayang sekali, aku tidak bisa melihatmu memakai seragam maid. Padahal besok aku mau datang ke sekolahmu."
Aozora langsung menundukkan kepalanya setelah mendengar pernyataanku itu. Dia terlihat manis sekali! Walau ekpresinya datar, tapi tetap di mataku terlihat manis! Seharusnya aku foto dia sekarang, tapi suasana tidak mendukung, sial!
"Me-Memberitahu. A-Aku mau membeli takoyaki di stan itu." Aozora menunjuk stan yang cukup jauh di depan. "Bertanya. Apa Kiki¬-kun mau?"
"Boleh. Kalau begitu kita ke sana."
"Memberi saran. Biar aku saja yang pergi ke sana, Kiki-kun tunggu saja di sini."
"Baiklah. Aku pesan enam takoyaki, topping-nya bebas, jangan pakai sambal. Ini uangnya."
Aozora pun langsung pergi menuju stan itu. Sepertinya dia merasa malu karena godaanku tadi. Apa aku terlalu berlebihan, ya? Sebaiknya nanti aku minta maaf.
Eh, apa yang terjadi? Kenapa salah satu dari dua penjaga stan laki-laki itu keluar dan mendekati Aozora? Apa Aozora tidak sengaja merusak sesuatu atau mengatakan sesuatu yang membuat mereka merasa tidak nyaman? Tapi, kenapa malah tiba-tiba mereka terlihat tertawa? Apa mereka mengejek? Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus segera ke sana!
"Ternyata dia masih si gadis robot, hahahahah!" ucap salah satu yang kudengar saat hampir sampai.
"Memberitahu. Kelihatannya dia ingin menangis, hahahahah," ucap satunya lagi.
Aozora tidak melawan, dia hanya menundukkan kepalanya.
"Woi, apa yang kalian lakukan kepadanya?!" bentakku setelah sampai di sana.
"Terkejut. Ada pacaranya datang. Bertanya. Apa yang akan kita lakukan, Takeshi?"
"Menjawab. Kita harus minta maaf."
Lalu mereka tertawa terbahak-bahak. Walau tidak terlalu keras, tapi benar-benar menyebalkan. Aku bisa saja menghentikan tawa mereka dengan pukulan yang sudah kupersiapkan ini, tapi genggaman tangan dari Aozora membuatku menghentikan niatku itu.
"Aozora, kita pergi saja." Aku pun memegang tangan Aozora dengan benar dan membawanya pergi.
Sialan mereka, kenapa tiba-tiba mengejek Aozora? Apa mereka sebenarnya ingin menggombal? Tapi itu terlalu berlebih untuk sebuah gombalan! Setelah ini, aku akan datangi stan mereka dan memberikan perhitungan.
"Me-Meminta. Bi-Bisa kau lepaskan, Kiki-kun?"
"Eh, maaf." Aku pun melepaskan pegangannya dan berhenti. "Apa sakit?"
"Menjawab. Tidak apa-apa," jawab Aozora masih menundukkan kepala.
"Kau kenal mereka?"
"Menjawab. Iya, mereka teman sekelasku waktu SMP."
"Kita beli takoyaki di stan lain saja, ya?"
"Menjawab. Baiklah."
Sial, apa aku tidak bisa berbuat sesuatu agar menenangkan perasaannya? Apa hanya ini yang bisa kulakukan?! Sial!
"Berterima kasih. Terima kasih, Kiki-kun. Karena mau menahan amarahmu."
"I-Iya… Kalau begitu, ayo kita pergi."
Kami pun melanjutkan perjalan untuk mencari stan takoyaki yang lain. Selama di perjalanan, aku tidak berani bicara, walau membuat suasana menjadi canggung. Karena pilihanku adalah membiarkan Aozora menenangkan diri.
Hah… setelah mendengar rasa terima kasih Aozora, aku jadi tidak ada niat kembali lagi ke sana untuk memberi perhitungan. Kalau aku melakukan itu, aku menyia-nyiakan rasa terima kasih Aozora. Tapi kalau terjadi lagi, aku pastikan mereka tertawa sambil tertidur!